Handicraft Center kok judulnya 'Pondok Dahar Lauk Jogja'? Mmmm... nama memang tidak perlu literally nyambung, kan? Bisa karena kami memang berasal dari Jogja, bisa juga karena memang pusat hobi kami ini dirintis dari rumah makan mungil kami, Pondok Dahar Lauk Jogja (back to 2011)...
However, pusat hobi kami ini berkarya dalam aneka handicraft
Jogja seperti bambu ulir cendani, vas & meja set gerabah Kasongan, vas kayu minimalis, serta rupa-rupa handicraft yang tak mesti berlabel 'Jogja' semisal bunga rangkai aneka jenis, ranting hias, lukisan bunga, pigura 3D, serta buah & pohon topiary artificial.
Pokoknya Jogja and Florist Enthusiast untuk Anda yang berkediaman di Bekasi dan sekitarnya...

Untuk navigasi cepat ke 'KATALOG UPDATE TERAKHIR' kami, klik di sini...

header gambar laukkita

Hot Items

HOT ITEMS :
* Handicraft Bambu Ulir : Bambu Ulir Cendani Aneka Model
* Handicraft Vas Gerabah : Vas Gerabah Aneka Model
* Handicraft Ranting Hias : Ranting Inul Aneka Model

Kamis, 12 Juli 2018

Chagiya Bandung : Pilihan Korean Food di Seputaran Dago


Restoran Korea Chagiya Suki & BBQ @ Chingu Korean Cafe ini beralamat di Jl. Sawunggaling no. 10, kawasan Dago Bawah, tak jauh dari lokasi KFC Dago atau dari Universitas Islam Bandung (Unisba).
Awalnya suami kami ngotot bahwa ia tidak tahu jika di kawasan yang sebenarnya juga tak jauh dari Rektorat ITB tempat ia sering berkeliaran semasa kuliah dulu ini ada tempat makan asyik. Ya, tapi itu kan 20 tahun silam, tidak ada resto Korea di sini, hadeuh... Sekarang sudah beda pastinya.
Kami tiba di lokasi Chagiya pukul 10 kurang pagi itu (Des 2017), sementara jam operasional restonya sendiri adalah pukul 10:00-21:30.. Sebaiknya memang datang agak awal ke sini karena menurut review yang kami baca, pengunjung cukup ramai. Jika kesiangan kita terpaksa antri dulu di waiting list. Selain itu kapasitas parkir kendaraan pun agak terbatas. Kami yang tiba sebelum jam buka resto pun sudah tidak lagi mendapatkan parkir di dalam halaman bangunan, jadi harus parkir di pinggir jalan.

Lho, tapi kok plang di depan resto bertuliskan Chingu, bukan Chagiya sih (foto sebelah kiri)? Jangan bingung. Ternyata nama tempat ini adalah Chingu Cafe. Nah, Chagiya adalah spesialisasi Korean Suki dan BBQ-nya Chingu.
Kami yang ketika itu memang lebih berminat mencoba hidangan bakar-bakaran ala BBQ langsung masuk saja ke dalam bangunan Chingu (foto di bawah), lalu bilang ke staf resto. Staf resto pun langsung mengantarkan kami ke bagian dalam cafe, lokasi area Chagiya berada.

Menurut kami sih area Chagiya lebih asyik untuk berfoto selfie. Ini memang salah satu daya tarik Chagiya. Sementara Chingu lebih terkesan mainstream dengan desain interior cafe dalam ruangannya. Meski Chingu juga memiliki beberapa bilik tematik bernuansa halte bus, kereta api Korail dll. Tak mengherankan jika lebih banyak ulasan rekan-rekan blogger tentang Chagiya ketimbang Chingu.
Jika kita memilih duduk di area Chagiya, kita tetap bisa memesan menu makanan Chingu, kok. Tetapi minimum tetap membeli satu menu dari Chagiya, ya...

Bangunan Chingu ini tadinya adalah rumah yang disulap menjadi resto berdesain asyik. Pantas saja suami kami selalu berkata bahwa seingatnya, dulu semasa kuliah kawasan Jl. Sawunggaling ini memang berisi rumah tinggal dan beberapa lokasi usaha/kantor yang tidak seberapa besar. 
Kavlingnya sebenarnya tidak terlalu luas, tetapi Chingu didesain dengan baik sehingga terkesan luas, bahkan dengan sudut foto yang pas (dibantu dengan lukisan jalan di tembok ujung resto) akan tampak layaknya pedestrian jalan yang panjaaaaang...
Dari Chingu Cafe di depan, kita akan melewati lorong dengan plang 'Chagiya' dan 'Dongdaemun Street' seperti foto di sebelah kiri. Dari sini saja sudah kelihatan deh ayiknya suasana di dalam. Di sebelah kiri lorong itu terdapat stand gula kapas yang langsung diincar oleh Dinda...

