Handicraft Center kok judulnya 'Pondok Dahar Lauk Jogja'? Mmmm... nama memang tidak perlu literally nyambung, kan? Bisa karena kami memang berasal dari Jogja, bisa juga karena memang pusat hobi kami ini dirintis dari rumah makan mungil kami, Pondok Dahar Lauk Jogja (back to 2011)...
However, pusat hobi kami ini berkarya dalam aneka handicraft
Jogja seperti bambu ulir cendani, vas & meja set gerabah Kasongan, vas kayu minimalis, serta rupa-rupa handicraft yang tak mesti berlabel 'Jogja' semisal bunga rangkai aneka jenis, ranting hias, lukisan bunga, pigura 3D, serta buah & pohon topiary artificial.
Pokoknya Jogja and Florist Enthusiast untuk Anda yang berkediaman di Bekasi dan sekitarnya...

Untuk navigasi cepat ke 'KATALOG UPDATE TERAKHIR' kami, klik di sini...

header gambar laukkita

Hot Items

HOT ITEMS :
* Handicraft Bambu Ulir : Bambu Ulir Cendani Aneka Model
* Handicraft Vas Gerabah : Vas Gerabah Aneka Model
* Handicraft Ranting Hias : Ranting Inul Aneka Model

Senin, 08 April 2013

Xi Hu & Pagoda Leifeng, Lokasi Legenda Ular Putih (Location of White Snake Legend)

Berkunjung ke kota Hangzhou, ibukota Provinsi Zhejiang yang permai di bilangan delta Sunga Yangtze, pesisir timur negeri China, belumlah lengkap jika tidak menyempatkan diri mendatangi Xi Hu (Danau Barat/West Lake) dengan Pagoda Leifengnya yang terkenal sebagai penjara Bai Suzhen, sang Ular Putih dalam White Snake Legend yang sangat terkenal di Indonesia menyusul penayangan serial TV-nya di TV swasta Indonesia pada era 1990-an.
Hangzhou memiliki bandara internasional bernama Xiaoshan. Namun kami sendiri belum pernah bepergian via bandara ini. Kunjungan kami ke Provinsi Zhejiang selama ini selalu melalui bandara internasional Lishe di kota Ningbo, karena kami memiliki keperluan pula di beberapa kota sekitar Ningbo seperti Yuyao dan Cixi. Perjalanan darat via tol yang mulus antara Ningbo ke Hangzhou (+/- 154 km) membutuhkan waktu sekitar 2 jam saja. Jadi tidak terlalu masalah bandara manapun yang kita tuju.

Dari Sophia Hotel tempat kami menginap di Jalan Shangcangqiao, kawasan Xi Hu dapat dicapai dengan berjalan kaki santai sekitar 20 menit saja. Namun kenyataannya kami menghabiskan waktu tak kurang dari 1 jam untuk tiba di Xi Hu. Bukan karena terlalu jauh atau macet (kawasan ini bebas macet, sangat nyaman untuk berjalan-jalan), tetapi karena rute yang kami tempuh ternyata melintasi beberapa lokasi wisata yang sayang dilewatkan begitu saja, maka kami pun bolak-balik berhenti untuk melihat-lihat dan berfoto ria.
Gerbang masuk kawasan 'Kota Kerajaan'

Jalan Shangcangqiao (qiao dalam bahasa mandarin berarti 'jembatan') sangat dekat dengan situs sejarah Southern Song Dynasty Imperial City Park dan Southern Song Dynasty Imperial Street, yang pada era modern ini dikenal sebagai Jalan Zhongshan. 
Melihat kehidupan kuno di walking street
Di kawasan ini pun terdapat Jalan Hefang dan Gaoyin yang terkenal sebagai Southern Song Dynasty Style Culture.

Hangzhou memang adalah sebuah kota kuno dengan sejarah sepanjang ribuan tahun. 
Catatan paling awal tentang Hangzhou berangka tahun 589 M. Kota ini terus berkembang hingga menjadi ibukota kerajaan Wuyue (907 ~ 978 M) pada jaman '5 Dinasti - 10 Kerajaan'. 
Pada tahun 1132 M, Hangzhou menjadi ibukota Southern Song Dynasty. Meskipun sempat hancur akibat serbuan Kubilai Khan dari Mongol (1276 M), Hangzhou tetap menjadi kota penting yang makmur dengan penduduk yang terus bertambah di pesisir Timur China. 
Petualang dari Venesia, Marco Polo, diperkirakan pernah menyinggahi Hangzhou pada akhir abad ke-13. Ia mencatat kota ini sebagai 'the greater than any in the world'. 
Ibnu Batuta, petualang dari Maroko pada abad ke-14 juga pernah tiba di kota ini. Ia menyebut Hangzhou 'the biggest city I've ever seen on the face of the earth'. 
Pada tahun 1848 (Dinasti Qing), Hangzhou disebut-sebut telah menjadi pusat komunitas Islam di China. Hingga saat ini masih dapat dijumpai peninggalan komunitas Islam tersebut yaitu 2 masjid besar : Great Mosque of Hangzhou dan Phoenix Mosque. Sayang kami tak sempat berkunjung ke 2 masjid ini.
Gerbang tembok 'Kota Kerajaan'

Tak heran, dengan sejarah ribuan tahun panjangnya sebagai kota penting di jaman kerajaan China, terdapat banyak situs sejarah yang masih dapat dilihat sisa-sisanya di kawasan Kota Kerajaan Southern Song Dynasty, sebagaimana yang sempat kami abadikan lewat foto-foto di halaman ini.
Kita dapat membayangkan bagaimana kehidupan dan kebudayaan masyarakat lokal di jaman Southern Song Dynasty ketika berjalan santai di  walking street yang terkesan alami dengan adanya aliran sungai buatan. Aliran sungai buatan ini seakan menuntun kita menyusuri jalanan kuno Hangzhou jadul.
 Replika tembok dan pintu rumah-rumah di Hangzhou sekitar tahun 1200-an M dapat dilihat sambil berjalan santai menyusuri walking street. Resto mudah dijumpai di sepanjang walking street ini, namun kami tidak bisa mencoba karena tidak ada tanda halal. Kami justru menjumpai sebuah muslim restaurant di dekat lokasi Xi Hu, namun sayangnya juga tidak sempat mampir ke sana karena belum jam makan siang, sementara ketika pulang ke hotel kami mengambil rute yang berbeda.

Keluar dari kawasan 'Kota Kerajaan' mendekati Xi Hu, walking street seakan berubah tema dari sebelumnya bernafaskan budaya dan kehidupan masyarakat Hangzhou tahun 1200-an M menjadi lebih masa kini dengan deretan toko pernak-pernik dan toko obat tradisional China yang unik (kanan). Namun di beberapa tempat masih ada beberapa titik bertema tradisi seperti patung Jenderal Zhang Fei (kiri) dan patung Xu Xian yang sayangnya tidak kami foto.

Rute yang kami tempuh pulang-pergi hotel-Xi Hu kurang lebih seperti yang kami tunjukkan pada peta di bawah :

Pepohonan willow di tepi Danau Xi Hu
Akhirnya... kami pun tiba di kawasan Xi Hu yang ternama! Masuk dari pintu timur Xi Hu, kami berjalan santai menuju tepian danau yang berair tenang itu. 
Setelah sejenak mengeksplorasi kawasan tenang di tepian timur danau, kami memutuskan menumpang sebuah mobil wisata tak berpintu (tampaknya bertenaga listrik) untuk menyusuri tepian timur hingga selatan danau, tempat di mana Pagoda Leifeng ternama berada. 
Tarian sulur dedaunan willow yang berayun-ayun ditiup angin tepian danau benar-benar memukau kami yang jarang-jarang melihat pohon ini di tanah air.
 Mobil wisata di sini dioperasikan hanya oleh seorang sopir yang berfungsi ganda sebagai pemandu wisata. Sepanjang jalan, sembari melajukan mobilnya dengan perlahan, ia terus menceritakan segala sesuatu tentang danau Xi Hu, sayangnya tentu kami tak dapat memahami cerita dalam bahasa mandarin itu. Di sepanjang tepi danau kami melihat banyak sekali wisatawan lokal berekreasi dan berfoto ria, padahal hari itu kan hari kerja...

Pagoda Leifeng menyembul dari pepohonan di kejauhan danau
Setelah sekitar 15 menit mengitari danau, kami tiba juga di tepi selatan danau. Dari kejauhan kami sudah dapat melihat Pagoda Leifeng yang menjulang. Bangunan ini tampak kokoh sekali. 
Turun dari mobil wisata, kami mesti membeli tiket masuk ke pagoda dulu. Pelataran dasar pagoda ini luas dan rindang oleh pepohonan. Untuk menuju ke pagoda dari pelataran ini kita harus menaiki puluhan atau bahkan mungkin hingga seratusan anak tangga, karena memang bangunan ini terletak di puncak Sunset Hill. Tapi jangan khawatir, tersedia pula tangga berjalan naik bagi kita yang tak ingin ngos-ngosan.
Foto pagoda lama sebelum ambruk (1910)

Pagoda Leifeng memang tak bisa dipisahkan dari Legenda Ular Putih. Bangunan 5 tingkat ini berbentuk segi delapan (oktagon). Pagoda Leifeng tercatat telah dibangun sejak tahun 975 M, pada masa '5 Dinasti - 10 Kerajaan', tepatnya pada pemerintahan Kaisar Qian Chu dari Wuyue. 
Pagoda ini awalnya didirikan sebagai peringatan atas kelahiran Huang Fei, putera Qian Chu, dengan konstruksi menara dari batu bata dan rangka kayu, dan pondasi dari batu bata.
Pada masa Dinasti Ming, bajak laut dari Jepang menyerang Hangzhou. Mengira bahwa di Pagoda Leifeng tersimpan senjata dan amunisi, bajak laut itu membakar pagoda. Akibatnya, rangka kayu pagoda hangus, meninggalkan hanya dinding bata yang rawan bahaya runtuh.
Pondasi batu bata asli pagoda lama di ruang bawah pagoda baru
Belakangan, timbul anggapan tahayul bahwa batu bata dari pagoda ini dapat menyembuhkan segala penyakit. Akibatnya, orang-orang mengambil batu bata pagoda ini dan menggerindanya menjadi serbuk untuk keperluan obat-obatan tersebut. Karena terus-menerus dipreteli, pagoda ini akhirnya benar-benar runtuh pada suatu sore tanggal 25 September 1924.
Ketika itu pun sebenarnya berkembang isu akan adanya ruang bawah tanah berisi harta karun di dasar pagoda. Isu ini terus menjadi misteri hingga akhirnya teknologi detektor radar digunakan untuk eksplorasi, dan pada tanggal 11 Maret 2001, ternyata benar-benar ditemukan ruang bawah tanah berisi banyak artefak. Di antara artefak tersebut, yang diangap paling penting adalah artefak rambut Buddha berlapis emas dan perak. 


Pintu masuk pagoda, di lantai ini ada lift untuk naik ke atas
Upaya rekonstruksi Pagoda Leifeng dimulai sejak Oktober 1999, ketika pemerintah setempat memutuskan untuk membangun ulang pagoda baru tepat di atas reruntuhan pagoda lama.Bentuk pagoda baru ini diupayakan setepat mungkin dengan gambar dan deskripsi pagoda lama. Pagoda Leifeng baru akhirnya diresmikan pada 25 Oktober 2002. Namun berbeda dengan konstruksi pagoda lama, pagoda baru ini jauh lebih kuat dengan konstruksi tulangan 1400 ton baja dengan perkuatan struktur 200 ton tembaganya. Untuk naik ke atas pagoda, disediakan 2 buah lift. Turun ke bawah kita bisa melewati tangga biasa untuk menjelajah tingkat demi tingkatnya. 
Ruangan dalam pagoda baru ini full AC. Namun demikian, ruang bawah tanah pagoda dibiarkan apa adanya seperti kondisi asli ketika ditemukan. Artefak-artefak yang ditemukan di ruang bawah tanah ini dipamerkan pula di lemari-lemari kaca di tingkat dasar ini.

Yang menarik dari pondasi batu bata asli pagoda lama ini adalah serakan uang koin dan kertas RMB. Rupanya banyak wisatawan lokal yang melemparkan uang ke situs ini dengan harapan-harapan beroleh keuntungan dan banyak rejeki. Hmm... kalau hal ini sih kami nggak ikut-ikutan deh...

Dari ruang bawah pagoda, kami memilih naik lift untuk langsung menuju lantai paling atas. Dari lantai paling atas ini kita dapat melihat pemandangan seluruh Xi Hu dengan bebas. 
Langit-langit keemasan atap pagoda
Bagian dalam atap pagoda tampak berwarna keemasan. Terkesan agung dan grande. Di bawah langit-langit pagoda itu banyak terdapat lukisan Budha dan perjalanan hidupnya.

Kami lupa di tingkat berapa tepatnya... tetapi tingkat di dalam Pagoda Leifeng yang paling menarik bagi kami adalah tingkat yang didedikasikan bagi diorama Legenda Ular Putih. Diorama ular putih ini berisi kisah White Snake Legend yang diukirkan pada 8 buah blok kayu, masing-masing blok berisi penggalan kisah utama yang ditempatkan pada kedelapan sisi pagoda.
Diorama itu diukir dengan sangat halus. Detilnya betul-betul tampak nyata.




Meski belum puas benar mengeksplorasi Pagoda Leifeng dan Xi Hu, kami harus mengakhiri kunjungan kali ini karena waktu yang membatasi. Menuruni Sunset Hill lewat tangga biasa ke kaki bukit, kami beranjak ke luar kawasan Xi Hu. Dari tepi jalan kami menyetop sebuah taksi yang ternyata adalah taksi listrik untuk kembali ke hotel. Perjalanan hanya sekitar 5 menit dari pagar selatan kawasan Xi Hu ke hotel, karena ternyata jika melihat peta jaraknya memang tidak jauh.

White Snake Legend, atau dikenal juga sebagai Madame White Snake, adalah sebuah kisah yang hidup dan diceritakan turun-temurun di seantero Tiongkok, jauh sebelum kisah ini akhirnya ditulis oleh Feng Menglong (jaman Dinasti Ming) dengan jusul The White Maiden Locked for Eternity in the Leifeng Pagoda. Di jaman modern, kisah ini telah dibawakan dalam bentuk opera, film, dan tentunya serial TV.
Di Indonesia, kisah ini sangat terkenal ketika ditayangkan dalam bentuk serial TV oleh SCTV pada tahun 1993. Ketika itu Bai Suzhen diperankan oleh Angie Chiu dan Xu Xian oleh Cecilia Yip (keduanya aktris).


Legenda ini dimulai ketika Lu Dongbin, seorang di antara 8 Manusia Abadi, menyamar menjadi penjual tangyuan (sejenis kue tradisional China) di Jembatan Patah dekat Xi Hu, Hangzhou. Seorang anak laki-laki bernama Xu Xian (dibaca Si Sien) membeli tangyuan darinya, dan merasa heran karena setelah memakan tangyuan itu ia tidak merasa lapar lagi bahkan setelah 3 hari. Xu Xian yang ingin kembali 'normal' kemudian menanyakan hal ini kepada Lu Dongbin.
Tangga naik ke Pagoda Leifeng modern
Lu Dongbin tertawa dan kagum dengan kejujuran Xu Xian, sehingga ia mengajak Xu Xian kembali ke Jembatan Patah sambil menjelaskan bahwa tangyuan yang ia makan sebenarnya adalah pil keabadian. Xu Xian yang tetap ingin kembali 'normal' kemudian diceburkan oleh Lu Dongbin ke dalam danau sehingga beberapa butir tangyuan yang dimakannya keluar ke air danau.

Tanpa diketahui oleh mereka berdua, di dalam air danau Xi Hu yang tenang itu ternyata ada seekor siluman ular putih yang tengah berlatih Tao agar menjadi abadi. Ular putih itu menelan tangyuan yang dikeluarkan Xu Xian, dan memperoleh kekuatan sihir setara 500 tahun latihan. Ular putih itu merasa amat berterima kasih pada Xu Xian, dan nasib mereka pun menjadi berjodoh. 
Namun ternyata selain ular putih, ada pula seekor siluman kura-kura yang saat itu juga tengah berlatih di dalam danau Xi Hu. Ia tak dapat menelan sebutir tangyuan pun karena semua sudah didahului oleh siluman ular putih yang bergerak lebih lincah. Siluman kura-kura itu menjadi amat iri dan benci pada sang ular putih.
Bai Suzhen menjadi manusia setelah bertapa ribuan tahun
Suatu hari, ular putih melihat seekor ular hijau ditangkap oleh pengemis yang melintas di Jembatan Patah. Pengemis itu hendak menjual si ular hijau. Merasa iba, ular putih berubah menjadi seorang wanita dan membeli ular hijau tadi dari sang pengemis, lalu membebaskannya. Siluman ular hijau tadi berterima kasih pada ular putih, dan menjadikan sang ular putih 'kakak'.
18 tahun kemudian, pada Perayaan Qingming di tengah gerimis, ular putih dan hijau berubah menjadi 2 orang wanita muda, masing-masing dengan nama Bai Suzhen (dibaca Pai Sucen) dan Xiaoqing (dibaca Siaocing). 
Xu Xian meminjamkan payung pada kedua siluman ular
Mereka berpapasan dengan Xu Xian yang telah menjadi tabib di Jembatan Patah. Karena hujan, Xu Xian meminjamkan payungnya pada kedua wanita itu. Xu Xian dan Bai Suzhen pun jatuh cinta dan akhirnya menikah. Mereka kemudian membuka toko obat-obatan di Zhenjiang dan hidup bahagia.
Pada saat itu, siluman kura-kura yang memendam dendam pada ular putih telah menghimpun cukup energi untuk berubah menjadi manusia. Ia pun berubah wujud menjadi pendeta Budha bernama Fahai. Karena dendamnya, Fahai ingin memisahkan Xu Xian dan Bai Suzhen. Fahai mendekati Xu Xian dan berkata padanya bahwa istrinya sebenarnya adalah siluman ular putih. Sebagai bukti, ia menyuruh Xu Xian untuk meminumkan arak pada Bai Suzhen saat Perayaan Duanwu tiba. 
Xu Xian tewas melihat ular putih raksasa wujud asli istrinya
Setelah meminum arak, Bai Suzhen yang mabuk berubah wujud kembali menjadi ular putih raksasa. 
Xu Xian terbangun esok paginya mendapati istrinya berwujud ular putih raksasa seperti perkataan Fahai, ia pun tewas saking terkejutnya. 
Bai Suzhen dan Xiaoqing kemudian menempuh bahaya ke Gunung Emei untuk mencuri ramuan ajaib guna menghidupkan Xu Xian kembali. Setelah berhasil mendapatkan ramuan ajaib dan menghidupkan kembali Xu Xian, Xu Xian ternyata tetap mencintai Bai Suzhen, walaupun kini ia telah mengetahui rahasia istrinya dan Xiaoqing. 
Biksu Fahai

Fahai yang dengki berusaha lagi memisahkan keduanya. Kali ini ia menculik Xu Xian dan memenjarakannya di Kuil Jinshan. 
Demi untuk mengalahkan Fahai dan membebaskan Xu Xian, Bai Suzhen dan Xiaoqing berupaya menenggelamkan kuil itu dengan kekuatan mereka. Sayang seribu sayang, banyak pula orang tak bersalah menjadi korban tenggelam akibat banjir yang mereka timbulkan. Juga karena Bai Suzhen ternyata tengah mengandung anak Xu Xian, kekuatannya tak cukup untuk mengalahkan Fahai. Upaya mereka berdua pun gagal.
Ular putih dan hijau melawan Fahai di Kuil Jinshan
Xu Xian kemudian berhasil meloloskan diri dari Kuil Jinshan dan kembali bersatu dengan keluarganya di Hangzhou, tepat ketika Bai Suzhen melahirkan putera mereka, Xu Mengjiao.
Fahai yang tetap tidak terima menyusul Xu Xian, mengalahkan Xiaoqing dan Bai Suzhen yang tak berdaya setelah melahirkan, lalu memenjarakan sang ular putih di Pagoda Leifeng. 
Xiaoqing yang terluka terpaksa melarikan diri agar tak turut dipenjarakan pula oleh Fahai. Xu Xian membesarkan putera mereka, Xu Mengjiao, dalam hari-hari yang penuh nestapa. 

Xu Mengjiao pulang ke rumah setelah berhasil menjadi lulusan terbaik
20 tahun kemudian, Xu Mengjiao berhasil melewati ujian kekaisaran sebagai lulusan terbaik (zhuangyuan). Pada saat yang sama, Xiaoqing yang ternyata terus berlatih, kembali ke Kuil Jinshan untuk melawan Fahai. Kali ini Fahai berhasil dikalahkan. Fahai melarikan diri dengan cara bersembunyi di dalam perut kepiting. Kata orang, perut kepiting berwarna oranye karena pengaruh kain/jubah (kasaya) Fahai yang juga berwarna oranye.
Xiaoqing membebaskan Bai Suzhen dari Pagoda Leifeng. Mereka pun akhirnya kembali bersatu sebagai keluarga di Hangzhou.

Alur yang kami sajikan di atas sebenarnya hanyalah satu versi di antara banyak versi legenda ini. Kisah asli yang ditulis oleh Feng Menglong bahkan tak mengenal nama Bai Suzhen (nama ini muncul belakangan). Ular putih ketika itu hanya disebut 'White Lady' atau 'Wite Maiden' saja. Pada alur cerita aslinya, Fahai adalah pendeta Budha yang mewakili 'kebaikan' untuk menolong jiwa Xu Xian yang dikuasai oleh siluman ular putih sebagai wakil 'kejahatan'. Pada akhir cerita, 'kejahatan' dikalahkan oleh 'kebaikan' setelah dikurung dalam penjara abadi Pagoda Leifeng.
Namun legenda ini berkembang dari yang tadinya 'story of good against evil' bernuansa horor, menjadi kisah cinta yang lebih dapat diterima dan menginspirasi banyak pihak. Tokoh-tokoh utama Bai Suzhen dan Xu Xian yang saling mencintai secara tulus meski mereka sangat berbeda, bahkan terlarang oleh hukum alam, ternyata lebih disukai dan populer. 
Sebagai kisah yang diceritakan turun-temurun dari ibu ke anaknya, White Snake Legend memiliki beberapa varian alur cerita, diantaranya :
    Adegan ini adalah favorit kami dari legenda ular putih
  • Xiaoqing menjadi karakter antagonis yang mengkhianati ular putih, hal ini amat bertentangan dengan pakem tradisional bahwa ular putih dan hijau berteman dan saling mempercayai
  • Fahai dipersonifikasikan sebagai tokoh baik, bertentangan dengan pakem ia ebagai tokoh antagonis penuh dendam. Asal-usulnya juga kadangkala dikisahkan berbeda dengan versi awalnya sebagai siluman kura-kura di atas.
  • Bai Suzhen bebas dari Pagoda Leifeng karena kebaikan puteranya, Xu Mengjiao' telah menggerakkan para dewa di surga.
  • Versi yang lebih ekstrim mengisahkan bahwa Bai Suzhen dan Xu Xian sebenarnya adalah 2 orang abadi yang saling jatuh cinta namun Kaisar Langit tak merestui mereka. Mereka kemudian dihukum dengan inkarnasi sebagai manusia dan siluman, dua makhluk yang menurut hukum alam tak mungkin bersatu. Namun ketulusan cinta mereka membuat hal yang tidak mungkin itu menjadi mungkin... so their story begins...  

Soundtrack serial TV versi tayangan 1993 mungkin adalah yang paling terkenal di Indonesia di antara soundtrack film White Snake Legend lain. Berikut liriknya :

Lagu pembuka : 

Chien Nien Teng I Hui

Chien nien teng i hui, teng i hui aa...
Chien nien teng i hui, wo wu hui aa..
     She shei cai erl pien shuo, ai wo yung pu pien
     Ce we ice i ci aaa... tuan chang ye wu yuen
Yi sin sui, fung liu lei
Mung chan mien, ching yu yuen
     Xi hu te shui, wo te lei
     Wo ching yuen he ni hua chuo i thuan huo yen, aaa... aaa... aaa...

Seribu Tahun Menanti
Seribu tahun menanti, menanti...
Seribu tahun menanti, ku tak menyesal...
     Siapa yang membisiki telingaku, berkata cinta padaku selalu tak berubah
     Hanya demi satu kalimat ini, patah hatiku pun tak mengapa
Hujan membuat hatiku berkeping-keping, angin menderaikan air mataku
Impian selalu mengusik tidurku, cinta kian sulit diraih
     Air danau Xi Hu, tetesan air mataku
     Aku rela lebur bersamamu, dalam kobaran api asmara


Lagu penutup:

Xi Hu Mei Ching
Xi hu mei ching, san yue thien nei
Chun i ru ciu, liu ru yen 
     You yuen chien li lai siang hui
     Wu yuen tui mien shou nan chien
     She nien siu te khung chuan tu
     Pai nien siu te kung chen mien
Ruo she cien ya nien ya you cao hua aa..
Pai shou thung sin cai yen chien
Ruo she cien ya nien ya you cao hua
Pai shou thung sin cai yen chien

Danau Xi Hu Indahnya
Indahnya danau Xi Hu, di bulan tiga
Hujan musim semi, daun liu bagaikan asap
     Jika ada jodoh terpisah ribuan li pun bisa bersatu
     Jika tak berjodoh bertemu pun tiada gunanya
     Karena memang karena jodohlah baru kita bisa bersatu satu perahu
     Ratusan tahun hidup bersama dalam suka dan duka
Jika dalam waktu seribu tahun ada reinkarnasi
Jodoh sehati ada di depan mata
Jika dalam waktu seribu tahun ada reinkarnasi
Jodoh sehati ada di depan mata

4 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. capek naik tangga

    ke atas naik lift turun lewat tangga

    BalasHapus
  3. http://taipannnewsss.blogspot.com/2018/02/prilly-latuconsina-tak-mau-umbar.html
    http://taipannnewsss.blogspot.com/2018/02/2050-matahari-akan-alami-pendinginan.html
    http://taipanqqculinary.blogspot.com/2018/02/tersedia-freezer-es-krim-gratis-bagi.html

    QQTAIPAN .ORG | QQTAIPAN .NET | TAIPANQQ .VEGAS
    -KARTU BOLEH BANDING, SERVICE JANGAN TANDING !-
    Jangan Menunda Kemenangan Bermain Anda ! Segera Daftarkan User ID nya & Mainkan Kartu Bagusnya.
    Dengan minimal Deposit hanya Rp 20.000,-
    1 user ID sudah bisa bermain 7 Permainan.
    • BandarQ
    • AduQ
    • Capsa
    • Domino99
    • Poker
    • Bandarpoker.
    • Sakong
    Kami juga akan memudahkan anda untuk pembuatan ID dengan registrasi secara gratis.
    Untuk proses DEPO & WITHDRAW langsung ditangani oleh
    customer service kami yang profesional dan ramah.
    NO SYSTEM ROBOT!!! 100 % PLAYER Vs PLAYER
    Anda Juga Dapat Memainkannya Via Android / IPhone / IPad
    Untuk info lebih jelas silahkan hubungi CS kami-Online 24jam !!
    • WA: +62 813 8217 0873
    • BB : D60E4A61
    • BB : 2B3D83BE
    Come & Join Us!

    BalasHapus