Handicraft Center kok judulnya 'Pondok Dahar Lauk Jogja'? Mmmm... nama memang tidak perlu literally nyambung, kan? Bisa karena kami memang berasal dari Jogja, bisa juga karena memang pusat hobi kami ini dirintis dari rumah makan mungil kami, Pondok Dahar Lauk Jogja (back to 2011)...
However, pusat hobi kami ini berkarya dalam aneka handicraft
Jogja seperti bambu ulir cendani, vas & meja set gerabah Kasongan, vas kayu minimalis, serta rupa-rupa handicraft yang tak mesti berlabel 'Jogja' semisal bunga rangkai aneka jenis, ranting hias, lukisan bunga, pigura 3D, serta buah & pohon topiary artificial.
Pokoknya Jogja and Florist Enthusiast untuk Anda yang berkediaman di Bekasi dan sekitarnya...

Untuk navigasi cepat ke 'KATALOG UPDATE TERAKHIR' kami, klik di sini...

header gambar laukkita

Hot Items

HOT ITEMS :
* Handicraft Bambu Ulir : Bambu Ulir Cendani Aneka Model
* Handicraft Vas Gerabah : Vas Gerabah Aneka Model
* Handicraft Ranting Hias : Ranting Inul Aneka Model

Senin, 08 April 2013

Jalan-Jalan ke Anyer : Hotel Patra Anyer (A Trip to Anyer Beach : Anyer Patra Hotel)

Barisan pantai milik Provinsi Banten, tepatnya di pesisir barat Pulau Jawa, mulai dari Pulo Rida (Merak), Anyer, Carita, hingga kawasan Tanjung Lesung, telah sejak lama menjadi destinasi favorit kami dan keluarga. Bahkan sejak belum menikah, kami telah beberapa kali mengadakan Family Gathering bersama rekan-rekan satu perusahaan ke kawasan ini. Kini ketiga putera-puteri kami pun senang berkunjung ke sini. Salah satu kunjungan kami ke Anyer adalah ke pantai Hotel Patra Anyer.  
Sebelumnya kami belum pernah menginap di hotel ini, kami hanya melihat deretan cottage Patra Anyer saja setiap kali melintas. Well, sebagai deretan pantai yang terletak paling utara, Anyer memang akan selalu dilintasi manakala kita hendak bepergian dari Jakarta (via tol Jakarta-Merak) ke Carita, Tanjung Lesung, atau bahkan Ujung Kulon. Kami hanya melakukan browsing saja via internet. Kesan dari foto-foto yang dipasang di web, hotel ini cukup bagus. Kemudian kami melakukan booking via travel langganan. Lumayan, rate-nya lebih murah ketimbang booking via website, ataupun langsung ke resepsionis hotel ini.
papan nama hotel
Dari Bekasi kami mengambil rute Tol Dalam Kota hingga exit Cilegon Timur, lanjut ke Jl. Raya Anyer.
Dari pasar Anyer, lokasi Hotel Patra sudah tidak terlalu jauh. Terdapat papan nama hotel yang amat jelas terlihat di pinggir jalan, pokoknya jangan takut kesasar deh.

Hotel Patra Anyer adalah hotel lama. Dari arah Jakarta, lokasi hotel utama (terdapat resepsionis, cottage, restoran, dan pantai) berada di sisi kanan jalan, tepat di bibir pantai. Sementara di sisi kiri jalan, terdapat beberapa fasilitas seperti kolam renang, lapangan tenis, futsal, dan ruang rapat.
Saat itu baru sekitar pukul 11 siang sebenarnya ketika kami tiba di resepsionis. Meski aturan check in pada pukul 12, kami diperbolehkan langsung masuk ke kamar ketika itu. Ya sudah, kami pun langsung mengambil kunci kamar, lalu beristirahat sejenak. Kunci cottage di sini masih berupa kunci fisik model lama, belum model kartu seperti umumnya hotel saat ini.
kolam renang hotel

Satu bangunan cottage di sini dibagi menjadi dua bagian kanan-kiri, masing-masing untuk tamu yang berbeda. Masing-masing memiliki garasi sendiri untuk 1 mobil. Jalan masuk ke tiap cottage lebar dan nyaman. 
Cottage di sini memiliki jendela besar menghadap laut. View-nya bagus, tetapi memang fisik hotel yang sudah lama tak bisa ditutupi. Di sana-sini terdapat bagian dari kamar hotel yang sudah tak sempurna/rusak. 
Yang kami rasakan paling menyulitkan adalah pintu geser besar ke arah serambi luar/pantai yang susah sekali dibuka kuncinya. Namun secara umum masih OK-lah untuk acara menginap sehari di mana kita justru lebih sering berada di pantai ketimbang di dalam kamar. 
pemandangan pantai dari jendela atau serambi cottage

Cottage di sini memiliki serambi di luar kamar yang menuju arah pantai. Kita bisa duduk-duduk di kursi yang disediakan di serambi ini sambil menikmati angin pantai. Atau kalau mau lebih terkesan alami lagi, bawa saja kursi tersebut ke bawah pohon kelapa di pantai. Leyeh-leyeh di sini dijamin membuat rileks.
Kami memilih berjalan kaki ke luar hotel menuju sebuah restoran tepat di seberang jalan untuk makan siang. Jalan Raya Anyer memang menawarkan fasilitas yang lengkap bagi para pengunjung. 
Banyak restoran, masjid, atau Alfamart-Indomaret di sepanjang jalan. Tinggal pilih yang sesuai selera saja.

 Jalan masuk di bagian depan cottage (kiri); car port di tiap cottage (kanan)

Setelah selesai makan siang, anak-anak segera menuju pantai. Ketika itu nyaris belum ada tamu yang sudah check in. Kami termasuk yang datang awal. Akibatnya, pantai siang itu masih terlihat kosong. Hotel Patra terletak di penggal Pantai Bandulu, Anyer, yang terkenal sebagai bagian pantai berpasir halus di pesisir barat pulau Jawa ini. Pantai Bandulu juga termasuk yang paling dekat dari arah Jakarta. Perlu diperhatikan bahwa tak semua penggal pantai di Anyer-Carita-hingga Tanjung Lesung bertekstur pasir halus yang nyaman untuk bermain air. Sebagiannya berupa pantai berbatu atau bahkan berkarang/cadas. Anda semestinya memastikan dulu kondisi/tekstur pantainya sebelum berwisata ke daerah ini.
 Anak-anak dan suami bermain layangan (kiri) sementara kami bersantai saja di atas pasir sambil menikmati kelapa muda (kanan) yang dijual oleh pedagang yang banyak berlalu lalang di sini. Masyarakat lokal yang menjadi pedagang di sepanjang barisan pantai Anyer memang ada plus-minusnya. Plusnya karena kita tidak perlu repot jauh-jauh mencari jajanan/barang yang mungkin kita butuhkan. Sementara minusnya tentu karena mengurangi provasi. Selain pedagang layangan dan kelapa muda, ada juga pedagang cangkang kerang. Cangkang kerang itu sudah dilubangi untuk dirangkai dengan tali menjadi tirai berhiaskan cangkang-cangkang kerang. Namun sampai sekarang kami belum juga sempat merangkainya menjadi tirai di rumah (keluh).

 Sepanjang siang hingga sunset kami mengeksplorasi pantai Patra. Pada foto sebelah kiri tampak restoran Patra Anyer yang berada di atas gundukan karang, agak menjorok ke laut. Meski dari pedagang yang banyak melintasi pantai ini kami mendapatkan informasi bahwa pantai Patra ini cukup aman untuk lokasi mandi-mandi, tetapi konturnya yang agak menurun ke laut membuat suami kami melarang anak-anak untuk nyebur di sini. Khawatir jika kontur pantai di bawah permukaan lautnya pun sama curamnya. Untuk mandi-mandi, suami kami mengajak kami ke pantai di sebelah kanan restoran Patra Anyer. Pantai ini mungkin milik pengelola lain, tapi karena sebenarnya seluruh pantai di Anyer saling terhubung, kita bisa saja bertandang ke pantai-pantai lain.
 
Sunset di Anyer terlihat indah karena matahari benar-benar terbenam ke dalam laut di horizon barat. Beberapa saat setelah sunset pun anak-anak masih betah berada di bibir pantai. Baru setelah agak gelap, kami masuk ke kamar untuk mandi dan shalat.
Malam harinya kami bermobil menyusuri jalan Raya Anyer yang ramai pada malam Ahad ketika itu ke selatan, terus ke arah Carita, hanya untuk melihat-lihat saja. Setelah agak jauh kami pun berputar balik, lalu mencari tempat untuk makan malam di salah satu rumah makan di sepanjang jalan Raya Anyer. Ketika kembali ke kamar, malam sudah cukup larut.  Gerimis kemudian turun.

Esok harinya, Ahad pagi, kami sudah bangun dan lagi-lagi langsung menuju pantai. Cuaca cerah, alhamdulillah. Kali ini kami langsung mandi-mandi di pantai sebelah kanan Patra yang kami lihat kemarin sore. Pantai di sini sangat landai. Pasir putihnya lembut, tak banyak pecahan karang di sini. Hempasan ombak pun tidak terlalu kencang. Cukup aman bagi anak-anak bermain air di sini.
Di tepi pantai kami jumpai banyak yang menyewakan surfing board dan ban pelampung. Kami menyewa 3 keping surfing board, total Rp. 45.000 saja, yang karena masih pagi bisa ditawar menjadi Rp. 30.000, hehehe. Tidak ada batasan waktu sewa, alias sepuasnya. Sembari bermain air, datang pula sebuah banana boat. Tarifnya Rp. 200.000 untuk 3 kali putaran. Karena kami membawa anak kecil, banana boat kami tidak dibelokkan dengan tiba-tiba hingga penumpangnya nyebur ke laut. Jika yang sedang naik banana boat sudah dewasa/remaja, hampir bisa dipastikan sopir speed boat-nya akan mengepotkan perahu agar seluruh penumpang banana boat tercebur. Mas-mas yang menyewakannya pun full toleransi : jika tidak membawa uang saat itu, mereka bisa menunggu sampai kita kembali ke kamar untuk mengambil uang.



Kami menghabiskan pagi itu bermain di pantai. Saking asyiknya sampai terlewat jam sarapan di restoran hotel. Tak apa lah, yang penting anak-anak happy.
Sekitar pukul 10 lewat kami mulai beres-beres, bersiap pulang. Anak-anak mandi, lalu kembali bermain layangan di dekat kamar. Kami sempat memborong kaos Anyer yang dijajakan seorang ibu yang menggelar dagangannya di luar kamar kami.


Menjelang pukul 12, kami pun check out dan pulang ke Bekasi. Perjalanan ke arah tol cukup lancar. Kami masuk di pintu Cilegon Barat, dan hanya berhenti satu kali untuk makan siang di rest area yang ada di tol. Setelah itu tancap terus sampai rumah di Bekasi...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar