Handicraft Center kok judulnya 'Pondok Dahar Lauk Jogja'? Mmmm... nama memang tidak perlu literally nyambung, kan? Bisa karena kami memang berasal dari Jogja, bisa juga karena memang pusat hobi kami ini dirintis dari rumah makan mungil kami, Pondok Dahar Lauk Jogja (back to 2011)...
However, pusat hobi kami ini berkarya dalam aneka handicraft
Jogja seperti bambu ulir cendani, vas & meja set gerabah Kasongan, vas kayu minimalis, serta rupa-rupa handicraft yang tak mesti berlabel 'Jogja' semisal bunga rangkai aneka jenis, ranting hias, lukisan bunga, pigura 3D, serta buah & pohon topiary artificial.
Pokoknya Jogja and Florist Enthusiast untuk Anda yang berkediaman di Bekasi dan sekitarnya...

Untuk navigasi cepat ke 'KATALOG UPDATE TERAKHIR' kami, klik di sini...

header gambar laukkita

Hot Items

HOT ITEMS :
* Handicraft Bambu Ulir : Bambu Ulir Cendani Aneka Model
* Handicraft Vas Gerabah : Vas Gerabah Aneka Model
* Handicraft Ranting Hias : Ranting Inul Aneka Model

Jumat, 13 September 2013

Fokuslah Pada Tujuan Utama, Bukan Kendala

"Orang optimistis melihat mawar, tetapi tidak durinya. Si pesimis memelototi duri, sampai lupa dengan bunga mawar yang indah."-Khalil Gibran


Pasar saham terus merosot, nilai rupiah tak beranjak, berita terus dipenuhi kisah-kisah PHK dan kebangkrutan. Jadi 'bunga mawar' yang bagaimana yang entrepreneur harus temukan?

Kita semua berada dalam sebuah lorong transisi dengan banyak perbedaan dengan masa lalu. Berbeda namun tidak berhenti apalagi musnah. Kita semua masih terus bergerak. Maju. Ada peluang emas bagi mereka yang melihat kemungkinan-kemungkinan baru, sebanyak kita juga dapat menemukan masalah dan kendala.

sumber :  http://ht.ly/oPrTP



Membaca artikel di atas di web, kami jadi teringat kembali pada kesepakatan dengan suami tentang pendidikan anak-anak kami : 'fokuslah pada kekuatan/minat anak, bukan pada kelemahannya.'
Jika melihat nilai rapor anak : Matematika 9 sementara PKN 6, bisa jadi kebanyakan orang tua akan mati-matian menggenjot PKN agar nilainya naik, sementara Matematika yang sudah baik tidak menjadi perhatian utama. Mungkin hal ini yang lumrah terjadi.
Namun apa yang kami dan suami sepakati dan lakukan agak berbeda. Kami memilih untuk fokus memperkuat Matematika yang nilainya baik sebagai indikasi anak menyukai pelajaran ini, namun tanpa melupakan PKN agar nilainya tidak semakin jatuh.
Inilah yang kami amati pada ketiga anak kami. Dryar kuat dalam pelajaran-pelajaran eksakta seperti Matematika dan Science, sementara ia kurang bergairah dalam Ilmu-Ilmu Sosial dan Olahraga. Dyandra menyukai Bahasa dan Kesenian, namun lemah dalam Matematika dan Science. Davindra si bungsu memang belum begitu terlihat minatnya ke mana, tetapi kelihatannya ia lebih suka Bahasa dan Olahraga (aktivitas fisik).
So, Dryar kami fasilitasi dalam hal buku-buku eksakta, komputer, dan robotika, namun ekstra kurikuler hari Sabtunya kami arahkan ke futsal. Dyandra kami biasakan berkomunikasi dalam bahasa Inggris/Arab dan ekskul menari, dengan sesekali kami berikan pertanyaan-pertanyaan science sehari-hari/sederhana. Sementara Davindra yang masih kecil belum terlalu kami arahkan.
Mengenai peringkat kelas, kami tidak pernah mem-push anak-anak untuk memperoleh ranking yang baik. Kami selalu mengatakan pada mereka bahwa yang penting kalian belajar dengan semangat dan menikmati proses belajarnya. Namun demikian, alhamdulillah juga bahwa anak-anak selalu berada dalam kisaran 10 besar di kelasnya.
'Fokus pada kekuatan' ini sedikit banyak kami pelajari dari suami yang memang jika sudah tidak suka pada satu pelajaran dia akan menerima pelajaran itu seadanya saja, namun ia sangat fokus pada minatnya. Semasa SMA (saat itu masih dikelompokkan menjadi kelas Fisika, Biologi, Sosial, dan Bahasa), dia amat bergairah pada pelajaran-pelajaran rombongannya Matematika, Fisika, dan Kimia, sementara nyaris patah arang pada PMP dan Sejarah. "Sayang kapasitas otak jika hanya dipakai untuk menghapalkan nomor-nomor TAP MPR dan Perjanjian-Perjanjian yang sudah berlalu," begitu selalu ia berkilah. Untungnya, sat SMA, suami bercerita bahwa ia duduk sebangku dengan teman yang kuat dalam pelajaran-pelajaran hapalan, sehingga mereka saling bersimbiosis mutualis : suami mengajarkan teman sebangkunya Fisika, sementara ia diberi resep menghapal poin-poin pelajaran hapalan (semajam jembatan keledai cara menghapal efektif lah).
Begitu pun suami kami ketika itu tidak pernah memperoleh nilai yang baik dalam pelajaran hapalan (meski sudah diprivat oleh teman sebangkunya). Kami selalu ingin tersenyum geli melihat nilai-nilai pelajaran hapalannya dalam rapor SMA-nya... memang memprihatinkan, hehehe... Begitupun ia tetap cukup bangga memperlihatkan sebuah nilai pelajaran hapalannya yang 05,50. Katanya : "nilai cantik nih... dibaca dari depan dan belakang sama saja!"
Satu hal lagi yang nampaknya membuat suami kurang beruntung dalam pelajaran hapalan adalah tulisan tangannya yang 'agak sulit terbaca', sementara jawaban ujian pelajaran hapalan biasanya berupa uraian/tulisan panjang. Dlaam beberapa kesempatan ia pernah bercerita bahwa dalam suatu ujian pelajaran hapalan, suami dan teman sebangkunya tidak tahu jawaban sebuah soal, lalu suami terpaksa (glek...) nyontek buku catatan (ini jangan dicontoh lho! don't try this at school!). Suami kami yang nyontek dari buku, lalu teman sebangkunya menyontek lembar jawaban suami. Jawaban mereka berdua pun persis sama. Namun nilainya berbeda. Usut punya usut ternyata karena tulisan tangan teman sebangku suami saat itu lebih bagus dan jelas terbaca dibanding tulisan suami kami. Walah....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar