Handicraft Center kok judulnya 'Pondok Dahar Lauk Jogja'? Mmmm... nama memang tidak perlu literally nyambung, kan? Bisa karena kami memang berasal dari Jogja, bisa juga karena memang pusat hobi kami ini dirintis dari rumah makan mungil kami, Pondok Dahar Lauk Jogja (back to 2011)...
However, pusat hobi kami ini berkarya dalam aneka handicraft
Jogja seperti bambu ulir cendani, vas & meja set gerabah Kasongan, vas kayu minimalis, serta rupa-rupa handicraft yang tak mesti berlabel 'Jogja' semisal bunga rangkai aneka jenis, ranting hias, lukisan bunga, pigura 3D, serta buah & pohon topiary artificial.
Pokoknya Jogja and Florist Enthusiast untuk Anda yang berkediaman di Bekasi dan sekitarnya...

Untuk navigasi cepat ke 'KATALOG UPDATE TERAKHIR' kami, klik di sini...

header gambar laukkita

Hot Items

HOT ITEMS :
* Handicraft Bambu Ulir : Bambu Ulir Cendani Aneka Model
* Handicraft Vas Gerabah : Vas Gerabah Aneka Model
* Handicraft Ranting Hias : Ranting Inul Aneka Model

Jumat, 23 Maret 2018

Makan Siang di Jejamuran dan Dinner di Secret Garden, Jogjakarta

Memasuki Kota Jogjakarta dari arah utara selepas Muntilan (sebelumnya kami berkunjung ke Punthuk Setumbu, Magelang), hujan lebat masih mengguyur bumi.
Jika kita belok kiri pada traffic light dari Jl. Jogja-Magelang ke arah Jl. Pandowoharjo (pada plang penunjuk jalan tertera arah ke Turi/Kaliurang), sekitar 700m di sebelah kiri jalan kita akan menemukan sebuah restoran berjuluk Jejamuran. 
Sesuai dengan namanya, menu-menu di restoran ini hampir selurhnya berbahan dasar jamur. Tapi walaupun bahan dasarnya sama, cita rasa menu olahan jamur ini sangat beraneka. Jamur ternyata dapat diolah hingga memiliki cita rasa layaknya daging ayam, daging sapi, telur, dan banyak rasa lainnya. Tidak mengherankan kiranya karena meski terkategori tumbuhan, namun tekstur jamur memang cukup mirip dengan bahan pangan hewani.
Jejamuran memiliki area parkir yang amat luas di sebelah kanan jalan, tepat di seberang bangunan utama foto di bawah). Karena saat kami tiba di sini sedang hujan lebat, maka mobil bisa masuk ke bangunan restoran untuk menrunkan penumpang, lalu pindah ke area parkir di sebelah kanan jalan. Staf Jejamuran sudah menyediakan payung ukuran besar bagi pengemudi mobil, sehingga kita tidak perlu membawa payung sendiri yang beresiko tertinggal.


Pintu masuk ke bangunan utama restoran (atas).


Di dalam, tepat setelah melewati pintu masuk menuju area makan, kami melihat live performance bergenre pop yang terdengar cukup profesional (foto di sebalah kanan). Memang terdapat gong besar di sebelah kanan panggung, tapi tentunya tidak digunakan ketika itu...
Dan tepat di hadapan panggung grup band itu tampak ruangan resto - atau yang kami pikir lebih tepat di sebut hall besar - .berkapasitas puluhan meja makan. 
Dan siang itu meski cuaca sedang tidak begitu bagus, pengunjung yang datang untuk bersantap siang di Jejamuran ternyata nyaris memenuhi seluruh hall yang tersedia seperti terlihat pada foto di bawah.
Alhamdulillah kami masih mendapatkan meja di baris paling ujung belakang... jadi tidak perlu menunggu dulu hingga ada meja yang kosong.


Di sebelah ruang restoran terdapat void yang cukup luas. Area terbuka ini ditempati oleh beberapa kolam ikan koi berukuran besar. 
Tampak pada foto di sebelah kiri bahwa titik-titik hujan masih menetes deras di atas permukaan kolam. Puluhan - atau mungkin ratusan - ikan aneka warna berukuran sedang hingga cukup besar di dalamnya terlihat sehat dan terawat.
Di samping kolam koi tadi, pihak manajemen Jejamuran menyediakan kolam berbentuk 'L' yang lebih kecil. Kolam ini berisi ikan untuk terapi kami. Tampaknya desain 'L' ini memang disengaja agar terdapat area yang cukup panjang untuk duduk para pengunjung di sepanjang kolam tersebut (foto di sebelah kanan bawah).

Ikan-ikan terapi berwarna kelabu kehitaman di sini berukuran dari kecil hingga yang paling besar sekitar seukuran tiga per empat telapak tangan orang dewasa. 
Kami terus terang baru kami itu mencoba terapi ikan. Rasanya ternyata geliiii sekali di kulit kaki. Ikan-ikan itu segera mengerubungi kaki kita dan mulai mematuki kulit. Mungkin mereka memakan kulit-kulit kaki kita yang sudah mati atau mengering. Tapi ya itu... bagi kami proses mematuki kaki ini terasa geli, sementara kami melihat beberapa pengunjung lain santai saja membiarkan kakinya dikerubuti puluhan ikan terapi bermenit-menit tanpa terlihat kegelian. Dan semakin besar ikan terapinya, semakin kuat pula patukannya.
Pengunjung tidak dipungut biaya untuk menjajal fasilitas ini. Bagusnya lagi meski sedang hujan cukup deras, bagian tempat duduk pengunjung di sekeliling kolam terapi tidak basah karena desain atapnya sangat memadai.

Tiba saatnya memesan makanan! Kami memotret 2 halaman buku menu Jejamuran seperti di bawah. Semua menu makanan terbuat dari jamur, meski terlihat sama sekali tidak mirip jamur lagi. Harga makanan di sini tergolong tidak mahal. Siapkan budget Rp. 50ribu-an lah kira-kira per orangnya... 




Bagusnya lagi pelayanan staf resto tergolong cepat. Meski tamu sedang penuh, kita tak perlu menunggu lama untuk menerima pesanan. Mungkin juga karena jumlah staf resto Jejamuran yang berseragam batik ini tergolong amat sangat buanyaaak sekali...
Kami melihat beberapa kelompok staf resto pulang siang menjelang sore itu, sementara kelompok yang lain baru datang. 
Jejamuran pastinya sampai perlu memberlakukan sistem shift bagi para staf-nya. Bagus juga kalau begitu, karena artinya jualan resto ini laris manis dan diterima oleh pengunjung.
Sembari bersantap, kami ketika itu menambah beberapa pesanan makanan lagi. Kita tinggal bilang saja pada staf resto, mereka akan mencatat nomor meja kita sehingga pesanan kita tidak akan salah. Menu tambahan tadi akan langsung ditambahkan ke order awal. Kita membayar sekaligus semuanya setelah selesai makan.

Urusan menunaikan kewajiban shalat juga jangan ditinggalkan lho Mas Bro & Mbak Sis... Jejamuran memiliki sebuah mushalla berukuran besar yang sangat bersih dan nyaman seperti foto di sebelah kiri.
Tempat shalat laki-laki terpisah dari perempuan untuk menghindari ikhtilaf. In sya Allah bisa khusuk shalat kita di mushalla ini...
Fasilitas toilet umum juga tersedia dalam jumlah sangat memadai di sini. Selain jumlahnya cukup, toilet di Jejamuran juga tampak bersih dan terawat.
Kami bersantap di resto ini hingga menjelang waktu ashar. Tidak perlu buru-buru, nikmati saja suasana dan hidangan Jejamuran yang tergolong unik ini. Soal rasa kami nilai menu makanan di sini tidak hanya terlihat menarik, tetapi juga lezat di lidah. Recommended deh untuk sesekali dikunjungi bagi Anda yang sedang melakukan acara travelling ke Jogja.

Beres urusan santap siang dan membayar bill, kami melihat spot yang cukup menarik tepat di samping kanan meja kasir. Masih konsisten dengan tema serba jamur, beberapa properti sepeda ontel dan becak yang tradisional bangeut ini tampak membawa bakul berisi jamur hidup (seperti terlihat pada foto-foto di samping kanan-kiri dan bawah).
Di belakang sepeda dan becak tadi terdapat bungkusan plastik panjang yang digantung, dengan puluhan jamur hidup menyembul dari lubang-lubang kecil yang dibuat di sepanjang sisi plastik tersebut.
Ooo, rupanya beginilah cara membudidayakan jamur. Plastik tadi ternyata berisi media tumbuh dan benih jamur. Jika kantung plastiknya kita lubangi, dan lubang tersebut disiram, atas ijin Allah maka akan tumbuhlah benih jamur yang sudah dimasukkan ke dalam media tumbuh itu. Benih jamur yang tumbuh kemudian mencari jalan ke luar lewat lubang pada plastik tersebut.
Anak-anak kami tampak antusias berfoto dengan properti tadi, bahkan lengkap dengan topi caping yang juga tersedia di sini. Hmmm, tambah unik saja rasanya...


Melangkah ke luar resto, kami sarankan untuk singgah sejenak di counter suvenir yang ada di dekat pintu keluar/masuk (foto di samping kanan). Namanya saja Jejamuran, maka suvenirnya ya jelas jamur lah... Namanya 'mushroom kit'.
Suvenir jamur di sini sudah dikemas dalam bentuk bungkusan plastik seperti yang kami jelaskan di atas.
Masing-masing bungkusan plastik sudah bertuliskan jenis benih jamur yang ada di dalamnya. Kita bisa memilih sesuai selera.

Meski namanya counter suvenir, kami nilai dekorasi dan tata letak properti di sini sebenarnya didesain dengan serius sehingga bisa menghasilkan foto yang instagrammable, lho... Jadi tidak hanya melulu didesain fungsional sebagaimana biasanya toko.

Display pada counter suvenir ini menunjukkan dengan jelas bagaimana bentuk dan warna jamur yang sudah tumbuh sempurnya (foto di bawah).

Ketika itu petugas security wanita Jejamuran yang melayani kami di counter suvenir. Kami tidak tahu pasti apakah memang tidak ada staf khusus yang ditempatkan di sini. Yang jelas penjelasan dari security tadi cukup detil dan informatif.
Satu kantung plastik berisi benih jamur di sini dijual seharga Rp. 10ribu. Puteri kami mengambil 1 kantung mushroom kit berisi benih jamur tiram putih. Tapi lalu atas berkat 'rayuan maut' dari Mba security yang baik tadi, maka akhirnya kami membeli 2 kantung.
Tadinya puteri kami hendak membeli jamur tiram pink sebagai kit kedua. Qadarullah ketika itu stock tiram pink habis, sehingga akhirnya kedua kit yang kami bawa pulang adalah jamur tiram putih.
Dan setelah tiba kembali di rumah kami menyesal juga kenapa cuma membeli 2, karena sebenarnya harganya tidak mahal, dan pengalaman melihat tumbuh-kembang jamur itu jauh lebih bernilai daripada harga belinya itu sendiri...

Singkat cerita, setelah pulang ke Bekasi, kami segera mempraktikkan cara budi daya jamur yang dikatakan Mba security Jejamuran. Foto-foto di bawah menjelaskan tahapan prosesnya. Dimulai dari melubangi plastik pembungkus mushroom kit dengan cara disilang 'X' dengan pisau. Kemudian siram, atau lebih tepatnya basahi area 'X' tadi dengan semprotan air (mirip seperti semprotan saat kita membersihkan kaca). Jadi jangan terlalu berlebihan juga airnya... Lalu tempatkan mushroom kit di tempat yang tidak terkena cahaya matahari langsung.
Setelah beberapa hari, qadarullah kami melihat benih jamur tiram putih kami mulai tumbuh, banyak tunas jamur menembus plastik ke arah luar. Tadinya kecil, kemudian tunas-tunas itu membesar.

Setelah sekitar 3 hari maka ukuran jamur tirem kita sudah maksimal, dan jamur siap dipanen. Tinggal potong saja pangkal gerumbul jamur itu (foto kiri bawah).
Setelah itu mushroom kit jangan langsung dibuang. Kita buat lagi sayatan 'X' di tempat lain di kantung plastik kit, lalu lakukan proses yang sama hingga tumbuh gerumbul kedua. Total dari 1 kantung kami dapati 3 kali tumbuh gerumbul jamur, meski pun pada gerumbul ketiga jumlahnya sudah jauh berkurang. pada foto di kanan bawah terlihat hanya tumbuh 2 tunas besar pada panen ketiga.

Setelah itu walaupun kami masih menunggu, tidak ada lagi gerumbul ke-4. Mungkin benih jamurnya memang sudah habis. Media tanam yang tadinya memenuhi bungkus plastik, setelah gerumbul ke-3 tampak sudah kempot dan jauh berkurang. Mungkin sebagian materi dari media tanam tersebut sudah terkonversi menjadi daging jamur.
Ingatlah untuk segera memanen jamur setelah ukurannya maksimal agar jamur tidak lantas layu dan justru tak bisa dikonsumsi.
Jamur tiram yang kami panen akhirnya kami masak menjadi sayur jamur seperti foto di sebelah kiri... laziss...


Secret Garden Coffee and Chocolate berlokasi tak jauh dari Jl. Malioboro, Jogjakarta. Tepatnya di Jl. Amri Yahya No. 2, Pakuncen, Wirobrajan. Ancer-ancernya, dari Km 0 Jogjakarta (perempatan Jl. Margo Mulyo dan Jl. Panembahan Senopati), berjalanlah ke arah barat, melewati RS PKU Muhammadiyah, terus hingga pertigaan Pasar Serangan. Di pertigaan ini belok kanan ke Jl. Amri Yahya. 
Jalan Amri Yahya ini agak kecil, tapi jangan ragu, terus saja berkendara di sini. Hanya 100m kita sudah tiba di resto ini yang ada di sebelah kanan jalan. Jarak dari Km 0 ke Secret Garden menurut google maps adalah 1,3km. Hanya butuh 5 menit dengan mobil jika tidak macet.
Lagi-lagi seperti siang harinya di Jejamuran yang hujan deras, malam itu pun hujan. Alhamdulillah pertengahan Desember 2017 ketika itu bukanlah peak season liburan di Jogja sehingga kota ini cukup lengang, apalagi malam itu hujan. Kami bertiga saja ke sini, thanks to rekomendasi media sosial yang sukses membuat kami penasaran...

Parkiran Secret Garden cukup luas, dan tidak penuh ketika itu. Staf resto membawakan payung besar untuk kami dari parkiran mobil hingga ke dalam. Tapi ya namanya juga malam hari, harap maklum ya jika foto-fotonya agak gelap meski berkilauan akibat pantulan objek yang basah sisa hujan termasuk gazebo bergaya klasik di tengah taman pada foto di atas...

Jika cuaca cerah sebenarnya kami ingin mencoba area taman yang terbuka seperti pada foto di sebelah kanan. 
Area outdoor ini sebenarnya sudah diatur sedemikian rupa sehingga terkesan layaknya kebun jadul di negara londo, lengkap dengan lampu-lampu yang ditata dengan menarik.
Tetapi karena tidak memungkinkan mengingat semuanya basah, maka kami duduk di dalam. Bangunan dan dekorasi resto ini tampak didesain bergaya Victoria, terkesan shabby : anggun dan lembut. Senada sih dengan menunya yang ng-Eropa, meski menu Indonesia pun tersedia juga lho di sini...
Menu unggulan Secret Garden tampaknya adalah cocktail, pasta carbonara, dan lasagna. Menu-menu western di sini dijual di kisaran Rp, 24ribu hingga 30ribu-an per porsi. Tidak terlalu berat lah di kantong.
Selain itu hidangan utama serba ayam juga cukup banyak, dengan rentang harga Rp. 30ribu - 49ribu per porsi. Kami mendapati nama-nama seperti chicken maryland hingga rice with beef black pepper sebagai pilihan main course-nya. 

Kemudian ada juga 4 pilihan steak dalam kisaran harga Rp.30ribu-an per porsi. Lalu di sisi menu makanan lokal kami jumpai pilihan menu nasi goreng, mie goreng/rebus, dan ayam lalapan di kisaran harga Rp. 20ribu-an per porsi. Sop buntut @ Rp. 40ribu-an. Terakhir ada juga iga bakar @ Rp. 60ribu-an.


Minuman yang kami pilih malam itu adalah milkshake, juice strawberry, dan thai tea. Di sini es teh manis masih bisa ditebus hanya Rp. 6ribu per gelasnya.
Sebenarnya untuk Anda yang ingin makan besar, ada pilihan menu barbeque-an seharga Rp. 55ribu per orang all you can eat yang lumayan lengkap juga lho di sini. Secara umum sih harga-harga makanan dan minuman Secret Garden cukup terjangkau.


Mushalla tentunya disediakan oleh manajemen Secret Garden. Kondisinya bersih dan cukup besar, meski memang tak bisa dibandingkan dengan mushalla di Jejamuran yang double satisfying menurut kami...

Kami terus terang sukaaaa sekali dengan konsep shabby dan dekorasi cute yang homy di resto ini. Dan manajemen Secret Garden tampak konsisten menerapkannya di seluruh bagian area mereka.
Unique selling point resto ini selain dekorasi serba vintage yang kami tangkap adalah 'hidangan larut malam' yang terkadang memang dibutuhkan oleh sebagian tamu/wisatawan yang berkunjung ke Jogjakarta. Jam operasional Secret Garden adalah 17.00 - 24.00, atau 16.00 - 23.00 pada bulan Ramadhan 
Hal ini mengingat pada umumnya restoran di kota gudeg tidak buka hingga terlalu larut, kecuali mungkin beberapa resto di Jogja utara yang belakangan memang kian menggeliat menyusul meningkatnya sektor pariwisata Daerah Istimewa ini... 


Selain konsep hidangan larut malam, kami mendapati pula beberapa pilihan menu vegetarian pada daftar hidangan Secret Garden. Cukup menarik dan out of the box sih. Ramah anak juga kami tangkap sebagai fitur utama resto ini. Terbukti dari cukup beragamnya pilihan menu yang cukup sesuai, dan fasilitas ramah anak yang mendukung.
Bagi para pelajar dan mahasiswa juga sepertinya Secret Garden cukup sering memberikan promo/diskon. Hmmm... menarik!
Sedikit masukan adalah sebaiknya meja-meja indoor dijadikan kawasan bebas asap rokok bagi tamu. Para penikmat kretek rasanya masih bisa cukup bebas merokok di area kebun.
Anda yang ingin menghubungi pihak manajemen resto bisa melakukan kontak via facebook, twitter, atau instagram Secret Garden, atau via telepon di (0274)512252.

Secara keseluruhan kami memperoleh kesan yang positif dari resto bergaya shabby ini. Lain kali in sya Allah kami ingin berkunjung kembali kemari, tapi kalau bisa jangan malam hari lagi agar bisa mendapatkan suasana yang berbeda...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar