Jika Anda punya waktu untuk jalan-jalan sekitar 4 jam di seputaran Gasibu Bandung, maka berikut adalah rekomendasi yang pernah kami coba dan terbukti cukup padat namun efisien.
Secara garis besar jadwalnya adalah sbb. :
* Tiba dan memarkir kendaraan di Jl. Cisangkuy (sekeliling Taman Lansia) sekitar pukul 9 pagi, lebih awal tentunya lebih baik;
* Explore Taman Lansia selama sekitar 15 menit;
* Menyusuri Jl. Cilaki ke arah Gedung Sate, explore selama sekitar 15 menit;
* Menyebrangi Jl. Diponegoro ke Lapangan Gasibu, explore selama sekitar 30 menit, jika Anda memiliki waktu ekstra kami sarankan untuk singgah sejenak di Perpustakaan Gasibu Bandung yang saat ini sudah sangat menarik untuk dikunjungi;
* Menyeberangi Jl. Sentot Alibasyah ke Museum Geologi, explore selama sekitar 1,5 jam;
* Menyeberangi Jl. Diponegoro kembali untuk makan siang dan shalat zuhur di Pasar Cisangkuy selama sekitar 1 jam lebih;
* Mengambil kendaraan dari Jl. Cisangkuy dan cap cus dari area Gasibu...
A. Taman Lansia
Setelah memarkir kendaraan di Jl. Cisangkuy, kita bisa masuk ke area Taman Lansia. Taman yang diresmikan akhir Desember 2014 ini tadinya bernama Taman Cisangkuy.
Dinamakan Taman Lansia karena banyaknya kalangan lanjut usia yang mengunjungi taman yang berlokasi di antara Jl. Cisangkuy dan Jl. Cilaku ini terutama karena adanya trek jalan refleksi dengan batu-batu untuk terapi telapak kaki yang bermanfaat untuk memperlancar peredaran darah. Tetapi meski namanya demikian, sebenanya banyak juga pengunjung dari segala tingkatan usia yang datang ke sini.
Di ujung selatan Taman Lansia kita bisa melihat barisan sepeda berwarna biru berjejer rapi. Fasilitas e-transport dengan kartu e-transport ini bernama BOSEH alias Bike On the Street Everybody Happy (foto di kiri bawah) Kita dapat memperoleh kartu e-transport untuk menyewa sepeda boseh dengan syarat memperlihatkan e-KTP dan melakukan top up minimal Rp. 10ribu di loket yang berada di sini.

Berwisata dengan sepeda boseh tentunya merupakan salah satu opsi mengeksplorasi kota yang sehat. Oh ya, 'boseh' sendiri dalam bahasa Sunda memang berarti 'mengayuh' pedal sepeda...
Kita bisa menyusuri jalan di area dalam Taman Lansia yang tampak terpelihara ini ke arah utara untuk menuju area Gedung Sate, seperti ditunjukkan oleh 3 foto di bawah :
Kami melihat sudah cukup banyak tong sampah tersedia di taman ini, maka jangan membunag sampah sembarangan ya... Bangku-bangku untuk duduk pun ada di beberapa tempat. Cukup nyaman berjalan-jalan singkat, terutama pada pagi hari di Taman Lansia ini.
![]() |
Tabletop anggrek bulan ungu bahan kain dengan vas partisi kayu black glossy, @ Rp.75rb/set, update & detil klik di sini... |
B. Gedung Sate
Siapa yang tak kenal dengan gedung tua peninggalan Belanda yang menjadi icon Kota Kembang ini?
Dari pintu keluar Taman Lansia, sisi timur bangunan megah berwarna putih ini akan terus menemani perjalanan kita (foto di sebelah kanan).
Gedung Sate yang kini menjadi bangunan pusat pemerintahan Jawa Barat ini dibangun pada Juli 1920 hingga selesai pada September 1924.
Ornamen 6 buah bola yang disusun vertikal layaknya tusuk sate di puncak tertinggi atap Gedung Sate melambangkan biaya 6 juta gulden yang saat itu habis untuk membangunnya. Arsitektur Gedung Sate disebut-sebut merupakan salah satu masterpiece pada masanya, dengan desain anggun indo-eropa yang memadukan gaya Eropa dan langgam timur.
Kekuatan konstruksinya pun jangan ditanya. Dinding tebalnya terbuat dari kepingan batu besar berukuran 1*1*2m yang ketika itu ditambang dari daerah perbukitan di Bandung Timur. Tentunya tak bisa dibandingkan dengan konstruksi bangunan jaman now yang hanya menggunakan batu bata berukuran kecil.

Ketika itu kami memang tidak sampai masuk ke area halaman Gedung Sate, namun bukanlah yang dicari memang berfoto dengan latar belakang Gedung Sate?
Olala... saat itu kami baru sadar bahwa selama hampir 15 tahun memiliki mertua yang tinggal di kota Bandung, dan entah berapa kali setahun kami datang ke Ibukota Pringan ini, belum pernah sekali pun kami sempat berfoto di landmark paling terkenal di Kota Kembang. Hadeuh, apa kata dunia???
Dan, jreng... jreng... Akhirnya kami punya juga foto berlatar gelakang Gedung Sate ternama seperti di bawah... Meskipun pagi menjelang siang itu awan cukup tebal menaungi Bandung, kemegahan dan keanggunan gedung klasik ini tak berkurang. Air mancur di halaman Gedung Sate juga sedang beroperasi. Pokoknya sudah sah deh berkunjung ke Bandungnya...
Saat ini pemerintah setempat sudah menyediakan landmark bertuliskan Gedung Sate yang cukup besar di pagar depan. Pada foto di bawah, Abid berpose di huruf E, Haidar di sisi kanan huruf U, dan Dyandra di belakang huruf N. Ibu mertua kami di sisi huruf D. Sementara suami kami... dia sih seperti biasa tidak tampak di foto karena selalu menjadi fotografer, hehehe....
Foto di bawah menunjukkan landmark lengkap Gedung Sate yang baru tampak keseluruhannya jika kita mengambil foto dari Lapangan Gasibu.
C. Gasibu
Tepat di seberang Gedung Sate terdapat lapangan publik yang juga tak kalah terkenalnya, yaitu Lapangan Gasibu. Menurut informasi, keberadaan lapangan ini tak lepas dari aktivitas latihan sepakbola yang awalnya diadakan di lapangan yang berada di Jl. Badaksinga. Namun menyusul rencana pembangunan proyek air bersih (PDAM) di kawasan itu, lapangan sepakbola ini harus dipindahkan. Saat itu para pengurus klub sepakbola meminta ijin pada pemerintah setempat untuk memanfaatkan tanah kosong yang ketika itu ditumbuhi belukar di depan Gedung Sate untuk tempat latihan sepakbola. Pada tahun 1955 walaupun masih sangat sederhana sudah terbentuklah lapangan yang diberi nama Gabungan Sepakbola Indonesia Bandung Utara (Gasibu) di lokasi ini.
Sementara versi lain menyebutkan bahwa kata 'gasibu' berasal dari gazebo. Konon, dahulu di lapangan di depan Gedung Sate ini terdapat 2 buah gazebo besar yang kira-kira saat ini masing-masing berdiri di dekat Gedung Sate dan satu lagi tak jauh dari lokasi Gedung Telkom.
Apa pun versinya, Lapangan Gasibu sekarang merupakan salah satu landmark Kota Bandung yang paling terkenal sebagai ruang terbuka publik. Fungsi edukasi pun tampaknya tak diabaikan oleh pemkot Bandung, dengan adanya foto para walikota, mulai jaman Bp. R.A. Atmadinata (1945), Bp. R. Syamsoerizal (1945), terus hingga jajaran walikota Bandung saat ini (foto di bawah).
Kondisi lapangan ini pun terus berevolusi dari lapangan rumput yang cukup sederhana dengan lintasan lari dari gravel, hingga kondisi teranyarnya sejak 2016 yang jauh lebih cantik dengan 5 lajur jogging track-nya yang berwarna biru mengelilingi lapangan rumput (foto di bawah). Trek lari sintetis ini cukup empuk dan nyaman di telapak kaki. Kami memilih berlari kecil tanpa alas kaki ketika itu.
Area persegi yang dibatasi tonggak-tonggak pendek tepat di belakang dua model berhijab pada foto di atas adalah Air Mancur Gasibu yang saat ini juga menjadi tempat selfie favorit wisatawan. Sayangnya operasional air mancur ini terbatas pada sore hari pukul 17:00, lalu 19:00, dan sesi terakhir pada pukul 21:00. Pagi menjelang siang itu pun kami belum bisa menikmati kecantikan air mancur menari dry musical fountain dengan kekuatan semburan air setinggi 2 hingga 6 meter berteknologi Jerman yang diklaim sebagai yang tercanggih di Kota Bandung ini. Siip lah!!!
Anak-anak sempat berlomba lari di trek yang nyaman ini (foto di atas). Pokoknya jangan jaim deh selama berada di sini... Namun selalu patuhi rambu-rambu himbauan dan larangan yang ada demi ketertiban bersama, ya. Fasilitas publik di seputaran Lapangan Gasibu ini buka setiap hari dan gratis.
Sudah sejak lam, setiap Ahad pagi warga Bandung dan sekitarnya tumplek-blek ke area Gasibu. Dulu banyak pedagang kaki lima yang menjual barang di dalam area lapangan hingga mendekati Tugu Monumen Perjuangan di pangkal Jl. Japati. Namun sejak 2016 telah dilakukan penertiban lokasi para pedagang, yaitu dibatasi hanya di sepanjang Jl. Japati dan sebagian Jl. Gasibu. Fungsi lapangan Gasibu sebagai tempat berolahraga dan rekreasi publik pun telah kembali.

Perpustakaan ini diklaim sangat ramah anak, nayaman untuk mebawa keluarga ke sini. Tersedia 8 komputer untuk kebutuhan mengakses e-book atau e-library.
Perpustakaan yang buka pukul 8 pagi hingga 16 sore ini gratis bagi pengunjung yang datang untuk membaca di tempat. Kita tidak perlu membuat kartu anggota perpustakaan untuk masuk ke sini, cukup mengisi buku tamu dan mematuhi tata tertib saja. Semoga kita semua bisa menjaga dan merawat beragam fasilitas publik ini ya...
Dan pada akhirnya Lapangan Gasibu sudah pas sekali untuk berolahraga, jalan-jalan, sekedar nongkrong-nongkrong cantik, hingga berburu spot kece buat selfie...
D. Museum Geologi Bandung

Seperti halnya Gedung Sate, bangunan yang sekarang menjadi Museum Geologi ini pun merupakan buatan Belanda yang telah mulai dibangun pada 1928 hingga selesai pada Mei 1929, ketika itu sebagai laboratorium geologi.
Menurut cerita suami, pada tahun 1990-an ketika ia masih kuliah di Bandung. Museum Geologi ketika itu masih berciri museum jadul yang menjemukan dengan penataan ruang dan koleksi yang statis dan kurang menarik. Alhamdulillah sejak direvitalisasi dengan bantuam JICA (Japan International Cooperation Agency) pada 1999 hingga diresmikan kembali oleh Ibu Megawati pada Agustus 2000, Museum Geologi Bandung telah benar-benar bertansformasi menjadi museum modern yang edukatif dan menarik untuk dikunjungi.
Durasi 1,5jam sebenarnya sangat tidak cukup jika kita benar-benar ingin mengeksplorasi seluruh koleksi museum yang saat ini dibagi menjadi 3 klasifikasi ini : Sejarah Kehidupan, Geologi Indonesia, serta Geologi dan Kehidupan Manusia. Tapi untuk sekedar menjelajahi seluruh bagian museum dan eksplorasi singkat sih waktu itu seharusnya memadai.
Secara keseluruhan sangat tidak rugi menyempatkan waktu berkunjung ke sini. Apalagi dengan tiket masuk yang tergolong sangat murah : umum @ Rp. 3000/orang, dan pelajar/mahasiswa @ Rp. 2000/orang. Recommended lah pokoknya....
Artikel kami yang lebih detil tentang Museum Geologi Bandung tersedia di link berikut : Museum Geologi Bandung.
E. Pasar Cisangkuy

Pilihan populer yang sudah ada sejak lama adalah menuju Yoghurt Cisangkuy. Namun kali ini kami memilih mencoba jajanan Pasar Cisangkuy yang berlokasi tepat di sebelah kiri Yoghurt Cisangkuy. Ketika itu adalah kali pertama kami datang menjajal Pasar Cisangkuy.
Dari luar, resto ini mudah dikenali berkat adanya papan nama yang cukup besar dan unik (foto di kiri bawah). Halaman depan bangunan yang tampaknya didesain bergaya gudang tempo doeloe ini tampak dipenuhi oleh sepeda motor yang sedang diparkir.
Area parkir mobil terdapat di seberang bangunan resto, yaitu di sisi dekat Taman Lansia. Kami pun saat itu memarkir mobil di area ini.
Sesuai dengan namanya, konsep resto yang beralamat di Jl. Cisangkuy no. 64 ini memang cafe 1001 macam menu yang menarik dan memudahkan pengunjung untuk memesan aneka genre hidangan di satu tempat.
Tak kurang dari 40 tenant aneka jenis masakan bergabung di resto berkapasitas hingga 280 tempat duduk ini.
Walaupun area Pasar Cisangkuy tak seberapa luas, tetapi desain interior resto ini pandai memanfaatkan hampir setiap jengkal kavling untuk dijadikan tempat yang fungsional sekaligus berkesan cozy.
Kami perhatikan setidaknya terdapat beberapa kategori ruang santap di cafe ini : indoor, outdoor, serta sofa. Terdapat juga stage untuk live music performance, area bermain anak-anak, serta photo booth untuk berselfie. Selain itu masih ada okupansi ruangan untuk toilet dan mushalla, meskipun memang mushalla di Pasar Cisangkuy ini tergolong sangat sempit dan kurang nyaman. Hanya tersedia tempat untuk 1 shaf di sini, sehingga sulit untuk shalat berjamaah.

Namun semua berubah drastis begitu kami tiba di dalam (area ruang santap indoor) yang tampak jauh lebih rapi dan hangat dibanding akses masuk yang baru saja kami lewati (foto di bawah).
Saat kami tiba di sana, seluruh ruang santap tampak masih lengang sehingga kami bisa memilih akan duduk di mana saja yang kami suka. Padahal waktu itu sudah mendekati jam makan siang... biasanya sudah lumayan sulit mencari meja kosong di jam-jam seperti itu. Akhirnya kami yang ketika itu datang berenam mencoba area outdoor, di meja berkapasitas cukup besar.

Buku menu itu dicetak dengan baik dan seluruh halamannya dilindungi oleh lembaran plastik agar awet dan tak mudah kotor/sobek.
Pokoknya kita bisa puas deh memilih aneka rupa menu dari beragam genre hidangan di sini. Mulai dari jajanan rakyat macam siomay dan gorengan, aneka hidangan berbahan dasar mie, beragam sate tradisional, kue-kue cubit dan sebangsanya, pisang coklat, lumpia basah... hingga menu ala oppa-oppa kece di drama Korea juga tersedia.
Harga makanan danminuman di sini relatif terjangkau semua kalangan alias tidak membuat dompet jebol. Yoghurt, milkshake dan float misalnya, dijual Rp.15rb hingga Rp.20rb-an per gelasnya, artinya masih agak lebih hemat dibanding di Yoghurt Cisangkuy. Aneka susu murni di kisaran Rp. 15rb-an. Lalu beragam pilihan juice di Rp. 18rb-an. Gorilla punch dalam pitcher besar di kisaran Rp.25rb-an. Teh tarik Rp. 10rb-an. Nasi goreng dan sate sekitar Rp. 25rb-an hingga Rp. 35rb-an Bulgogi kimbab dan bibim bab di kisaran Rp. 25rb-an. Sekitar itulah kira-kira harganya.
Soal rasa menurut kami ada di level standar hingga enak, tapi istimewa juga belum. Pelayanan agak lama meski saat kami datang ke sana sebenarnya pengunjung sedang sepi. Mungkin karena perlu waktu untuk memesan ke banyak tenant, dan waktu penyiapan makanan para tenant itu juga bervariasi. Untungnya atmosfir food court ini terbilang cozy, enak untuk ngobrol santai bersama keluarga, sehingga menunggu sedikit lebih lama pun tidak masalah...


Overall food court ini recommended menurut kami. Lain waktu kami berkunjung ke seputaran Gasibu lagi, in sya Allah kami akan mampir kembali ke sini.
Selesai santap siang jam menunjukkan sekitar pukul 1 siang. Kami mengambil mobil yang terparkir di seberang jalan tak jauh dari Pasar Cisangkuy. Total jenderal waktu yang dihabiskan adalah sekitar 4 jam. Sangat efisien menurut kami. Anda boleh coba manakala ada kesempatan....
Trivia
Jika Anda mau sedikit bereksperimen dan tak keberatan untuk berangkat lebih pagi, mengapa tidak menggabungkan jadwal 4 jam mengeksplorasi Area Gasibu di atas dengan sarapan di Punclut? Detil acara jalan-jalan pagi ke daerah Punclut, Bandung Utara, bisa disimak di link berikut : Punclut Bandung
Trivia
Jika Anda mau sedikit bereksperimen dan tak keberatan untuk berangkat lebih pagi, mengapa tidak menggabungkan jadwal 4 jam mengeksplorasi Area Gasibu di atas dengan sarapan di Punclut? Detil acara jalan-jalan pagi ke daerah Punclut, Bandung Utara, bisa disimak di link berikut : Punclut Bandung
Aluminum Frame & Steel Frame - ITANIAN ART | TITIAN ART | TITIAN
BalasHapusTITIAN ford titanium ecosport ART is an innovative and exciting design black titanium wedding bands for the TINIAN art community in TINIAN titanium watch ART. TOTO's cutting-edge design is carefully crafted to ensure $11.99 · guy tang titanium toner In mens titanium watches stock