Handicraft Center kok judulnya 'Pondok Dahar Lauk Jogja'? Mmmm... nama memang tidak perlu literally nyambung, kan? Bisa karena kami memang berasal dari Jogja, bisa juga karena memang pusat hobi kami ini dirintis dari rumah makan mungil kami, Pondok Dahar Lauk Jogja (back to 2011)...
However, pusat hobi kami ini berkarya dalam aneka handicraft
Jogja seperti bambu ulir cendani, vas & meja set gerabah Kasongan, vas kayu minimalis, serta rupa-rupa handicraft yang tak mesti berlabel 'Jogja' semisal bunga rangkai aneka jenis, ranting hias, lukisan bunga, pigura 3D, serta buah & pohon topiary artificial.
Pokoknya Jogja and Florist Enthusiast untuk Anda yang berkediaman di Bekasi dan sekitarnya...

Untuk navigasi cepat ke 'KATALOG UPDATE TERAKHIR' kami, klik di sini...

header gambar laukkita

Hot Items

HOT ITEMS :
* Handicraft Bambu Ulir : Bambu Ulir Cendani Aneka Model
* Handicraft Vas Gerabah : Vas Gerabah Aneka Model
* Handicraft Ranting Hias : Ranting Inul Aneka Model

Senin, 30 Januari 2012

Cara Membuat Pajangan 3D Dino Stegosaurus (Stegosaur Project)


Sejak keranjingan film TV Dino Dan, putra sulung kami yang saat ini duduk di kelas 2 sebuah SD Islam di kawasan Mustika Jaya, Bekasi, rajin mengumpulkan dan membuat pajangan dinosurus 3D aneka jenis. Satu spesies dinosaurus yang paling digemarinya adalah stegosaurus. 
Gambar rekaan stegosaurus, gambar bersumber dari link di bawah :
http://www.google.co.id/imgres?imgurl=http://www.paleo.cc/ce/stegosaurus.gif&imgrefurl=http://paleo.cc/paluxy/stegosaur-claim.htm&usg=
__jiGg9jfa9am2unbFDC1uU-U2XDc=&h=269&w=500&sz=61&hl=id&start=10&sig2=6oNjk2axY27eBGxp2lsUCw&zoom=1&tbnid=cUe
x6yJZmUZ6sM:&tbnh=70&tbnw=130&ei=jCgmT-aEMcbYrQeVg_TCCA&prev=/search%3Fq%3Dstegosaurus%26hl%3Did%26client%3
Dfirefox-a%26sa%3DX%26rls%3Dorg.mozilla:en-US:official%26channel%3Ds%26tbm%3Disch%26prmd%3Divns&itbs=1 

Makhluk purba yang diperkirakan hidup pada awal jaman Jura di Amerika Utara ini disebut stegosaurus atau 'kadal beratap' karena barisan sisik besar di punggungnya. Secara bahasa (Yunani) : stego = piring/atap + sauros = kadal. Stegosaurus termasuk satu dari spesies dinosaurus paling terkenal dan mudah diidentifikasi karena adanya dua baris sisik seperti layar yang saling bersilang di punggungnya, serta 2 pasang duri panjang di ekornya yang disebut thagomizer.

===========================================================================
Must have items sista...
 Sweet loli set (pink, biru, oranye, ungu, kuning) Rp 65.000/set


Bunga rawa/bola (kiri) Rp. 65.000/set ; Bonsai merah (kanan) Rp. 100.000/set
 
===========================================================================

Ahli kepurbakalaan memperdebatkan tentang bagaimana sisik-sisik di punggung Stegosaurus tersusun, karena sisik tersebut berada di atas lapisan otot punggung (mereka bahkan memperkirakan sisik tersebut memiliki pembuluh darah). Maka saat Stegosaurus mati dan memfosil, sisik-sisik tersebut terlepas dan saling bertumpukan. Pendapat pertama mengatakan bahwa sisik Stegosaurus menutupi punggungnnya, pendapat kedua mengatakan bahwa sisik-sisik tersebut berdiri tegak dan saling bersebelahan dan pendapat terakhir yang paling disetujui adalah sisik-sisiknya berdiri tegak dengan posisi saling bersilang.
Satu hal lain yang juga kerap menimbulkan salah paham mengenai Stegosaurus adalah rongga pada ujung ekornya. Dahulu, para ahli purbakala menduga bahwa rongga tersebut berisi otak Stegosaurus, sehingga menimbulkan anggapan bahwa Stegosaurus merupakan Dinosaurus yang pintar karena memiliki 2 otak. Belakangan diketahui bahwa anggapan tersebut salah. Stegosaurus tidak pintar karena otaknya hanya sebesar bola golf! Rongga pada ekor Stegosaurus adalah tempat melekatnya otot-otot ekor yang sangat kuat, yang digunakan sebagai alat pertahanan diri dengan mengayunkan ekor berdurinya sekeras mungkin ke arah penyerangnya.

Nah, kembali ke cara membuat pajangan 3D stegosaurus, putra kami telah membuat pola yang dapat dipindahkan/dijiplakkan dengan kertas karbon ke atas kertas karton tebal atau triplek seperti gambar di bawah :

Urutan pembuatannya adalah sbb. :
  • Pindahkan/jiplakkan pola di atas ke karton tebal atau triplek, namun skalanya harus persis sama. Maksudnya, jangan mengubah skala kaki misalnya menjadi 200% sementara skala anggota tubuh lain tetap 100%. Anda boleh memperbesar gambar di atas, asalkan seluruh pola (dari A sampai L memiliki skala yang sama).
  • Pastikan bahwa lebar celah yang akan saling berpasangan tepat sama dengan tebal karton/triplek yang digunakan. Jangan terlalu lebar karena akan longgar saat dirangkai. 
  • Potong dengan rapi karton tebal/triplek tadi mengikuti garis pola skala.
  • Rangkai seluruh anggota tubuh mengikuti pedoman pada gambar di bawah. Perhatikan untuk sisik atau layar tubuh (B1 & B2), arah pemasangan sisik yang ukurannya mengecil adalah di depan :

Anda dapat mewarnai stegosaurus yang sudah selesai dirangkai sesuai selera. Tidak ada yang salah, toh kita memang tidak tahu pasti apa warna kulit stegosaurus yang sebenarnya.

Pajangan 3D seperti ini kami nilai sangat positif bagi perkembangan anak karena merangsang kreativitas dan rasa ingin tahu anak tentang kehidupan dinosaurus, serta mendorong anak untuk kian giat mempelajari ilmu pengetahuan pada umumnya.

Mudah, bukan?

Another must have items...


Baca juga :

Jumat, 27 Januari 2012

Resep Membuat Gudeg ala Lauk Jogja

Gudeg Jogja, siapa yang tidak tahu makanan tradisional ini? 

Rasanya sudah tidak mungkin bagi kami untuk membuat gudeg dengan cara tradisional (kuali tanah liat yang dibakar semalaman dengan kayu bakar) mengingat lamanya waktu yang diperlukan dengan cara tradisional ini (meski rasanya memang kata orang lebih enak). Karena praktis kami harus membuat gudeg setiap hari, kami memilih menggunakan pressure cooker yang prosesnya jelas lebih cepat. Soal rasanya pun pelanggan kami menilai gudeg yang kami buat justru lebih cocok untuk lidah masyarakat heterogen di Bekasi dibandingkan rasa gudeg 'asli' Jogja yang lebih manis dan cenderung bertekstur kering ala Gudeg Yu Djum di Wijilan (tak jauh dari Plengkung Utara Jogja).
Well, berikut resep dan cara kami mebuat gudeg dengan pressure cooker Vienta :

Bahan :
  • 2 kg nangka muda, dipotong-potong persegi secukupnya (sekitar 3 ~ 5 cm)
  • 1/4 kg daging, dipotong-potong kecil/tetelan

Bumbu (dihaluskan dengan blender) :
  • 75 g bawang merah
  • 25 g bawang putih
  • 40 g kemiri
  • 20 g garam
  • 1 sdm ketumbar
  • 1 ruas ibu jari jahe
  • 1 ruas ibu jari laos
  • 200 g gula merah

Kuah : 
  • 3 gelas santan kelapa
  • 5 lembar daun salam

Cara memasak :
  1. Potongan nangka diseduh dengan air panas, tiriskan.
  2. Masukkan nangka dan daging tetelan ke dalam pressure cooker.
  3. Masukkan semua bumbu halus. 
  4. Tuangkan santan.
  5. Masak dengan tekanan low (65 kPa) selama sekitar 45 menit. Pastikan bahwa katup pengunci tutup pressure cooker selalu dalam posisi naik ke atas walaupun api kompor dikecilkan. Jika katup pengunci jatuh ke bawah, besarkan api sedikit hingga katup naik kembali.
  6. Gudeg Jogja siap dinikmati dalam waktu jauh lebih cepat dibanding cara tradisional.

 Tidak sulit, bukan?

Must have items sista...
Simak juga :
Produk bambu ulir di Pondok Dahar Lauk Jogja 
Artikel menarik tentang krecek asli jogja untuk gudeg Pondok Dahar Lauk Jogja 
Artikel menarik tentang sentra gerabah Kasongan Jogjakarta 

Kamis, 26 Januari 2012

Dual Pedal Scooter, Mainan Anak Populer

Beberapa bulan terakhir, anak perempuan kami yang masih duduk di bangku TK-B selalu menyempatkan bermain dual pedal scooter yang banyak disewakan di mall-mall saat kami berbelanja bulanan. Tahu kan, permainan ini, ya... seperti foto di bawah :


Dual pedal scooter memiliki dua buah pedal di bagian belakang rangkanya. Pengendara harus menekan (mendorong ke bawah dengan gerakan menginjak) secara berganti-ganti antara pedal kiri dan kanan untuk menjalankan scooter ini ke depan. Cukup dipelajari beberapa menit saja (ditambah kemampuan menjaga keseimbangan tentunya), anak-anak pasti sudah lancar memainkannya. Tak perlu khawatir pula akan kemungkinan anak terjengkang ke belakang karena dual pedal scooter memiliki dua buah roda kecil di belakang untuk mencegah terjungkalnya pengendara ke belakang.
Dual pedal scooter memiliki rangka dari aluminium yang kokoh, dan body dari plastik aneka warna (umumnya berwarna hijau, biru, pink, oranye, ungu, dan hitam). Rodanya tampak mantap, terbuat dari karet tebal yang berkualitas baik. Tinggi setang dapat diatur naik-turun, disesuaikan dengan tinggi pengendara. Setang dilengkapi dengan rem belakang dan bel. Setang ini sendiri dapat dilipat dengan cara direbahkan ke arah belakang agar tidak memakan banyak ruang selama dibawa dengan kendaraan atau di-packing dalam carton box-nya.
Berat total mainan ini sekitar 6 kg, dan dapat menyangga pengendara berbobot hingga 65 kg. Orang dewasa pun dapat menaikinya pula, termasuk kami sendiri yang cukup sering juga menaikinya... yah, sekedar putar-putar di garasi lah :-). 


============================================================================
Must have items...
 ============================================================================

Berawal dari menyewa di mall, tahu sendiri kan anak-anak ujung-ujungnya pasti meminta dibelikan. Kami pun sudah berencana akan membelinya langsung dari pabrikan dalam perjalanan kami berikutnya ke China. Yah, daripada membeli dari importir di Indonesia yang menjual produk ini dengan harga mahal (umumnya di atas 1,2 juta hingga 2,5-an juta), lebih baik hand carry dari manufacturer-nya. Kami pun mengontak beberapa teman di industri dual pedal scooter di Yongkang (propinsi Zhejiang, China), dan menemukan alternatif supplier yang dapat menyediakan dual pedal scooter berkualitas dengan harga sangat kompetitif.
Finally... inilah anak perempuan kami bergaya di atas dual pedal scooter pink-nya...