Deretan meja tempat bersantap Chagiya ada di sebelah kiri 'jalan', sementara beberapa kios jajanan street food dan tempat penyewaan hanbok untuk berfoto ada di sebelah kanan. Namun pada dasarnya seluruh area ini tampak sengaja didesain sebagai foto studio outdoor yang menarik untuk dieksplorasi anak-anak jaman now.

Pagi itu alhamdulillah Chagiya baru saja buka sehingga kami masih cukup leluasa memilih meja. Bahkan sebelum menempati meja santap kami masih sempat berfoto keluarga dulu (foto sebelah kanan).
Perlu dperhatikan bahwa resto ini hampir selalu ramai bahkan luber-luber pengunjung setiap akhir pekan dan malam hari. Jadi sekali lagi, pagi hari adalah waktu terbaik untuk pergi ke sini untuk menghindari waiting list.
Memang tidak tampak pada foto, tetapi sebenarnya di sebelah kiri kami ada beberapa orang anak perempuan usia SD tengah memakai hanbok yang disewakan di sini. Lucu-lucu melihat tingkah mereka bergaya di depan kamera.
Harga sewa hanbok di Chagiya ini adalah Rp. 30rb. Hanbok di sini desainnya bagus dan bersih karena bisa langsung di-double melapisi baju yang kita pakai. Jadi terjamin bersih. Tersedia hanbok pria, wanita, dan tentunya anak-anak.
Di atas telah disinggung bahwa menu-menu Chagiya terutama adalah panggang-panggangan BBQ dan menu rebus-rebusan berkuah ala suki. Sementara di Chingu kita akan mendapati menu-menu bibimbap, bokkeumbap, tteok-bokki, pat bingsoo, serta fried chicken. Sementara pilihan menu andalan di Chingu adalah Korean milk tea, red velvet, serta green tea.

Meja santap Chagiya berada di pelataran bergaya rumah panggung Korea semi outdoor (foto di sebelah kiri). Desain yang dipilih adalah wooden look berkesan natural. Jadi kalau pas sedang hujan deras ya duduknya memang harus agak mepet ke belakang. 
Pintu geser yang ada di belakang meja kami mengesankan bahwa masih ada ruangan lain di baliknya. Tetapi sebenarnya pintu geser kaca itu hanya aksesoris saja karena di belakangnya sudah mentok ke tembok batas kavling... hmmm, pintar juga desainnya, ya.
Ketika itu kami menempati meja nomor 10. Kapasitas meja bergaya lesehan ala Chagiya ini sebenarnya hanya 4 orang. Kami ketika itu datang berlima, tapi karena kami datang dengan anak-anak maka meja Chagiya itu masih mencukupi lah.

O iya, setiap transaksi di Chagiya (termasuk dalam buku menu) menggunakan mata uang Won, lho... What? Terus bagaimana dong, apa kita harus pergi dulu ke money changer? Tenang saja, sebenarnya tidak demikian. Transaksi tetap dalam Rupiah, tetapi supaya lebih terasa atmosfer Korenya, maka diciptakanlah 'kurs ala Chingu 1 Won setara Rp. 100' di mana jika tertera harga 2290 Won, maka artinya adalah Rp. 22.900. Jadi memang maksudnya untuk gaya-gayaan saja... supaya lebih kuat kesan Korea Drama-nya.

Pembelian makanan dan minuman dalam 'Won versi Chingu' ini menggunakan kartu yang secara visual tampak layaknya ATM biasa.
Tapi jangan salah, meski terkesan tampak hanya untuk seru-seruan, data yang terekam pada bagian magnetik kartu ini benar-benar bisa bekerja layaknya kartu ATM aslinya.
Di sini tersedia 2 jenis kartu yaitu Chingu Citizen Card dan Little Seoul Citipass. 
Citizen Card memiliki lebih banyak benefit, kartunya free dan menjadi milik pengunjung, tidak ada batasan masa berlaku, dan dijual dalam pecahan deposit minimum Rp. 100rb. 
Namun jika masih ada sisa uang deposit dalam kartu kita tidak bisa menariknya kembali. Jalan satu-satunya untuk memanfaatkan saldo tersebut ya terus menggunakannya di Resto Chingu besok-besok hari... 

Jenis kedua - yang ketika itu kami pilih - adalah Citipass berdesain pinky seperti foto di sebelah kanan atas. 
Citipass dijual dalam pilihan deposit Rp. 30rb, 40rb, dan 90rb. Citipass hanya dapat digunakan di kios-kios Dongdaemun Street pada hari pembelian (satu hari saja).
Namun demikian jika ternyata masih terdapat sisa saldo deposit, maka kita dapat menarik kembali nominal tersebut pada hari itu juga. Tapi awas, jangan terlewat hari lho, ya... Jika lewat ke hari berikutnya maka saldo dianggap hangus, huaaaaa.... 
Bagi kami yang hanya berniat datang ke Chagiya pada hari itu saja, kami nilai Citipass lebih sesuai karena berapa pun sisa saldo setelah pembayaran akan dapat ditarik kembali pada saat itu juga.
Counter Citizen Card berada di jajaran Dongdaemun Street seperti terlihat pada foto di sebelah kiri. Di sepanjang jalan ini jika kita mau rajin meng-eksplor, maka sebenarnya banyak spot foto selfie keren.

Salah satu yang kami lihat cukup banyak berseliweran di instagram sebagai background foto ya pose duduk di bangku di samping bus surat oranye kemerahan ala Chagiya seperti foto di sebelah kanan....
Sebenarnya tepat di belakang pohon yang terlihat seolah berada di tenagh jalan adalah tembok. Tapi karena secara kreatif dilukis layaknya jalan yang terus menjauh, kesannya tempat ini menjadi luas. Padahal kavling resto ini cukup terbatas.

Dongdaemun Street juga menjadi lokasi bagi jajaran kios yang menjual aneka street food ala Myongdong macam tteok-bokki (kue beras khas Korea), hotteok (pancake manis), mandu (dumpling atau pangsit), dan beberapa lainnya. Cita rasanya tidak mengecewakan kok!
Kalau berminat, boleh juga mencoba gula kapas ukuran besar yang dijual di sini (foto-foto di bawah)...



Menu Chadolbagi and Chicken Mozarella mengandalkan daging sapi dan ayam mentah yang diiris tipis-tipis.
Penampakan menu as is saat disajikan oleh staf restoran seperti foto di sebelah kanan.
Sebelum dimakan kita harus memanggang daging irisnya dulu menggunakan grill dan kompor yang sudah disediakan di atas meja.
Wah, memasaknya saja menurut penilaian kami sudah menjadi pengalaman tersendiri...
Kita bisa memasak potongan-potongan daging ini sesuai selera : matang sempurna atau agak raw.
Sebagai teman daging panggang ini, tersedia sejenis roti barbekyu Korea, selada, bawang putih, serta bumbu-bumbu khas lainnya yang kami juga bahkan tidak tahu namanya.
Chagiya memberikan 3 pilihan rasa yaitu otentik, original, dan spicy. Menurut staf Chagiya, daging pada pilihan otentik tidak diberi bumbu. 
Menu ini dijual seharga Rp.89rb, dan bisa dikonsumsi hingga oleh 4 orang. Soal rasa menurut penlaian kami OK. Dagingnya juga segar, meski masih ada sedikit bagian alot yang sukar dikunyah. Tapi overall masih terkategori OK dan value for money-lah. 
Kami juga suka dengan tekstur mozarella-nya yang lembut tetapi ulet dan dapat meregang cukup panjang saat dicocol dengan sumpit seperti foto di bawah...




Selain Beef & Chicken Mozarella di atas, kami memesan Bibimbap @ Rp. 26.900 (foto di sebelah kiri).

Rasa menu bibimbap di sini menurut kami juga tergolong sangat OK, dengan jumlah porsi yang masih mencukupi untuk dikonsumsi berdua.
Minuman ketika itu kami memilih Cappucino, Sone's Fantasy, dan Elf's Miracle dengan kisaran harga 12rb ~ 13rb-an per gelas tinggi. 
Satu jenis lagi adalah Oreo Milkshake @ Rp. 18.900/gelas. Foto-foto minuman seperti di atas ya...
Total harga seluruh menu makanan dan minuman di atas adalah Rp. 188.650, sudah termasuk pajak. Untuk ukuran kunjungan keluarga tentunya rate ini masih reasonable.
Selain menu-menu Chagiya di atas, kami juga mencoba beberapa jajanan dari Dongdaemun Street yang sayangnya tidak kami catat berapa harga per porsinya, dan apa namanya. Tapi seingat kami sih tetap tidak tergolong menguras isi dompet kok... Penampakan beberapa jenis jajanan ala Korea tersebut seperti di bawah.


Kami bersantap (dan berfoto-foto juga tentunya!!!) di area Chagiya hingga sekitar pukul 12 siang lebih sedikit.
Semakin siang tampak kian banyak pula pengunjung yang berdatangan, bahkan mulai tampak waiting list meskipun ketika itu daftar antrian tidak panjang.
Sebelum meninggalkan Chagiya, tak lupa kami menarik saldo yang masih tersisa dalam Citipass.

Secara keseluruhan sih Resto Chingu-Chagiya Bandung ini kami nilai recommended bagi Anda yang ingin mencoba icip-icip menu ala Korea dengan rasa yang sesuai dengan selera dan lidah Indonesia. 
Soal harga juga seperti yang sudah kami ulas di atas cukup reasonable. Tempatnya juga enak untuk hang out bersama teman atau guna meluangkan waktu dengan keluarga... apalagi bagi Anda yang juara selfie-selfie...