Handicraft Center kok judulnya 'Pondok Dahar Lauk Jogja'? Mmmm... nama memang tidak perlu literally nyambung, kan? Bisa karena kami memang berasal dari Jogja, bisa juga karena memang pusat hobi kami ini dirintis dari rumah makan mungil kami, Pondok Dahar Lauk Jogja (back to 2011)...
However, pusat hobi kami ini berkarya dalam aneka handicraft
Jogja seperti bambu ulir cendani, vas & meja set gerabah Kasongan, vas kayu minimalis, serta rupa-rupa handicraft yang tak mesti berlabel 'Jogja' semisal bunga rangkai aneka jenis, ranting hias, lukisan bunga, pigura 3D, serta buah & pohon topiary artificial.
Pokoknya Jogja and Florist Enthusiast untuk Anda yang berkediaman di Bekasi dan sekitarnya...

Untuk navigasi cepat ke 'KATALOG UPDATE TERAKHIR' kami, klik di sini...

header gambar laukkita

Hot Items

HOT ITEMS :
* Handicraft Bambu Ulir : Bambu Ulir Cendani Aneka Model
* Handicraft Vas Gerabah : Vas Gerabah Aneka Model
* Handicraft Ranting Hias : Ranting Inul Aneka Model

Selasa, 27 Agustus 2013

Wisata Pulau Tidung, Kepulauan Seribu

Pulau Tidung (luas +/- 109 hektar) termasuk pulau terbesar dalam gugusan Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta. Berjarak sekitar 50 km dari Teluk Jakarta (Ancol atau Muara Angke, Jakarta Utara), pulau yang cukup padat untuk ukuran Kepulauan Seribu dengan penduduk sekitar 5000 jiwa (2000 KK) ini merupakan pusat pemerintahan Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan yang membawahi 3 kelurahan yaitu Kelurahan Pulau Tidung, Kelurahan Pulau Pari, dan Kelurahan Pulau Untung Jawa. Kehidupan keseharian warga dan fasilitasnya lengkap, nyaris tak berbeda dengan warga mainland (Pulau Jawa). Listrik dipasok via kabel optik bawah laut dari Tangerang, sementara barang-barang kebutuhan pokok didatangkan via kapal ferry terjadwal 2 kali sehari (jika cuaca baik) dari Muara Angke.
Menurut penduduk pulau ini, nenek moyang mereka adalah pendatang dari berbagai suku, seperti dari Jakarta, Kalimantan dan Bugis yang mulai berdatangan ke sini pada tahun 1920-an. Ketika itu, seorang penjaga pulau didatangkan dari Rawa Belong, Jakarta Barat. Pada tahun 1942 (masa pendudukan Jepang), penduduk Pulau Tidung sempat diungsikan ke Tegal Alur, Jakarta Barat. Setelah Jepang kalah perang pada tahun 1945, penduduk tersebut dapat kembali ke Tidung. Tidung sendiri berasal dari kata 'tidung' yang dalam aksen penduduk setempat masa lalu berarti tempat berlindung dari bajak laut atau perompak.
Menurut Buku Sedjarah Djakarta, Fatahillah sempat menggunakan pulau-pulau di teluk Jakarta (termasuk Tidung) sebagai basis pengaturan strategi ketika hendak menyerbu Portugis di Malaka. 
Melihat peta udara di atas, Pulau Tidung sebenarnya terdiri dari 2 pulau (Tidung Besar dan Tidung Kecil) yang saat ini telah dihubungkan oleh jembatan permanen (konstruksi cor beton) yang disebut Jembatan Cinta. Dulunya terdapat 'jembatan alami' berupa karang-karang dangkal yang menghubungkan keduanya. Namun agar lebih mudah dilalui dan dapat dijadikan landmark pulau, dibangunlah jembatan permanen sepanjang sekitar 500 m di selat kecil ini. Pulau Tidung Kecil tidak berpenghuni menyusul peruntukannya sebagai daerah hijau cagar alam hutan bakau. Walaupun demikian kita tetap bisa mengelilinginya dengan mudah karena pemerintah telah membangun jalan lingkar di sini. Kita pun bisa berkemah di pantai baratnya, namun tetap harus sambil menjaga kelestarian alam. Laut dangkal yang jernih dan tenang di sekeliling pulau ini memiliki karang yang masih hidup. Banyak ikan kecil aneka warna tinggal di sini, menjadikan area ini sebagai ajang snorkeling yang cukup ideal bagi anak-anak yang belum mahir berenang sekali pun. 
Terdapat 2 pilihan untuk pergi ke sini. Kita bisa menumpang kapal cepat dari Marina Ancol (tak sampai 1 jam ke Pulau Tidung) atau via kapal ferry dari Muara Angke (butuh sekitar 2,5 jam ke Pulau Tidung).
Tangga tarif kapal ferry kami tampilkan di sebelah kanan. Tarif kapal cepat sekitar 2 kali lipat kapal ferry. 
Kami ingin mencoba kapal ferry dari Muara Angke. Jadwal ferry dari sini adalah pukul 7 pagi dan 11 siang (jadwal ferry dari Dermaga Tidung pun sama karena ada 2 kapal yang melayani trayek ini, jadi kapal yang berangkat dari Angke pukul 7 pagi akan bertolak dari Tidung pukul 11 siang kembali ke Angke). Jangan sampai telat jika tidak ingin ketinggalan ferry.
Karena baru pertama kali pergi ke daerah Muara Angke, kami berangkat agak cepat yaitu setelah shalat subuh dari Bekasi. Seperti biasanya hari Sabtu, tol lancar jaya sejak pintu Bekasi Barat hingga keluar di Jembatan Tiga. 
Dari sini (Jl. Jembatan Tiga) kita harus putar balik di kolong flyover sebelum Jl. Jembatan Dua untuk menuju utara (arah Emporium Pluit), terus ke Jl. Pluit Putra. Setelah belok kiri di Jl. Pluit Indah Raya (depan Mega Mall Pluit) kami agak bingung karena jalan ditutup (belakangan baru kami ketahui bahwa sedang ada pengerjaan jembatan). Setelah sempat bertanya, kami diarahkan untuk putar balik ke Jl. Pluit Timur Raya, belok kiri di Waduk Pluit, belok kiri lagi di Jl. Pluit Utara Raya sampai menyeberang flyover/sungai, lalu diarahkan ke kiri di Jl. Pluit Karang Cantik hingga mentok Jl. Muara Karang Raya. Dari sini tinggal mengikuti jalan mulai dari belok kanan di pertigaan Jl. Pluit Karang Barat, mengikuti jalan, sampailah kita di gerbang masuk kawasan Muara Angke (sebelah kiri jalan). Dari sini kita harus belok kanan di Jl. Pendaratan Udang, hingga menemui gedung pelabuhan bercat kuning-biru. 
Pada peta di atas, rute perjalanan kami tandai dengan garis warna hitam. Bulatan merah di Pelabuhan Muara Angke adalah lokasi gedung pelabuhan warna kuning-biru yang tampak seperti gambar di bawah (foto kami ambil dari streetview Google Maps). 
Dermaga ferry berada di belakang gedung ini. Namun jika area parkir di gedung ini penuh, kita bisa mencara tempat parkir lain yang berada di ujung jalan (area pelelangan ikan) walaupun sebenarnya kapasitas parkir mobil dan motor di Angke cukup luas. Untuk Anda yang akan menginap di pulau, cukup katakan bahwa mobil Anda akan menginap di area parkir ini pada petugas. Biaya inap mobil di sini adalah Rp. 50.000. Mobil dan motor aman di sini.


Setiba di Pulau Tidung, kami menuju homestay. Di sini memang tidak ada hotel. Homestay dikelola oleh penduduk. Homestay kami berada tak jauh dari Dermaga Tidung, agak ke tengah pulau (kawasan RW 4). Menurut kami homestay tersebut sangat memadai untuk tour 2 hari 1 malam di sini. Cukup luas dengan 2 kamar tidur, satu ruang serbaguna (untuk menonton TV, makan, bahkan bisa juga digunakan sebagai ruang tidur tambahan jika 2 kamar tidur tidak mencukupi karena pemilik homestay juga menyediakan satu kasur tambahan di ruang serbaguna ini), dan 2 kamar mandi. Kedua kamar tidur dilengkapi dengan sebuah AC yang diletakkan di pertengahannya.
 Pintu masuk homestay (kiri); kami memarkir sepeda begitu saja di luar homestay (kanan). Pulau Tidung sangat aman, hampir tak pernah terjadi kemalingan di sini. Kalau dipikir memang mungkin bisa saja seseorang mencuri motor, namun kemudian mau disembunyikan di mana motor itu di pulau sekecil ini? Sepeda adalah alat transportasi utama. Motor memang ada, tetapi mobil tidak ada di pulau ini.





Setelah shalat zhuhur, kami mulai snorkeling. Dari dermaga di sebelah utara pulau kita harus naik perahu kecil dulu ke area snorkeling di sekitar Pulau Tidung Kecil. Laut dangkal (sekitar 1 m) di sini jernih dan memiliki karang hidup di dasarnya. Ombaknya pun tenang (sebelum pukul 4 sore) sehingga anak kecil pun bisa berenang-renang di sini. Namun hati-hati pada karang di dasar, kaki kita bisa terluka jika tak sengaja menendangnya saat berenang.

Setelah puas melakukan snorkeling, perahu bergeser ke daerah Jembatan Cinta, tepatnya Pantai Tanjung Timur. Di sini kita bisa menaiki banana boat, donat boat, mendayung kayak, berperahu karet, atau sekedar bermain air di pantai berpasir putih yang bersih ini. Serta tentunya berfoto-foto di sekitar Jembatan Cinta ternama.
 


Menjelang magrib kami pulang ke homestay. Sempat membeli sandal jepit di sebuah warung karena sandal yang kami bawa dari rumah tidak nyaman digunakan di daerah berpasir, kami berjalan kaki saja dari dermaga utara ke homestay di bagian tengah pulau. Tak sampai 5 menit berjalan santai menyusuri jalan conblock yang tak seberapa lebar namun bersih khas Pulau Tidung, kami sudah tiba di homestay. Nyaman sekali bepergian di sini... hanya dalam hitungan menit berjalan kaki kita sudah tiba di tempat tujuan.

Malam itu kami dan anak-anak merasa lelah sehingga kami memutuskan untuk membatalkan acara barbeque yang sedianya akan kami lakukan.
Esok paginya, setelah shalat subuh, kami menyempatkan bersepeda menuju area Jembatan Cinta untuk melihat sunrise. Jika kita melihat kembali peta udara Pulau Tidung di atas, kami menandai titik A dan B pada peta tersebut. Titik A adalah daerah sekitar dermaga (homestay kami terletak tak jauh dari dermaga) dan titik B adalah daerah Jembatan Cinta. Butuh waktu 15 menit bersepeda santai dari titik A ke B. Dan itu sudah jarak setengah pulau! Kami memarkir sepeda di area parkir sepeda Jembatan Cinta.





Kami terus menyeberang ke Pulau Tidung Kecil. Laut dangkal yang jernih menemani perjalanan santai kami ke Tidung Kecil di kejauhan.


Menjejakkan kaki di Tidung Kecil, kami melihat belasan kemah telah berdiri di sana. Bagi anak-anak muda mungkin berkemah lebih seru dibanding sekedar menginap di homestay yang relatif sama dengan rumah sendiri. 
Well, boleh-boleh saja berkemah di sini, asal tetap ingat untuk selalu menjaga kelestarian alam dan kebersihan pulau. Puluhan gerumbul bakau muda juga terlihat di sepanjang pantai, tanda keberhasilan upaya reklamasi hutan bakau yang gencar dilakukan di sini.

Setelah cukup puas mengeksplorasi daerah Jembatan Cinta saat sunrise, kami kembali ke homestay. Dalam perjalanan pulang ini kami memotret beberapa gedung pemerintahan yang berada di sepanjang jalan utama pulau, seperti Polsek dan Kantor Lurah Pulau Tidung.


 


 Suasana Dermaga Pulau Tidung (kiri); becak motor (betor) yang merupakan hasil modifikasi dari motor sebagai alat angkut utama di pulau ini (kanan)

Secara keseluruhan kami sangat menyukai Pulau Tidung dan potensi wisatanya, masyarakatnya yang ramah, serta upaya menjaga kebersihan pulau yang kami lihat sangat gencar disosialisasikan lewat spanduk-spanduk di seantero pulau. Insyaallah geliat wisata pulau ini terus berkembang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar