Handicraft Center kok judulnya 'Pondok Dahar Lauk Jogja'? Mmmm... nama memang tidak perlu literally nyambung, kan? Bisa karena kami memang berasal dari Jogja, bisa juga karena memang pusat hobi kami ini dirintis dari rumah makan mungil kami, Pondok Dahar Lauk Jogja (back to 2011)...
However, pusat hobi kami ini berkarya dalam aneka handicraft
Jogja seperti bambu ulir cendani, vas & meja set gerabah Kasongan, vas kayu minimalis, serta rupa-rupa handicraft yang tak mesti berlabel 'Jogja' semisal bunga rangkai aneka jenis, ranting hias, lukisan bunga, pigura 3D, serta buah & pohon topiary artificial.
Pokoknya Jogja and Florist Enthusiast untuk Anda yang berkediaman di Bekasi dan sekitarnya...

Untuk navigasi cepat ke 'KATALOG UPDATE TERAKHIR' kami, klik di sini...

header gambar laukkita

Hot Items

HOT ITEMS :
* Handicraft Bambu Ulir : Bambu Ulir Cendani Aneka Model
* Handicraft Vas Gerabah : Vas Gerabah Aneka Model
* Handicraft Ranting Hias : Ranting Inul Aneka Model

Rabu, 08 Agustus 2012

Jalan-Jalan Sehari Mengeksplorasi Taman Buah Mekarsari

Taman Buah Mekarsari terletak di Jalan Raya Cileungsi-Jonggol km.3, Kabupaten Bogor. Tak terlalu jauh dari flyover Cileungsi ke arah Jonggol (timur), Mekarsari ada di sebelah kanan (selatan) jalan. Luas areanya yang mencapai 264 hektar, serta tersedianya banyak lapangan rumput yang luas di dalam membuat Mekarsari menjadi salah satu lokasi favorit acara gathering pabrik/perusahaan atau wisata grup. Bagi Anda yang akan datang berombongan, Anda dapat meminta harga tiket khusus rombongan yang lebih murah daripada tiket perseorangan dengan menghubungi marketing Mekarsari di nomor telp. (021)8231822-24. 
But trust me, menghubungi nomor telepon ini butuh kesabaran dan perjuangan ekstra. Karena kami akan datang berombongan (satu RT), saat mencoba menghubunginya, baru setelah belasan kali men-dial telepon kami diangkat. Setelah berbicara dengan staf di ujung telepon, akhirnya kami memutuskan tidak menggunakan fasilitas tiket rombongan ini karena alasan lebih praktis langsung datang dan membeli tiket di loket saja pada hari H, meski jatuhnya sedikit lebih mahal.
Dilihat dari udara, Mekarsari tampak layaknya dedaunan pada ranting pohon... (sumber : peta udara Google)
Peta zonasi Mekarsari. Perhatikan bahwa peta ini digambarkan terbalik dari kebiasaan arah utara di sebalah atas peta (seperti pada peta udara yang sebelumnya)... pada peta ini bagian atas adalah arah selatan. Lokasi yang dituju kereta wisata reguler Mekarsari adalah Water Zone (danau).

Mekarsari diresmikan sebagai taman wisata publik sejak tahun 1995. Sebelumnya Mekarsari didesain lebih sebagai taman buah dan wahana pendidikan. Namun saat ini Mekarsari telah berevolusi menjadi wahana wisata modern dengan aneka ragam fasilitas. Luas area yang tidak kepalang tanggung luasnya itu memang sangat memungkinkan pengembangan aneka fasilitas permainan lain tanpa mengganggu area perkebunan dan pembibitan buah yang tetap menjadi ikon wisata Mekarsari.
Taman Buah Mekarsari  berfungsi juga sebagai pusat konservasi aneka macam buah dan sayuran dari berbagai penjuru nusantara. Terdapat pula laboratorium untuk mengembangkan media tanam tumbuhan. Sebagian tanaman yang ada di taman buah mekarsari adalah hasil kreasi laboratorium seperti nangkadak, nanas arnis, cempeka, dan masih banyak buah lainnya.
Taman Buah Mekarsari sebagai tempat pelestarian (konservasi), pembibitan, tabulampot, dan agronomi memiliki koleksi tanaman dari berbagai spesies dan varietas. Ada juga tumbuhan langka di taman buah mekarsari seperi sawo kecik, kesemek, bunga bangkai (tergantung musim berbunganya), dan lain sebagainya.

OK, kembali ke acara RT kami pada tanggal merah 25 Desember 2014 lalu, rombongan kami yang terdiri dari 1 bus dan sekitar 5 mobil pribadi berangkat dari lapangan perumahan pada sekitar pukul 8.30 pagi. Kami sekeluarga berlima naik bus, tidak membawa mobil. Rute yang diambil adalah menyusuri Jl. Narogong hingga flyover Cileungsi, lalu belok kanan ke arah Jonggol. Jarak tempuh sekitar 15 km saja. Lalu lintas di pagi hari libur itu lancar, namun sedikit tersendat di turunan flyover Cileungsi, dan kembali lancar selepas Metland Cileungsi. Pukul 9 lebih kami telah tiba di area parkir Mekarsari yang luas dan rindang.
Kemudian kami membeli tiket masuk di loket dekat gerbang masuk. Sekarang ternyata Mekarsari memberlakukan gelang berteknologi RFID sebagai penanda pengunjung yang telah memiliki tiket masuk. Kami memilih gelang berwarna ungu (berbentuk buah manggis) yang senada dengan dress code hari itu (desain lain adalah warna kuning/belimbing, dan merah/rambutan). Harga tiket masuk saat itu (usia 2 tahun ke atas) adalah Rp.25.000/orang. Sedangkan tiket kereta wisata ke dalam area Mekarsari (danau) sebesar Rp.10.000/orang.
Loket tiket masuk Mekarsari

 Gelang tanda masuk Mekarsari. Tadinya anak-anak memakai gelang masing-masing untuk masuk ke dalam, namun setelah itu karena gelang tersebut praktis tidak berguna lagi di dalam, anak-anak menitipkan gelangnya ke suami agar tidak terjatuh/lepas dan hilang karena ukuran gelang ini sebenarnya 1 size untuk dewasa... untuk anak-anak gelang ini terlalu longgar. Jadilah suami kami seperti kolektor gelang berjalan...

Gerbang masuk (kiri); tampak mesin detektor sistem RFID gelang, cukup tempelkan bagian RFID/bulatan pada bagian atas gelang ke sensor maka pintu akan terbuka otomatis (kanan)

 Jalan masuk ke dalam dari gerbang masuk (kiri); semacam tugu dari aneka barang bekas (kanan)

 Ukiran wayang pada sebatang pohon jati (kiri); gedung front office Mekarsari di belakang sungkup ukiran wayang (kanan)

 Patung kepala Ibu Tien Soeharto, penggagas Taman Buah Mekarsari di dalam gedung front office

 Keluar dari gedung front office menuju antrian naik kereta wisata terdapat toko suvenir di sebelah kiri dan kanan jalan

 Pintu masuk ke antrian kereta wisata, di sini sistemnya masih dihitung manual, belum seperti RFID-nya gerbang masuk (kiri); antrian masih lengang, tampak kereta wisata gandeng di sebelah kanan pagar jalur antrian (kanan)

 Naik kereta ke area danau. Sayangnya pengemudi kereta belum didayagunakan untuk menjadi tour guide yang sekaligus dapat menerangkan serba-serbi kebun buah dan jenis tanaman yang dilewati. Pengunjung hanya menerka-nerka saja tanaman yang dilewati sepanjang perjalanan sekitar 10 menit ke area danau. Contoh pengemudi kereta wisata yang dengan baik didayagunakan pula sebagai tour guide kami temui di Danau Xi Hu, detail klik di sini... (kiri); tiba di area danau, langsung menggelar tikar di lapangan bertutup conblock yang teduh di sebelah kiri jalan. Tampak bangunan toko suvenir dan gedung outbound di lantai atas. Toilet dan mushalla terdapat di belakang gedung 2 lantai itu (kanan).

 Kita perlu membeli tiket di loket sebelum bermain di Water Zone ini. Rata-rata Rp.20~30 ribu. Memang ada 8 foto/permainan yang terpampang di loket, tapi saat itu ada beberapa yang tidak beroperasi yaitu Canoe, Banana Boat, dan Giant Bubble.

 Abid mencoba Bungee Trampolin setinggi 6 meter lebih...

 Haidar & Abid di atas water bike mereka (kiri); kami, Dinda & suami di water bike berbeda (kanan)


Haidar dan Abid mencoba outbound/flying fox.

 Jembatan gantung untuk menyeberang ke Pulau Mekarsari 'My Island'. Terdapat peringatan 'Max 50 orang' karena konstruksi gantung jembatan ini tidak didesain untuk beban terlalu berat. Kita harus bergantian menyeberanginya. Di pertengahan jembatan kita bisa merasakan goyangan jembatan karena tiupan angin atau adanya pengunjung yang sedang menyeberang.

 Di 'My Island' terdapat daerah yang teduh untuk piknik serta arena bermain anak

Tak terasa waktu terus berlalu dengan cepat. Pukul 15 kami beranjak pergi meninggalkan area ini. Lokasi antrian naik kereta wisata untuk kembali ke depan terletak tak jauh dari jembatan gantung ke 'My Island'. Tak seperti saat datang yang lengang, saat pulang ternyata antriannya cukup panjang karena memang sudah jamnya pulang. Namun karena kereta wisatanya banyak dan terus berdatangan, antrian yang cukup panjang ini pun terus terangkut ke depan.

 Tiba di pemberhentian kereta wisata di daerah depan Mekarsari, kami menyempatkan diri sejenak masuk ke 'Pasar Tanaman'. Di sini tersedia bibit tanaman yang bisa dibeli untuk ditanam di rumah. Terdapat pula display daftar tanaman langka yang ada di Mekarsari.

 Bibit tanaman yang bisa dibeli (kiri); tanaman dalam pot dan pupuk (kanan)

Kami memang hanya mengeksplorasi Water Zone dalam kunjungan kali ini, sehingga praktis tidak menjamah sisi edukatif dari Taman Buah Mekarsari. Water Zone memang daerah wisata keluarga yang didominasi lapangan rumput untuk menggelar tikar/acara/tenda bagi keluarga/grup, permainan anak, serta kios-kios jajanan. Karakter wisata begini sebenarnya bisa didapatkan di tempat selain Mekarsari.
Mungkin tak banyak yang mengetahui bahwa sebenarnya Mekarsari memiliki wisata berkarakter edukasi yang dapat pula digali (namun sepertinya memang kurang cocok untuk acara family gathering atau wisata anak-anak/keluarga) seperti kebun tanaman buah hasil persilangan yang menarik. 
Beberapa tanaman hasil persilangan/rekayasa di Mekarsari adalah :

1. Nangkadak (nangka & cempedak). Greg Hambali, pemulia tanaman sekaligus Research and Agronomy Advisor di Taman Buah Mekarsari, berinisiatif merakit spesies baru keluarga Nangka-nangkaan hingga mewarisi sifat-sifat unggul Nangka dan Cempedak. Spesies baru ini lahir dalam bentuk hibrida. Proses perakitan hibrida ini diawali dengan ‘perkawinan’ antara Nangka Mini dengan Cempedak pada Agustus tahun 2000, dengan Greg Hambali sebagai ‘penghulu’nya.
Persilangan antara dua spesies ini menghasilkan tiga calon spesies baru di keluarga Moraceae, yaitu Pedaka, Nangkadak dan Cempeka. Setelah dilakukan serangkaian pengujian kualitas, kuantitas, daya hasil dan multilokasi selama hampir tiga tahun, terpilihlah Nangkadak sebagai calon spesies yang berpenampilan paling stabil.
Saat ini Mekarsari memiliki 132 pohon induk Nangkadak yang dibudidayakan secara intensif. Populasi ini merupakan hibrida generasi pertama yang ditanam setelah dirakitnya spesies Nangkadak pada tahun 2003. Pengelolaan kebun Nangkadak ini merupakan tanggungjawab Bagian Produksi. Teknik budidaya yang dilakukan oleh Tim produksi berupa pemberian pupuk organik dan anorganik, pengendalian gulma, pengendalian hama dan penyakit, pembungkusan buah, pemangkasan, pengapuran dan panen. Mekarsari juga memproduksi dan menyediakan bibit siap tanam.

2. Durian Lai Mas.  Buah durian lai berukuran kecil, dengan bobot rata-rata 1 kg per butir (sebagai pembanding, durian monthong berbobot rata-rata 3 kg/buah). Jadi bobot durian lai mas, masih paralel dengan bobot durian lai. Namun bentuk buah lai mas, sudah menyimpang dari bentuk durian lai.
Buah lai, yang di Kalimantan disebut durian kuning, tinggang, pulu, nyekak, ruas, sekawi, pekawai, pampakan, atau pampakin ; berbentuk melebar ke samping dan dengan tonjolan juring cukup nyata, lekukan batas antar juring beralur dalam.
Sementara bentuk buah lai mas memanjang, dengan ujung meruncing. Tempat juring tidak menonjol, alur batas antar juring juga tidak sedalam lai asli. Daging buah lai mas juga berwarna lebih terang, tidak oranye seperti lai asli. Daging buah lai asli kering, dan tidak beraroma durian, meskipun rasanya manis. Daging buah lai mas lebih lembek dari lai asli, sudah beraroma durian, dengan rasa lebih manis.

3. Salak Merah. Salak merah mewakili sekitar tiga spesies dalam marga Salacca sp. Dikatakan merah karena beberapa sebab, mulai dari kulit buahnya yang merah cerah dan juga jenis lain yang daging buahnya memiliki semburat kemerahan, terutama Salacca affinis anggota dari seksi Leio-salacca yang merupakan tanaman asli Kalimantan dan Sumatera. Buah jenis ini dapat dibedakan dari warna kulitnya yang merah cerah, berbeda dengan salak lainnya yang cenderung kecoklatan. Dalam satu buah terdapat dua juring dan dua biji. Ukuran ‘sisik’ buahnya dua kali lebih besar dari salak lainnya.
Sebagian dari anggota seksi Eu-salacca juga sering dikategorikan sebagai salak merah, umumnya karena warna kulitnya yang coklat kemerahan. Termasuk dalam kategori salak merah dalam seksi ini adalah Salacca wallichiana (syn. Salacca rumphii) dan Salacca glabrescens. Kedua jenis salak tersebut memiliki warna kulit yang juga kemerahan seperti Salacca affinis.

4. Abiu. Abiu termasuk satu genus dengan sawo raksasa mamey sapote (Pouteria sapota) yang berasal dari Amerika Tropis. Di Indonesia, tanaman abiu baru dibudidayakan secara serius di Taman Buah Mekarsari sebanyak 1371 tanaman. Di luar Mekarsari, juga sudah banyak nurseri yang menawarkan bibit abiu. Selama ini perbanyakan abiu hanya menggunakan benih generatif dari biji, hingga tingkat keberagaman tanaman cukup tinggi. Tetapi secara umum ada dua bentuk buah abiu, yakni yang berujung runcing seperti alkesa, dan yang bulat dan berukuran lebih besar.
Tanaman abiu mampu mencapai tinggi 10-30 meter dengan kayu pohon yang padat, keras, dan berat. Daun abiu berbentuk jorong dengan dengan ujung meruncing sepanjang 10-20 cm dan lebar 3-6 cm. Tanaman bergetah putih kemerahan. Meskipun berasal dari benih generatif menggunakan biji, abiu sudah bisa berbunga pada umur satu sampai dua tahun, sejak tanam. Bunganya muncul bisa tunggal maupun berkelompok, berwarna putih kehijauan (panjang bunga 4-8 mm). Produktivitas abiu di Mekarsari mencapai 18-19 kg per tanaman per tahun, dengan rata-rata tiga kali produksi. Buah abiu akan masak pada umur 2-3 bulan sejak bunga mekar. Buah abiu dipanen dengan cara memetik langsung dengan menggunakan tangan, karena tidak bertangkai buah sehingga apabila menggunakan gunting panen justru akan merusak buah tersebut. Panen abiu di Mekarsari pada Februari - Mei.

Sedangkan di antara tanaman langka di Mekarsari adalah :

1. Bisbul. Bisbul (Diospyros philippensis) dikenal juga sebagai Velvet Apple (Inggris) atau Buah Mentega (Indonesia). Merupakan buah yang awalnya hidup liar di hutan-hutan primer dan sekunder Filipina namun kini telah menyebar di berbagai negeri tropis,
termasuk Indonesia, di Bogor, Jawa Barat dibudidayakan di pekarangan. Buah bisbul berbentuk bulat gepeng, berbulu halus seperti beludru. Termasuk keluarga eboni (suku Ebenaceae) dan berkerabat dengan Kesemek dan Kayu Hitam. Tak heran jika di negeri asalnya disebut Buah Mabolo atau Buah Berbulu.
Bisbul sudah cukup lama dikenal dan banyak tumbuh di Bogor. Sudah lebih dari seratus tahun tumbuh di Bogor Selatan, masyarakat setempat, termasuk pedagang buah, sudah menganggap buah ini sebagai buah khas dari daerah Bogor. Dan kebetulan juga di daerah lain memang tak ditemukan.

Berdasarkan literatur yang ada, tanaman tersebut diintroduksi ke Jawa, Malaysia pada tahun 1881, dan juga ke Kebun Raya Singapura, ke Calcuta di India. Diduga bisbul ini beredar di daerah Bogor karena imbas dari Kebun Raya yang didirikan sejak tahun 1817. Tanaman ini berbuah terus menerus sepanjang tahun. Dari bunga sampai berbuah sekitar empat bulan. Buah bisbul umumnya dimakan dalam keadaan segar jika matang. Daging buahnya juga dapat diiris-iris dan dicampur dengan buah-buahan lain untuk dijadikan rujak.
Buah bisbul juga memiliki kandungan serat yang cukup tinggi. Dengan kandungan yang demikian, maka buah bisbul berkhasiat untuk meningkatkan daya tahan tubuh, mem-perbaiki saluran pencernaan, meng-haluskan kulit, menjaga kesehatan mata dan mencegah sembelit.

2. Duwet. Duwet (Syzygium cumini) atau jamblang (jambolan), atau java plum (Inggris) merupakan tanaman buah yang berasal dari daerah India bagian timur. Pertumbuhan tanamannya sangat cepat dengan tinggi tanaman mencapai 15 m dan mampu berproduksi selama 40 tahun.

Tanaman ini termasuk salah satu tanaman yang mulai terlupakan bahkan langka, dan jarang dibudidayakan. Tanamannya dapat tumbuh dengan baik pada rendah sampai ketinggian 1800 m dpl. Buah berbentuk lonjong dengan panjang 2-3 cm. Sewaktu kecil di Jogja kami masih sering menemukan pohon jamblang, namun anak-anak jaman sekarang sepertinya tak lagi mengenal buah jamblang ini.
Terdapat 2 jenis duwet yang dapat dibedakan ketika buahnya masak yakni kulit buah berwarna merah kehitaman dan putih. Buah masak dapat dimakan langsung dengan cita-rasa sepat sampai masam manis. Untuk menghilangkan rasa sepat buah ditaburi garam dan diaduk di dalam mangkuk tertutup untuk melunakkan buahnya. Buahnya berkhasiat menghentikan batuk, peluruh kencing (diuretik), memperbaiki gangguan pencernaan, dan menurunkan kadar glukosa darah (hipoglikemik).
Perbanyakan tanaman dengan cara semai biji, cangkok, dan sambung pucuk. Tanaman mulai berbuah umur 7 – 8 tahun bibit semai biji, dan umur 2 – 3 tahun bibit cangkok.

3. Kepel. Tanaman kepel (Stelechocarpus burahol) atau burahol adalah pohon penghasil buah hidangan meja yang menjadi flora identitas Daerah Istimewa Yogyakarta. Buah kepel digemari puteri keraton-keraton di Jawa karena dipercaya menyebabkan keringat beraroma wangi dan membuat air seni tidak berbau tajam.

Pohon kepel tersebar di kawasan Asia Tenggara mulai dari Indonesia, Malaysia hingga Kepulauan Solomon bahkan Australia. Pohon Kepel menjadi kegemaran para putri keraton di Jawa selain lantaran memiliki nilai filosofi sebagai perlambang kesatuan dan keutuhan mental dan fisik, buah kepel juga dipercaya mempunyai berbagai khasiat dibidang kecantikan. Buah Kepel telah menjadi deodoran (penghilang bau badan) bagi para putri keraton.
Buah kepel tumbuh memenuhi batang pohonnya. Bentuk buah Kepel bulat lonjong dengan bagian pangkal agak meruncing. Warna buah coklat kusam, dan ketika sudah tua akan berubah menjadi coklat tua. Daging buah berwarna agak kekuningan membungkus biji yang berukuran cukup besar. Rasa buahnya manis-segar. Daging buah kepel dipercaya mempunyai khasiat memperlancar air kencing, mencegah inflamasi ginjal.
Selain itu juga dipercaya sebagai salah satu sarana kontrasepsi wanita (KB). Kayu pohonnya dapat digunakan sebagai bahan industri atau bahan perabot rumah tangga dan bahan bangunan yang tahan lebih dari 50 tahun. Daun kepel dimanfaatkan untuk mengatasi asam urat, dan mampu menurunkan kadar kolesterol.

4. Nangka Telanjang. Nangka telanjang (Artocarpus heterophyllus) merupakan nangka unik yang berasal dari Rawabugel, Bekasi, Jawa Barat. Tanaman ini merupakan hasil mutasi gen secara alami. Pertumbuhan tanamannya cepat seperti nangka pada umumnya dengan tinggi tanaman 8 – 10 m. Tanamannya mampu beradapatasi dengan baik pada ketinggian 0 – 800 m dpl. Buah nangka ini pada awalnya tumbuh normal seperti nangka pada umumnya.
Pada umur 2 bulan mulailah kulit merekah dan muncul bentuk menyerupai buah pisang yang makin lama makin besar dan banyak, Bentuknya tidak beraturan. Tak heran diberbagai tempat nangka ini populer dengan sebutan nangka berbuah pisang. Daging buah yang sudah masak dapat dimakan langsung, caranya hanya dengan mencabut daging buah tanpa perlu mengupas kulitnya. Rasa daging buah manis sedang dengan tekstur daging buah renyah.
Perbanyakan tanaman dengan cara semai biji, cangkok, dan sambung susu. Tanaman asal biji mulai berbuah umur 6 – 7 tahun. Sedangkan bibit cangkok dan sambung susu mulai berbuah umur 3 – 4 tahun.Di Mekarsari tanaman nangka telanjang dapat dijumpai di areal lab. Biosari, garden Center, Kebun buah blok A, dan blok B.

Sebenarnya masih banyak lagi tanaman langka di Mekarsari yang tentunya tak mungkin semuanya kami ulas di sini. Tanaman-tanaman yang Anda pasti pernah mendengar namanya, tapi mungkin tak mengetahui bagaimana bentuk buah dan pohonnya seperti gayam, kapulasan, matoa, menteng, rambai, mundar, mundu, dan maja yang menjadi asal nama kerajaan adidaya nan perkasa di jamannya : Majapahit.
 Gerbang keluar yang sesungguhnya merupakan pintu yang sama dengan Gerbang masuk. Hanya saja kita keluar dari sebelah kiri pintu jika kita melewati pintu dari arah dalam (kiri); mushalla yang bersih dan nyaman di luar Gerbang keluar, shalat dulu sebelum pulang (kanan)

Sebenarnya jika memiliki waktu lebih longgar, kita bisa menuju ke area permainan anak di dekat Gerbang keluar ini. Terdapat cukup banyak permainan yang sebenarnya lebih cocok untuk anak usia TK atau SD awal sih, seperti kereta-keretaan dan mini/kids bombomcar. Berikut 2 foto yang kami ambil di area permainan ini pada kunjungan ke Mekarsari tahun 2010 lalu saat anak-anak masih lebih kecil.

Pukul 15.30-an kami mulai perjalanan pulang. Jalanan agak macet sampai pertigaan Metland Cileungsi, namun selepas itu lancar hingga Bekasi. Sepertinya pertigaan Metland Cileungsi yang ramai ini memang menjadi bottleneck. Bus yang kami tumpangi alhamdulillah tiba dengan selamat di perumahan sekitar pukul 16.45. Berakhirlah jalan-jalan satu hari di Mekarsari kami dan tetangga se-RT...

Trivia...
Tadinya kami mempertimbangkan untuk mencoba Rumah Pohon Leo yang tersedia di Mediteran Exotic Zone. Namun mengingat temperatur udara di sini yang tak ada bedanya dengan Jabotabek, kami jadi berpikir ulang : apa iya mau menginap sambil berpanas-panas begini? Masih mending di daerah Puncak atau Lembang yang sejuk, ya?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar