Tahukah Anda, apa pertanyaan paling umum dan paling sering ditanyakan
bila berhubungan dengan keuangan? Menurut Hari Putra, motivator
finansial dan managing director WealthFlow 19 Technology Inc, jawabnya
adalah, Bagaimana cara mengelola gaji yang hanya Rp 1,2 juta di kota
besar seperti Jakarta?
Saking seringnya pertanyaan sejenis
diajukan dalam acara kajian keuangan yang Hari kelola, hal itu sama
seringnya dengan pertanyaan, bagaimana cara kita memotivasi diri dan
agar termotivasi tiap hari!
Karena di forum terbuka, biasanya
jarang ada peserta yang secara terang-terangan untuk membuka kondisi
keuangan pribadi dan keluarganya. Maka Hari biasanya balik bertanya,
Dari uang Rp1,2 juta tersebut dialokasikan untuk apa saja? Jawaban
standar adalah uang tersebut banyak untuk keperluan konsumsi sehari-hari
seperti sandang dan pangan.
Lalu Hari akan melanjutkan bertanya,
Siapa yang memegang kendali pengaturan keuangan? Biasanya dijawab,
Isteri. Itu sebabnya isteri kerap dipersepsikan sebagai menteri
keuangan, bendahara keluarga dan sebutan-sebutan lainnya.
Menurut
Hari ini adalah hal yang runyam, karena suami belum melek finansial, dan
isteri juga belum memiliki ilmu tentang pengelolaan keuangan keluarga
(personal finance). Disini mulai terletak jurang pemisah antara
permasalahan keuangan, akibat dari pendapatan yang tidak bisa mengejar
laju inflasi dan kenaikan harga-harga barang di pasaran dengan kondisi
si pengatur keuangan keluarga, papar Hari.
Apakah bisa menabung
dengan pendapatan 1,2 juta tersebut? adalah pertanyaan Hari kemudian,
dan sudah bisa ditebak kalau jawabannya : Boro-boro mau menabung, untuk
mencukupi kebutuhan kehidupan sehari-hari saja tidak pernah cukup!
Walhasil, dari tahun ke tahun, hidup layaknya berputar pada satu lingkaran, tidak pernah beranjak ke luar lingkaran tersebut.
Yang
paling menggelisahkan Hari adalah apakah ilmu perencanaankeuangan
(financial planning) yang dia pelajari bisa menyelesaikan masalah
tersebut? Untuk itu, Hari menjelaskan bahwa sebetulnya ada tiga cara yang bisa dilakukan :
1. Bangun mind set ingin berubah.
Mindset adalah pola pikir atau cara Anda bertindak berdasarkan masukan
yang kita terima, entah dari guru, orang tua, penasihat keuangan atau
lingkungan yang mendidik Anda, jelas Hari. Pertanyaannya, maukah kita
berubah?
Hari lalu mengilustrasikan : Ketika dalam sebuah pelatihan
dia mengeluarkan selembar uang seratus ribu rupiah. Lalu Hari bertanya
kepada peserta pelatihan, Bapak dan ibu, siapa yang mau uang di tangan
saya? Hampir semuanya menjawab, Saya! Lalu Hari mengulangi sekali lagi,
Siapa di ruangan ini yang mau uang seratus ribu rupiah? Lagi-lagi banyak
yang menjawab, Saya!
Tetapi, jawaban itu sebatas ucapan, Saya!
tanpa mau bertindak dan bergerak menuju ke Hari, sang empunya uang.
Dengan kata lain, Anda semua ingin punya uang, tetapi tidak mau take
action, jelas Hari. Apakah Anda ingin kondisi keuangan keluarga seperti
itu terus?
Jika jawabannya tidak, menurut Hari, mulai hari ini
Anda harus memutuskan untuk hidup hanya dari 90% penghasilan Anda,
sedangkan sisanya yang 10% Anda tabung untuk masa depan perubahan
keuangan Anda.
Lho, apa tidak semakin mempersulit keuangan
keluarga? Hari menjelaskan bahwa coba tanyakan kepada diri sendiri,
apakah Anda ingin hidup seperti itu selamanya? Tentu tidak. Jadi, jika
Anda ingin berubah, menabunglah di awal ketika mendapatkan gaji atau
penghasilan dari usaha Anda. Baru setelah itu untuk mulai menaikkan
persentasenya perlahan-lahan.
2. Biasakan membagi porsi keuangan ketika sulit.
Ketika Anda hidup dari hanya 90% penghasilan rutin atau bulanan, maka
langkah selanjutnya adalah menginventarisir keahlian, bakat, hobi dan
keterampilan Anda yang lain, yang bisa dikonversikan menjadi ide yang
menghasilkan uang.
Misal, bila pasangan bisa menjahit, kenapa
tidak menerima pesanan jahitan dengan cara menyewa atau meminjam mesin
jahit orang lain, yang dibayar berdasarkan sistem bagi hasil, kata Hari.
Lalu,
sekalipun Anda sedang dalam kesulitan keuangan, jangan berhenti
berandai-andai untuk membagi alokasi keuangan Anda untuk tujuan keuangan
masa mendatang. Namanya juga harapan, boleh saja Anda menuliskan impian
keuangan, misalnya ingin pergi naik haji. Hal ini lebih baik ketimbang
sudah tidak ada uang, Anda tidak punya harapan pula. Cara ini membuat
Anda bersemangat melakukan perbaikan kondisi keuangan keluarga.
Dengan menuliskan tujuan keuangan dikala sulit, ini menandakan kita memiliki target.
Dengan menuliskan tujuan keuangan dikala sulit, ini menandakan kita memiliki target.
Paling tidak ada tiga jenis alokasi keuangan yang dapat Anda lakukan, yaitu:
- Proteksi. Untuk melindungi kehidupan keuangan Anda seperti ketika anak sakit, suami atau isteri terkena PHK dan sebagainya. Bisa dalam bentuk dana darurat atau asuransi.
- Akumulasi. Prinsip sedikit-sedikit jadi bukit bisa Anda terapkan untuk tujuan keuangan kita. Tujuan Anda harus dikonversi dalam bentuk angka-angka keuangan. Misalnya, Anda ingin pensiun di usia 51, sementara saat ini usia Anda sudah menginjak 35. Maka ada jeda waktu 16 tahun untuk mempersiapkan diri, berapa yang harus ditabung dan diinvestasikan, menjadi berapa kira-kira uang tersebut di tahun 2029 dengan asumsi tingkat inflasi 10% per tahunnya, lalu dijabarkan berapa rupiah per bulannya untuk konsisten menabung dan investasi, dengan instrumen investasi apa saja yang memungkinkan tujuan keuangan kita tercapai.
- Distribusi. Perlu berpikir dari akhir, jika anak cucu kita nanti akan jadi apa kondisi keuangannya, maka dimulai dari diri kita hari ini, tentunya investasi ilmu yang utama dan harta.
3. Naikkan penghasilan.
Masalah dari kebanyakan karyawan adalah hanya memiliki satu income
(pendapatan). Nah, untuk bisa menaikkan penghasilan maka Anda harus
mempunyai multiple income. Kalaupun saat ini tidak punya, yang paling
penting adalah membiasakan diri Anda dengan hal-hal yang benar terlebih
dahulu, bukan membenarkan hal-hal yang biasa.
Dengan membiasakan
hal-hal yang benar, tandanya Anda mau berubah dari kondisi keuangan
yang tidak berdaya (financial helplessness) menjadi sehat keuangan
(financial health), jelas Hari.
Nah, dengan memahami akar masalah
keuangan tersebut, Anda akan menemukan solusi pengelolaan keuangan untuk
penghasilan Rp1,2 juta tadi. (bn)
sumber : ciputra entrepreneur
Tidak ada komentar:
Posting Komentar