Tiap Ahad pagi anak-anak kami suka pula bermain dual pedal scooter di lapangan bulutangkis dekat rumah. Lumayan lah untuk olahraga ringan...


Another must have items sista...


Baca juga :

Selasa, 24 Januari 2012

Cara Kami Menyimpan Makanan di Pondok Dahar lauk Jogja (How We Preserve the Food)

Tidak hanya urusan masak-memasak, di rumah makan seperti Pondok Dahar Lauk Jogja, urusan menyimpan makanan pun tak boleh dilupakan begitu saja. Salah cara menyimpan, masakan bisa lekas rusak atau minimal tak segar lagi. Tentu kami tidak menghidangkan makanan seperti ini. Konsekuensinya, cara penyimpanan makanan pun kami perhatikan dengan sungguh-sungguh.
Sekitar setahun terakhir ini kami menggunakan produk penyegel makanan (food sealer) Smart Lids. Foto produk yang kami gunakan tertera di bawah :

Smart Lids paket kami terdiri dari 4 penutup (lid) berukuran diameter 11,5 cm, 15,25 cm (2 pcs), dan 21,5 cm, dan 4 wadah makanan plastik (container) berkapasitas 430 ml, 1000 ml (2 pcs) dan 2900 ml. Namun demikian, pada praktiknya kami lebih sering menggunakan penutup Smart Lids langsung ke piring makanan/rantang atau gelas, tidak ke wadah plastik standarnya. Smart Lids menurut pengalaman kami dapat digunakan untuk menyegel makanan yang ada di dalam wadah apa pun, selama bibir atas wadah tersbut datar (tidak bergelombang seperti beberapa jenis piring makan yang tepi bibir paling atasnya bergelombang). Contohnya piring strawberry atau gelas teh seperti foto-foto di bawah :
digunakan langsung pada piring berisi buah
digunakan langsung pada gelas minuman, terlihat bahwa air/minuman tidak tumpah meski gelasnya dijungkirkan
Cara menggunakan Smart Lids sangat mudah : tinggal tekan saja material plastik elastis transparan penutup Smart Lids di atas wadah yang digunakan hingga penutup Smart Lids benar-benar menyegel bagian dalam wadah di bawahnya. Hal ini bisa terjadi karena saat menekan material plastik elastis transparan penutup Smart Lids, sebagian udara di bagian dalam wadah terdorong keluar dan menciptakan kondisi tekanan di dalam wadah lebih rendah dibanding udara sekitarnya. Akibatnya, udara sekitar yang bertekanan lebih tinggi terus menekan material plastik elastis transaparan tersebut ke bawah dan mencegah masuknya udara dari luar ke dalam wadah. Hal ini sekaligus mencegah kontaminasi terhadap makanan yang berada di dalam wadah tadi.
Material plastik elastis transparan penutup Smart Lids sendiri cukup kuat/tak mudah robek (kecuali jika ditusuk dengan ujung garpu, pisau, atau pulpen yang tajam dengan kuat). Kami membuktikan sendiri dengan menekannya menggunakan ujung kuku, dan material transparan Smart Lids masih mampu bertahan alias tidak robek. Simak gambar di bawah :

Memang saat membeli stick blender Tokebi, kami pun mendapatkan bonus New Airlock (kantung penyegel makanan). Sejauh ini kami belum mencoba New Airlock tersebut, karena masih cukup nyaman/puas dengan kinerja Smart Lids dalam menjaga kesegaran makanan yang kami simpan. Setelah nanti kami mencoba New Airlock, kami pasti akan berbagi pengalaman serupa dengan Anda.
Yang penting, seluruh makanan yang kami sajikan di Pondok Dahar lauk Jogja terjamin kesegarannya.

Simak juga :
Artikel beda porsi makanan Indonesia & China

Rabu, 18 Januari 2012

Kolaborasi : Anda Siap Berkolaborasi? (Are You Ready for Collaboration?)

Anda tentu sering mendengar istilah kolaborasi. Bahkan saat ini semua orang berlomba-lomba untuk berkolaborasi, atau paling tidak mengklaim dirinya kolaboratif. Tapi sebenarnya apa sih yang dimaksud dengan kolaborasi?
Jika ditinjau dari akar bahasa, kata Inggris collaborate berarti bekerja dengan pihak lain untuk mencapai sesuatu. Pendeknya, co-labor mengandung makna ’bekerja bersama’. Kolaborasi bukan hanya dapat diadopsi oleh perusahaan atau organisasi resmi lain. Prinsip-prinsip kolaborasi pun bisa – bahkan seharusnya – dipraktikkan dalam keluarga. Keluarga yang kolaboratif sangat berpotensi untuk mencapai tujuan positif dalam setiap aspek hidup sehari-hari.
 
Dewasa ini kolaborasi mutlak dilakukan di segala bidang kehidupan. Kolaborasi bukanlah pilihan, karena memang tak mungkin dihindari. Kolaborasi bahkan berpotensi mengubah sesuatu yang mustahil menjadi mungkin dilakukan. Hal ini dapat dicapai lewat komunikasi, kepercayaan, serta kerjasama antar pihak yang sepakat untuk berkolaborasi.
 
Banyak perusahaan besar (yang bahkan saling bersaing dalam bisnis) sudah membuktikan dahsyatnya manfaat kolaborasi. Daihatsu dan Toyota misalnya. Meski sama-sama berkompetisi memperebutkan pasar permobilan nasional, kedua pabrikan ini justru mencetak sukses besar lewat proyek kolaborasi Xenia-Avanza. Atau dalam dunia perbankan, khususnya consumer banking. Contoh mudah, saat ini tak ada lagi bank yang tidak menggandeng bank lain dalam hal akses ATM. Silakan lihat kartu ATM Anda. Pasti di sana tercetak sederet logo yang mengisyaratkan kolaborasi kental demi mempermudah transaksi konsumen via ATM, di mana konsumen dapat memanfaatkan ATM milik bank lain (kompetitor) dalam bertransaksi meski konsumen tersebut tidak memiliki rekening pada bank pemilik mesin ATM tersebut. Fasilitas ini diberikan lewat kolaborasi yang dilambangkan oleh logo ATM Bersama misalnya. Bagi suatu bank, kolaborasi ini sangat menguntungkan karena mereka tak perlu membangun sekian banyak ATM di seluruh Indonesia. Bank-bank itu dapat saling memanfaatkan ATM milik sesama bank peserta fasilitas ATM Bersama.
Namun tentu saja kolaborasi semacam ini (coopetition merupakan istilah yang sering digunakan dalam terminologi kolaborasi dengan kompetitor) mutlak memerlukan perencanaan jitu agar sukses memperoleh hasil yang diinginkan. Xenia-Avanza misalnya. Kedua pabrikan tidak rakus berebut jatah pasar sebesar-besarnya. Maka, Xenia dikonsentrasikan untuk kelas 1000 cc, sedangkan Avanza untuk 1300 cc. Meski Xenia pun mengeluarkan varian 1300 cc, fokusnya tetaplah 1000 cc. Coopetition yang didesain apik semacam ini terbukti sukses dengan laris manisnya Xenia-Avanza di pasar mobil nasional. Hal ini tidak terjadi pada Suzuki APV dan Mitsubishi Maven misalnya. Karena keduanya sama-sama dipersenjatai mesin 1500 cc, APV-Maven tidak saling melengkapi layaknya Xenia-Avanza, tetapi justru bertarung memperebutkan segmen pasar yang sama. Jadi memang dibutuhkan analisis dan kreativitas yang prima untuk menjamin berhasilnya kolaborasi.
Dalam memulai kolaborasi, pihak-pihak terkait semestinya menetapkan dulu tujuan bersama yang ingin dicapai. Setelah tujuan itu jelas, kembangkan rasa saling percaya hingga level fundamental dan emosional sekalipun sehingga tiap pihak terkait seharusnya tidak canggung lagi menunjukkan kelemahan, kesalahan, bahkan perilaku, hingga mencapai suatu titik di mana semua pihak saling terbuka. Ini penting karena semua pihak yang saling percaya tak akan ragu untuk terlibat dalam dialog yang bergairah – bahkan konflik - dalam membahas berbagai hal dan keputusan kunci menuju keberhasilan.
Konflik janganlah ditabukan. Berbeda pendapat sah-sah saja terjadi. Kolaborasi yang dilakukan oleh pihak-pihak yang bersedia untuk terlibat dalam konflik sehat akan mampu menghasilkan kepercayaan yang tulus mengenai keputusan penting yang diambil, meski sebelumnya ada pihak yang tidak setuju. Rasa memiliki atas keputusan yang diambil melahirkan komitmen dalam melaksanakan tindakan bersama tersebut. Akhirnya, tindakan yang dikerjakan dengan sepenuh hati tentu sangat berpotensi untuk berhasil. Inilah langkah-langkah kolaborasi yang umumnya dilakukan.
Memang pada praktiknya, langkah konflik sehat yang mesti dilalui paling sering dipandang sebagai langkah yang paling sulit, namun menentukan berhasil-tidaknya kolaborasi. Dalam setiap konflik, tiap pihak terkait semestinya benar-benar memperhatikan keinginan pribadi dan keinginan pihak lain. Kolaborasi hanya dapat timbul jika seluruh pihak terkait mengoptimumkan kepentingan pribadi dan kepentingan pihak lain dalam waktu bersamaan. Jika salah satu pihak hanya mementingkan kepentingan pribadinya, pihak lain tentu akan letih terus-menerus mengalah. Kolaborasi pun tak bakal langgeng karena pihak yang terus terpaksa mengikuti keinginan pihak lain cenderung akan lari menghindar. Seringkali kolaborasi yang baik bahkan mampu menemukan metode baru yang sama sekali berbeda dengan keinginan pribadi pihak-pihak terkait. Jadi bukan ’my way’ atau ’your way’ yang dicari dalam kolaborasi, melainkan ’better way’.
Namun tak jarang, karena tiap pihak kesulitan mendapatkan ‘better way’, mereka cenderung sekedar melakukan kompromi, bukan kolaborasi. Kompromi biasanya lahir dari kesediaan untuk mengurangi sedikit keinginan pribadi dan mengakomodasi sedikit keinginan pihak lain. Jadi kedua pihak bersedia ‘rugi sedikit’. Kolaborasi berbeda. Dalam kolaborasi, baik keinginan pribadi maupun pihak lain sama-sama tercapai, namun lewat sebuah ‘better way’.
Lalu bagaimana mencari ‘better way’ itu? Dan apakah memang benar kolaborasi dapat diterapkan dalam lingkup sekecil keluarga?

Di bagian awal memang telah disinggung bahwa prinsip kolaborasi semestinya dipraktikkan dalam keluarga. Di sini perlu dibedakan antara kompromi dan kolaborasi. Memang tidak semua masalah harus diselesaikan lewat kolaborasi karena kolaborasi sungguh membutuhkan usaha lebih besar ketimbang kompromi. Hal-hal yang efeknya kecil dan relatif mudah diselesaikan tetap dapat diselesaikan hanya di level kompromi, contohnya masalah transaksional.
Coba bayangkan jika seorang tukang mangga keliling lewat di depan rumah, dan kita ingin membelinya. Penjual mangga tadi mungkin membuka harga Rp. 15.000/kg, sementara kita mau Rp. 10.000. Timbul konflik di sini. Lantas keinginan siapa yang akan diambil sebagai keputusan akhir? Dalam masalah transaksional begini, tawar-menawar biasanya berujung pada kompromi Rp. 12.500/kg. Kita dan penjual sama-sama sedikit mengalah demi mengakomodasi keinginan pihak lain.
Untuk mencapai level kolaborasi, kita dan si penjual harus mau berupaya lebih keras. Kedua pihak mesti menoleh ke akar penyebab mengapa kita mau harga beli Rp. 10.000, sementara penjual ingin harga jual Rp. 15.000. Alasan kita mungkin karena kita tidak yakin akan kualitas mangga yang dijual. Jika dijamin kualitasnya baik semua, bisa jadi dijual Rp. 20.000 pun kita masih mau membeli. Dan alasan si penjual mungkin karena tidak adanya jaminan penghasilan yang kontinyu sehingga ia berusaha menjual setinggi-tingginya tiap ada prospek jualan. Maka apabila besok pun tidak ada yang membeli mangganya, ia sudah memiliki sedikit simpanan hasil menjual mahal pada kita hari ini.
Cukup jelas bahwa sebenarnya harga bukanlah masalah utama. Akar penyebab itulah yang lebih utama, yang kemudian melatarbelakangi patokan harga tertentu. Jika sudah sampai di sini dan kedua pihak telah sama-sama memahami akar penyebabnya, kolaborasi bisa segera dimulai.
Kolaborasi yang diambil bisa berupa sistem langganan misalnya. Jadi, kita menjamin si penjual boleh datang menjual mangga tiap 2 hari ke rumah sehingga ada kepastian penghasilan baginya, sementara penjual pun memastikan bahwa ia hanya akan menjual mangga berkualitas baik pada kita. Maka, kedua akar masalah terselesaikan tanpa ada pihak yang merasa dikorbankan kepentingannya : kita dapat mangga berkualitas, penjual dapat kepastian penghasilan. Harga yang disepakati lewat ’better way’ langganan bisa jadi tetap Rp. 12.500, tapi bisa juga angka lain karena setelah berkolaborasi sebenarnya pihak-pihak terkait tidak lagi bicara di level harga, melainkan sudah ke tahap akar penyebab yang seringkali serba relatif alias tak bisa diukur dengan harga tertentu.
Namun sekali lagi memang kalau kita hanya sesekali membeli mangga dan penjual pun hanya sesekali melewati rumah kita, level kompromi sudah cukup. Tak perlu buang-buang energi untuk berkolaborasi dengan pihak yang tidak memiliki tujuan bersama secara jelas. Pendeknya, kita boleh memilih pihak mana yang layak diajak berkolaborasi, dan mana yang tidak perlu. Pihak yang layak diajak berkolaborasi tentulah harus memiliki tujuan bersama yang sejalan dengan kita.
 

Berbeda dengan masalah transaksional, di dalam keluarga seharusnya prinsip kolaborasi selalu diterapkan karena hubungan keluarga jauh lebih dalam ketimbang sekedar urusan membeli mangga. Bahkan hal kecil yang kerap mengganjal dalam keluarga pun seharusnya diselesaikan lewat kolaborasi agar tidak berlarut-larut.

Masalah belanja bulanan contohnya. Dalam keluarga single income di kota besar, ayah bekerja 5 atau 6 hari sepekan sehingga weekend benar-benar ingin dinikmatinya untuk beristirahat total. Bepergian keluar rumah pada weekend dengan segala resiko kemacetannya benar-benar bukan pilihan menarik bagi ayah. Di lain pihak, kesempatan untuk berbelanja bulanan – sekaligus rekreasi keluarga - pun hanya datang saat weekend itu sehingga si ibu tetap ingin berbelanja bulanan pada weekend. Bagaimana mengatasi konflik seperti ini dengan kolaborasi?
Sekali lagi, cobalah pahami akar penyebabnya, dan bukan sekedar masalah hari apa seharusnya berbelanja bulanan. Kepentingan ayah jelas tidak ingin terkena macet lagi – ditambah antri di kasir saat membayar belanjaan - setelah selama hari kerja terjebak kemacetan berjam-jam. Ayah sebenarnya mau saja diajak belanja bulanan ke mall hari apa pun, asal tidak terkena macet sehingga weekend tetap bisa dimanfaatkan untuk istirahat. Ibu berkepentingan untuk belanja bulanan dengan mobil - karena tentu barang yang dibeli tidak sedikit -, serta bepergian bersama seluruh anggota keluarga demi menjaga keharmonisan keluarga.
Pada titik ini, ibu bisa bertanya apakah hari Sabtu dan Ahad keduanya sama macetnya? Jika ternyata ayah memastikan bahwa hari Ahad tidak semacet Sabtu, keluarga itu bisa saja berbelanja bulanan pada ’saat tidak macet’, yaitu Ahad. Atau jika memang terpaksa harus berbelanja bulanan pada hari Sabtu, giliran ayah yang bertanya apakah ibu bisa menyiapkan seluruh anggota keluarga – terutama anak-anak - untuk berangkat pukul 8 pagi. Bila ibu memastikan bahwa ia bisa menjamin mereka sudah berangkat pukul 8 pagi, berbelanja begitu mall dibuka, dan membayar di kasir saat antrian pembeli masih pendek, ayah pun tak akan keberatan untuk berbelanja pada hari Sabtu. Sekali lagi, hari belanja sebenarnya tidak penting karena sejatinya yang diinginkan kedua pihak bukanlah hari tertentunya, tetapi tidak macet-antrinya, menggunakan mobilnya, serta mendukung keharmonisan keluarganya. Sepanjang ketiga akar penyebab ini terpenuhi, baik ayah maupun ibu sama-sama merasa ’menang’. Kolaborasi pun berujung pada kebaikan semua pihak alias ’better way’.

Itu baru hal belanja bulanan yang relatif kecil. Hal lain yang jauh lebih utama tentu butuh kolaborasi pula. Kuliah anak misalnya. Akar kepentingan orang tua adalah menyekolahkan anak dalam batas kemampuan/anggaran pendidikan yang telah mereka persiapkan sejak si anak masih kecil. Sementara akar kepentingan si anak adalah kuliah di universitas bermutu, namun logikanya membutuhkan biaya tinggi. Kolaborasi yang baik berangkat dari pemahaman kedua pihak akan akar kepentingan masing-masing, bukan dimulai dari pertanyaan ’anak akan kuliah di universitas apa?’.
Artikel mengenai makna nama-nama jurusan di perguruan tinggi dapat dibaca di sini
 
Si anak bisa saja mengawali kolaborasi dengan menyodorkan data kualitas pendidikan serta anggaran beberapa alternatif universitas pada orang tua. Orang tua pun bisa membuka wacana target level pendidikan yang ingin dicapai si anak. Maksudnya, jika anak ingin kuliah sampai level S2, ia bisa saja memilih kuliah S1 di universitas berkualifikasi baik namun dengan anggaran tidak terlalu mahal. Ia tidak perlu bernafsu kuliah di universitas terunggul dengan biaya selangit karena memang nantinya ia akan lebih menggunakan ijazah S2-nya dalam berkarya. Dan karena penerimaan S2 tidak mensyaratkan kelulusan dari universitas tertentu, mengapa harus memilih S1 yang mahal?
Kolaborasi yang dilandasi kemauan untuk saling memahami kepentingan pihak-pihak terkait seperti ini tentu akan melahirkan ’better way’ yang sering kali tidak terpikirkan sebelumnya. Bayangkan apa yang terjadi jika sejak awal si anak sudah berkeras ’saya harus kuliah di Universitas A’, dan orang tua pun tak kalah gigi membalas ’kamu tidak boleh kuliah di universitas A’. Kedua pihak sudah menentukan harga mati ’universitas A’ tanpa mau mencari tahu mengapa si anak ingin kuliah di universitas A, dan apa alasan orang tua mati-matian menentangnya. Kedua pihak tentu sangat berpotensi untuk memasuki suasana serba tidak enak, bahkan berujung kegagalan. Kita tidak menghendakinya, bukan? Maka, berkolaborasilah. 
Anda siap untuk itu?
Simak juga :

Selasa, 17 Januari 2012

Oleh-Oleh dari Puspa Iptek Sundial : Rahasia Kursi Paku Sang Fakir (The Secret of Fakir's Nail Chair)

Belum lama, kami sekeluarga mengunjungi Puspa Iptek Sundial di Padalarang. Lokasi Sundial yang tak jauh dari gerbang tol Padalarang (tepatnya di Kota Baru Parahyangan) membuatnya sebenarnya sangat mudah dijangkau bagi pelancong dari mana saja, terutama dari Jabodetabek. Kegiatan yang bisa dilakukan di sini memang tak jauh-jauh dari aktivitas belajar sambil bermain, mengingat fasilitas yang dimilikinya sebenarnya memang berupa alat-alat peraga iptek. Namun berkunjung ke Sundial terasa menyenangkan karena suasana 'belajarnya' yang fun. Nyaris tak terasa seperti sedang belajar.
jam matahari vertikal di pintu masuk
Puspa Iptek Sundial adalah wahana pendidikan yang terletak di kawasan Kota Baru Parahyangan, Padalarang, Bandung. Puspa Iptek Sundial diresmikan pada tanggal 11 Mei 2002, bertepatan dengan momen Hari Pendidikan Nasional. Keberadaan Gedung Puspa Iptek merupakan upaya penting bagi perwujudan Kota Baru Parahyangan sebagai Kota Mandiri yang berwawasan Pendidikan. 
Mulai tahun 2013 area alat peraga di Puspa Iptek Sundial juga diperluas serta fasilitasnya diperlengkap, seiring dengan semakin tingginya minat dan kepedulian masyarakat terhadap dunia sains dan teknologi.
Nama Puspa Iptek Sundial merupakan perpaduan antara Puspa Iptek dan Sundial. Puspa Iptek adalah singkatan dari Pusat Peragaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi sedangkan Sundial berarti jam Matahari. 
Kata Sundial tersebut melekat karena Puspa Iptek berada di sebuah bangunan yang unik. Keunikannya adalah gedungnya sekaligus berfungsi ganda sebagai jam Matahari. Jam Matahari yang terdapat di Puspa Iptek pun tidak hanya satu, melainkan dua buah yaitu jam Matahari horizontal dan jam Matahari vertikal yang terpadu menjadi satu kesatuan. 
jam matahari horizontal raksasa Puspa Iptek
Jam Matahari horizontal yang terdapat di Puspa Iptek itu juga merupakan jam Matahari horizontal terbesar di Indonesia. 
Atas keunikannya itu, Puspa Iptek Sundial mendapatkan 2 buah penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI), yaitu untuk kategori Jam Matahari Terbesar di Indonesia dan Jam Matahari Vertikal dan Horizontal Terpadu Pertama di Indonesia. 
Satu di antara puluhan alat peraga yang sangat anak-anak kami minati adalah kursi paku. 
Tahu kan kursi paku? Itu lho, kursi penuh paku yang suka diduduki oleh para fakir dari India. 
Tokoh favorit kami, sang wartawan Tintin saja dalam salah satu komik petualangannya pernah bertemu dengan fakir yang selalu duduk di atas kursi paku.
Meski awalnya takut-takut mencoba, akhirnya anak-anak kami berani juga mencoba duduk di atasnya. 
Dalam lanjutan perjalanan ke rumah mertua kami di Bandung, anak-anak tak habis-habis bertanya ini itu seputar sang kursi paku. Pertanyaan-pertanyaan berbau ilmiah begini untungnya sudah menjadi makanan sehari-hari untuk suami kami, yang dengan panjang lebar kemudian menjelaskan rahasia kursi paku sang fakir. Anda-anda juga mau tahu? Begini kurang-lebih penjelasan suami kami ketika itu :
Kebiasaan para fakir yang sekaligus berguna untuk menunjukkan kemampuan supranatural serta kedekatan mereka dengan para dewa ini mulai berkembang pada sekitar 2000 tahun sebelum masehi (SM). Sejak 2000 SM pula lah jutaan orang dibuat berdecak kagum oleh kemampuan ini. “Luar biasa!” demikian mungkin seru mereka.
Ya, mungkin tampak luar biasa. Namun demikian, iptek ternyata memiliki penjelasan berbeda atas kemampuan duduk di atas kursi paku ini. Penjelasan yang sesungguhnya bertolak belakang dengan kesan ajaib yang ditimbulkannya. Iptek justru mengatakan bahwa semua orang sebenarnya bisa melakukan pertunjukan duduk di atas kursi paku! Perhatikan gambar di bawah :


Gambar di atas menunjukkan seorang fakir yang sedang duduk bersila di atas kursi pakunya. Jika diperhatikan pula, sang fakir selalu sengaja mengatur paku-paku tersebut saling berdekatan satu sama lain. Entah kursi atau pun ranjang paku umumnya memiliki paku-paku yang disusun rapat-rapat.
Pertanyaannya : apa tujuan menyusun paku serapat ini? Apakah memang ini rahasia di balik pertunjukan duduk atau berbaring di atas paku?
Katakanlah kondisi saat fakir duduk di atas kursi paku adalah sbb. :
bambu minimalis set, Rp. 150.000
  • Massa tubuh sang fakir 50 kg.
  • Jarak antar paku pada kursi yang diduduki 1 cm.
  • Sikap duduk sang fakir melingkupi daerah yang secara garis besar berukuran 30 x 40 cm. Artinya, terdapat tak kurang dari 31 baris x 41 kolom paku = 1271 buah paku yang menopang tubuh sang fakir.
  • Maka, massa tubuh sang fakir akan terbagi rata ke seluruh 1271 buah paku tersebut.
  • Jadi, tiap paku akan menerima beban 50 kg / 1271 paku = 0.039 kg alias hanya sekitar 39 gram.
  • Di sini berlaku hukum gaya aksi-reaksi antara paku dengan bagian tubuh sang fakir yang bersentuhan dengan paku-paku tersebut. Artinya, bagian tubuh sang fakir pun seolah hanya ditusuk oleh paku dengan beban 39 gram. Beban seringan ini tak akan membahayakan atau melukai kulit sama sekali, apalagi jika sang fakir mengenakan kain atau bahan lain sebagai celananya. Kain akan semakin memperkecil efek pembebanan paku terhadap kulit tubuhnya.

Sebagai gambaran, kulit di daerah telapak tangan manusia yang amat peka umumnya baru akan mulai dapat merasakan tusukan paku jika paku tersebut dibebani massa 100 gram. Beban 39 gram belum akan terasa oleh kulit telapak tangan, apalagi kulit di bagian lain yang tidak sepeka kulit telapak tangan.
Sehelai kain katun (bahan kemeja biasa) bahkan dapat meredam efek tusukan paku sehingga kulit dibalik sehelai kain tersebut baru akan mulai dapat merasakan tusukan paku pada angka beban 400 gram.

         Jadi, mengurangi jumlah paku pun sebenarnya masih memungkinkan bagi sang fakir sehingga beban yang dirasakannya bertambah menjadi 100 gram. Nilai beban 100 gram toh belum akan membahayakan kulit sang fakir. Dengan cara perhitungan yang sama akan didapatkan :
  • Jumlah paku = 50 kg / 0.1 kg tiap paku = 500 buah paku.
  • Karena luas daerah duduk sang fakir tetaplah 30 x 40 cm, maka kini alas duduk sang fakir cukup memiliki sekitar 500 buah paku yang didapat dari konfigurasi 18.18 baris x 25 kolom paku.
  • Konfigurasi baris x kolom paku tersebut diperoleh dengan jarak antar paku sekitar 1.6 cm, tidak lagi 1 cm seperti contoh sebelumnya.
Pigura 3D bunga bola (60*20*tebal 4 cm), Rp. 75.000/pigura
           
Dari penjelasan di atas, susunan rapat paku pada kursi atau ranjang paku sang fakir memang merupakan kunci keberhasilan mereka dalam pertunjukan ini. Semua orang sebenarnya dapat melakukannya asal mengetahui rahasianya.
Namun demikian, meditasi dan latihan berulang-ulang yang menempa tubuh sang fakir memang akan membuat mereka memiliki ketahanan lebih terhadap efek tusukan paku dibandingkan orang biasa (yang tak pernah berlatih). Jika kulit orang biasa mulai dapat merasakan tusukan paku pada angka beban 100 gram, maka sang fakir berkat latihan berulangnya akan dapat lebih menahan rasa sakit akibat tusukan paku ke angka 200 gram atau lebih tinggi tanpa terluka.

Kesimpulannya : menurut iptek, pertunjukan duduk atau berbaring di atas alas paku sangat mungkin dilakukan oleh semua orang selama susunan pakunya cukup rapat tanpa melibatkan unsur supranatural/mistik sama sekali.

Entah benar-benar paham atau tidak, anak-anak kami mendengarkan dengan serius penjelasan ayahnya. Dan tak terasa, kami pun tiba di rumah mertua yang kami tuju untuk menghabiskan liburan akhir pekan saat itu.


 



Jangan dilewatkan :
Kami melayani pesanan khusus terkait warna maupun desain produk.
Ranting inul mawar silkworm cocoon-like ungu tipe-C minimalis (vas kayu 45 cm), Rp. 175.000/set

Informasi mengenai fasilitas edukasi serupa di Jogjakarta (Taman Pintar Jogjakarta) dapat dibaca di sini

Jumat, 13 Januari 2012

Alat Masak 3-ply Nan Elegan (The Elegant 3-ply Cookwares)

Window shopping peralatan masak di mall memang membuat lapar mata. Beragam alat masak dipajang, mulai kualitas rendah hingga bintang lima. Termasuk sekelompok alat masak yang ditempatkan di rak utama, berkilauan kinclong, menyiratkan kualitas prima, tapi harganya juga jangan ditanya. Jika dikurs ke rupiah, harganya mendekati satu jutaan rupiah untuk tiap wajan/wok ukuran sekitar 30 cm (diameter). 3-ply, begitu label yang ditempelkan di bawah wajan dan panci berkilauan itu.

Wajan dan panci tersebut memang terbuat dari stainless steel tebal (sekitar 2,5 mm), jauh lebih tebal dibanding wajan atau panci stainless biasa yang umumnya hanya 0,8 mm, atau bahan stainless pressure cooker yang biasanya tak lebih dari 1,2 mm. Berat pasti, tapi memang terkesan mantap saat diangkat.Belakangan, karena penasaran kami mencari tahu lebih jauh tentang bahan 3-ply. 
Nah, ternyata, bahan 3-ply memang merupakan primadona baru untuk alat masak premium. Secara umum, seluruh bagian wajan atau panci 3-ply memang terbentuk dari lapisan stainless steel di luar, aluminium di tengah, dan stainless steel lagi di dalam. Jadi sangat berbeda dengan panci yang memiliki sandwich bottom (hanya tebal di bagian bawah/dasarnya saja) sedangkan dinding pancinya tetap hanya 1 lapis stainless steel seperti umumnya pressure cooker.
Fungsi lapisan luar stainless steel tentunya untuk memberi penampilan yang menarik, tahan karat, tahan bentur (tidak mudah penyok), serta agar alat masak 3-ply tetap dapat digunakan untuk kompor induksi. Mengenai mengapa kompor induksi membutuhkan bahan stainless steel agar dapat bekerja, dapat Anda simak artikelnya di sini.
Lapisan tengah dari aluminium bertugas meratakan distribusi panas ke seluruh permukaan wajan atau panci. Jadi, berbeda dengan panci stainless biasa (1 lapis) yang cenderung lengket, panci stainless 3-ply tidak. Alasannya, pada panci 1 lapis, bagian dasar panci yang terkena api langsung dari kompor akan jauh lebih panas dibanding bagian lain/dinding wajan/panci yang lebih jauh dari api. Akibatnya, begitu bahan makanan dimasukkan ke dalam wajan, bahan makanan tersebut akan langsung terpanaskan hingga cenderung mengerak dan lengket ke wajan/pancinya. Sedangkan pada wajan/panci 3-ply, bahan makanan tidak langsung terpanaskan secara ekstrim, melainkan memiliki waktu untuk terpanasi dengan lebih berangsur-angsur. Akibatnya kasus makanan lengket menjadi jauh lebih berkurang.
Lapisan dalam stainless jelas berfungsi sebagai lapisan food grade yang aman bagi kesehatan karena relatif tidak mengkontaminasi makanan di dalamnya. So, alat masak 3-ply memang secara keseluruhan memiliki sifat yang baik bagi makanan.
Sepanjang pengetahuan kami, selain dijual di mall, alat masak 3-ply juga dipasarkan oleh Tupperware lewat merek T-Chef milik mereka. Harga T-Chef memang signifikan lebih mahal ketimbang alat sejenis di mall. Sayang kami belum berkesempatan menggunakannya sehingga belum mengetahui bagaimana karakter penggunaannya.
Selain 3-ply, menurut informasi di website, tersedia pula alat masak 5-ply bahkan 7-ply. Wah, luar biasa nih. Tetapi dari diskusi di web juga, untuk sementara kami simpulkan bahwa 3-ply masih amat memadai untuk aktivitas memasak rumah tangga. Belum perlu lah sepertinya menggunakan 5-ply ke atas.
Bagaimana menurut Anda?



Layak diketahui pula :
Informasi mengenai alat masak stainless steel dapat dibaca di sini.
Informasi mengenai wadah makanan enamel bisa disimak di sini.
Informasi mengenai pressure cooker boleh dicermati di sini.

Kamis, 12 Januari 2012

Resep-Resep Masakan dengan Double Pan (Double Pan Recipes)

Tak bisa dipungkiri bahwa salah satu alasan terbesar kami ketika membeli double pan adalah sifat multifungsinya yang membuat alat masak ini dapat digunakan untuk membuat aneka jenis masakan. Apapun merek double pan kita, sifat multifungsi itu selalu melekat. Tak heran jika ada saja kenalan kami yang menanyakan resep-resep masakan yang dapat dibuat menggunakan double pan.
Untuk menjawab rasa ingin tahu rekan-rekan dan pembaca semua, berikut kami posting hasil scan resep-resep masakan yang dapat dibuat dengan double pan. 
Selain resep-resep, cukup sering pula kami mendengar pertanyaan mengenai cara pemeliharaan lapisan dalam double pan agar tahan lama. Informasi mengenai cara pemeliharaan double pan kami cantumkan dalam bentuk link ke artikel lain dalam blog ini di bawah (setelah scan resep). 
Check them out ukhti...


Selamat berkreasi...
Sedangkan mengenai tips pemeliharaan double pan, Anda bisa simak informasinya di sini untuk double pan dengan lapisan keramik dan yang ini untuk double pan dengan lapisan anti lengket (teflon).