Handicraft Center kok judulnya 'Pondok Dahar Lauk Jogja'? Mmmm... nama memang tidak perlu literally nyambung, kan? Bisa karena kami memang berasal dari Jogja, bisa juga karena memang pusat hobi kami ini dirintis dari rumah makan mungil kami, Pondok Dahar Lauk Jogja (back to 2011)...
However, pusat hobi kami ini berkarya dalam aneka handicraft
Jogja seperti bambu ulir cendani, vas & meja set gerabah Kasongan, vas kayu minimalis, serta rupa-rupa handicraft yang tak mesti berlabel 'Jogja' semisal bunga rangkai aneka jenis, ranting hias, lukisan bunga, pigura 3D, serta buah & pohon topiary artificial.
Pokoknya Jogja and Florist Enthusiast untuk Anda yang berkediaman di Bekasi dan sekitarnya...

Untuk navigasi cepat ke 'KATALOG UPDATE TERAKHIR' kami, klik di sini...

header gambar laukkita

Hot Items

HOT ITEMS :
* Handicraft Bambu Ulir : Bambu Ulir Cendani Aneka Model
* Handicraft Vas Gerabah : Vas Gerabah Aneka Model
* Handicraft Ranting Hias : Ranting Inul Aneka Model

Kamis, 29 Agustus 2013

Berkunjung ke Hengdian World Studios, Jinhua, Zhejiang

Hengdian World Studios (横店影视城) adalah sebuah lokasi studio film di daerah Hengdian, Dongyang, kota Jinhua, Provinsi Zhejiang. Studio film ini dikelola oleh Grup Hengdian yang dimiliki oleh Xu Wenrong. Studio film terbesar di Asia (luas area total mencapai 330 hektar, dengan luas bangunan sekitar 500ribu m2) yang mulai dibangun pada awal 1990-an ini seringkali disebut pula 'Chinawood', sebagai pemisalan dengan Holywood dan Bolywood. Studio ini memiliki 13 shooting base, dan telah mencatatkan beberapa rekor seperti Patung Budha Indoor terbesar di China, Studio indoor terbesar, dan jumlah syuting film dan sinetron terbanyak pada tahun 2005.

Kami berkesempatan mengunjungi studio film terbesar di Asia ini pada tahun 2012 lalu. Ketika itu kami telah menyelesaikan urusan bisnis di kota Yongkang, dan akan menuju bandara di kota Yiwu (Yongkang tidak memiliki bandara). Perjalanan dari Yongkang ke Yiwu akan melalui Jinhua. Di sinilah kami memutuskan untuk sejenak mampir ke kawasan Dongyang, lokasi di mana studio film Hengdian berada.
Dalam perjalanan darat dari Yongkang ke Dongyang, rekan China kami membelikan bonggol teratai. Menurutnya biji teratai dapat dimakan. Hmmm... kami belum pernah mencoba sebelumnya, tapi why not... akhirnya kami pun sibuk mencicipi biji teratai ini selama perjalanan. Rasanya agak hambar, tapi worth trying lah... Foto biji teratai di bawah.

Lokasi Hengdian World Studios benar-benar tak diduga... out of no where agak ke pedalaman... tak disangka ada studio film berskala internasional di mana Jackie Chan dan Jet Li pernah beradu peran dalam film The Forbidden Kingdom (2008) berada di daerah seperti ini.
Gerbang masuk area Hengdian Studio kawasan Hongkong & Guangzhou Street berbentuk rumah tradisional China, dengan tembok papan nama berukuran besar di samping kanannya.
Saat kami masuk ke sana pada sekitar pukul 12 siang waktu setempat, tampak tidak terlalu banyak pengunjung yang datang. Hanya tampak beberapa grup wisatawan, selain beberapa yang datang sendiri-sendiri. Menurut rekan China kami, pada hari libur akan tampak antrian panjang di gerbang masuk ini.
Di dalam dapat kita jumpai mobil-mobil dan sepeda wisata yang dapat disewa untuk berkeliling area studio. 
Tergantung kita sih : dengan mobil atau sepeda untuk berkeliling mengingat area studio film ini yang luar biasa luasnya, atau mau santai berjalan kaki saja menyusuri gang-gang relatif sempit lokasi syuting film yang tak dapat dimasuki oleh mobil atau sepeda tadi. Satu hal yang pasti adalah jangan lupa membawa bekal minuman dingin yang cukup, karena pada siang hari bolong sangat terik di sini.



 Jalan masuk yang asri dan akses pertama ke lokasi syuting berupa gang kecil khas jalanan kota China jaman dulu

Di dalam gang kecil itu ternyata sedang ada syuting sebuah film. Tampaknya film bergenre masa pendudukan Jepang di China. Kami pun berhenti sejenak untuk menyaksikan proses syuting, sampai syuting kemudian break sejenak, kami pun kembali berjalan. Tampak para aktor dan aktris duduk-duduk beristirahat di sepanjang selasar bangunan.


Lepas dari gang kecil bak labirin itu (banyak sekali lorong di kanan-kiri gang yang saling bersambung... kalau nyasar di sini sendirian susah juga karena kita tidak bisa bertanya ke orang lain yang umumnya hanya bicara bahasa mandarin), kami masuk ke suasana dekor jalan raya Hongkong jadul. Asyik sekali tampaknya melakukan syuting film di sini karena tersedia nyaris tak terhingga latar belakang untuk menguatkan jalan cerita. Tampak pula melintas rombongan wisatawan bertopi merah seragam.


 Sepasang muda-mudi tampak melakukan sesi pemotretan pre-wedding bernuansa klasik dengan properti mobil kuno dan boks telepon umum ala jadul yang tersedia di sini

Bergeser ke sebelah kanan jalan raya Hongkong jaman dulu ini, kami tiba di sebuah danau berukuran cukup besar. Di tepian danau ini tampak replika kapal bajak laut dan benteng militer. Rekan China kami menjelaskan bahwa di sini adalah lokasi Pirate Show yang mendebarkan dengan efek api, ledakan, dan laser... seperti pertunjukan di Panggung Maxima Dufan... tapi di sini berlangsung di sebuah danau buatan, bukan di panggung.


Setelah mampir sejenak ke sebuah kios minuman di tepi danau (panas bangeut cyin...), kami lanjut menyusuri jalan yang diatapi anyaman daun artificial (lumayan, jadi tidak terlalu gerah) di tepian danau menuju ke sebuah gedung pertunjukan bergaya kolonial berbentuk bundar, the Elizabeth Stage 'Splendid'. Bagian belakang gedung bundar ini tampak seperti rumah panggung di atas danau. Masih sempat pula kami memotret sebuah becak rickshaw yang sedang digunakan untuk syuting di pinggir jalan.




Ketika jam pertunjukan akan dimulai, tampak antrian masuk sudah mengular. Saat kami masuk ke dalam tampak gedung sudah penuh, kami mengambil tempat di baris belakang. Pertunjukannya menarik dan beragam. Mulai pertunjukan tari, pantomim, humor slapstick ala Charlie Chaplin, sampai tari perut! Seluruhnya dibawakan oleh aktor dan aktris China.

Puas mengeksplorasi kawasan Hongkong & Guangzhou Street ini, kami bergerak ke luar kawasan dan menuju kawasan berikutnya, yaitu kawasan Summer Palace (Ming & Qing Dynasti Palace). Kawasan ini merupakan replika istana kaisar China jaman kerajaan, di mana secara umum istana kaisar terletak di tengah kompleks yang dikelilingi oleh benteng yang kokoh. Istana para selir berada di sisi kanan-kiri dan belakang istana kaisar.
Memerlukan waktu sekitar 10 menit berjalan kaki dari kawasan Hongkong & Guangzhou Street ke kawasan Summer Palace ini. Jalanannya lebar, mulus, dan sepi. Tapi kami yakin pada hari libur jalanan ini ramai oleh pengunjung. Dari kejauhan sudah terlihat benteng berwarna merah sebagai pembatas kawasan. Kami mencari pintu gerbang utama untuk masuk ke dalam. Well, di China mereka memang tidak tanggung-tanggung dalam membangun kawasan studio film raksasa ini... semua serba besar, kokoh, dan kolosal!

Setelah melewati pintu gerbang pada benteng, di dalam kami menjumpai mobil dan sepeda wisata yang berbeda desain dibandingkan yang ada di kawasan sebelumnya. Berbeda dengan kawasan Hongkong & Guangzhou Street yang cukup rindang oleh pepohonan dan memiliki gang-gang sempit seperti labirin layaknya keadaan kota Hongkong & Guangzhou jaman dulu, kawasan istana kaisar ini berupa lapangan luas dengan hanya sedikit pepohonan di dekat bangunan. Kawasan ini memang dibuat semirip mungkin dengan kondisi sebenarnya istana kaisar China jaman dulu. So... kalau di kawasan sebelumnya saja yang relatif rindang sudah terasa panas, hmm... jangan tanya panasnya di sini pada siang menjelang sore seperti saat kami berkunjung ke sana. 
Berjalan menuju istana kaisar melalui jalan beratapkan anyaman daun artificial seperti saat kami menuju gedung Elizabeth Stage 'Splendid' membelah lapangan luas, kami harus melewati gerbang pada benteng kedua sebelum memasuki lapangan dalam (halaman istana kaisar).




Peta kawasan Ming-Qing Dynasti Palace
Di dalam istana-istana tersebut terdapat banyak fasilitas bagi wisatawan mulai dari kantin jajan, replika patung Budha, hingga penyewaan pakaian kebesaran kerajaan China bagi yang ingin berfoto. Toilet cukup banyak tersedia. Tapi tentunya tidak ada mushola di sini. Kami sengaja sudah shalat zhuhur dan ashar (jama' qashar) saat makan siang di restoran yang banyak tersebar di dekat pintu masuk Hengdian Studio sebelum masuk ke kawasan Hongkong & Guangzhou Street. 
Restoran di China umumnya luas dan lega. Tiap restoran rasanya cukup untuk menampung ratusan pengunjung yang senang menghabiskan waktu makan cukup lama di dalamnya. Mereka umumnya masih akan terus ngobrol meski sudah selesai makan. Kami biasa shalat setelah makan di dekat meja. Wudhu bisa dilakukan di toilet, lalu tinggal menggelar sajadah saja untuk shalat. Karena restoran di sini biasanya luas, maka kita bisa cukup leluasa memilih tempat yang agak jauh dari pengunjung lain dan tidak terlalu ramai. Rekan China kami yang sudah paham kewajiban shalat ini justru yang biasanya sibuk memilihkan tempat dan turut menjaga agar orang lain tidak terlalu mendekati kami saat kami sedang shalat. 
Paling nyaman tentunya jika restoran tersebut menyediakan ruang-ruang untuk satu kelompok tamu makan di dalamnya. Di sini kita memiliki privasi lebih untuk shalat atau ngobrol. Tapi tentunya harus berkelompok minimal empat orang. Jika restoran sedang tidak terlalu ramai, kurang dari empat orang pun boleh menggunakan ruangan seperti ini.

Untuk keluar dari komplek replika istana kaisar ini, pengunjung diarahkan melalui bagian dapur yang berisi foto-foto dan replika makanan yang biasa disajikan pada keluarga kerajaan jaman dulu. Replika makanan yang dipajang itu tampak sangat realistis... jadi laper cyinn...


Kami pun akhirnya keluar dari kawasan replika istana kaisar ini. Dalam perjalanan menuju arah keluar benteng, kami sempat melihat antrian lagi... maka kami pun menghampiri. Ternyata itu adalah antrian untuk menyaksikan Movie Simulation Show. Konsep pertunjukannya sebenarnya cukup sederhana menurut kami, sayangnya kami lupa mendokumentasikan fotonya karena terlalu asyik menyaksikan pertunjukan, selain karena memang ruangannya gelap sehingga mengambil foto pun sepertinya akan kurang bagus hasilnya.
Jadi konsepnya adalah mengajak para pengunjung untuk memahami teknik pembuatan film animasi, sekaligus berinteraksi dan terlibat dalam film itu sendiri. Panggungnya berwarna serba hijau, dengan layar besar di bagian atas. MC akan memanggil seorang pengunjung naik ke atas panggung. Lalu pengunjung yang beruntung ini akan beraksi seolah aktor/aktris film. Misalnya, ia disuruh tiduran di atas meja hijau sambil mengenakan jubah ala superman dan bergaya seperti sedang terbang. Sebuah kamera akan mengambil gambarnya, dan menayangkannya pada layar besar di atas panggung. Namun, gambar yang ditayangkan adalah gambar hasil edit/animasinya... jadi pengunjung tadi akan tampak seolah sedang terbang di atas replika istana kaisar. Sayapnya tampak berkibar-kibar karena ada kru panggung berpakaian serba hijau yang mengibas-ngibaskan sayap tersebut. 
Suasana di dalam bus ke Yiwu
Pengunjung lain akan berperan berbeda... contohnya ketika itu pengunjung berikutnya yang dipanggil ke panggung disuruh berakting berlari. Ternyata animasi yang tampil di layar adalah seolah ia berlari mati-matian di dasar laut sambil dikejar seekor hiu ganas! Pokoknya lucu dan seru!

Tak terasa waktu terus bergulir hingga sore. Kami harus mengakhiri kunjungan yang menyenangkan ke Hengdian World Studio ini karena mesti meneruskan perjalanan ke Yiwu. Kami menaiki bus ke terminal Dongyang di halte terdekat. Dari situ baru kami meneruskan perjalanan dengan bus reguler ke kota Yiwu. Busnya cukup nyaman. Jalan raya yang lebar, mulus, dan tidak macet pun sangat menyenangkan. Hanya memerlukan waktu sekitar 45 menit kami telah tiba di terminal bus Yiwu yang ramai. Dari sini kami menumpang taksi ke hotel yang terletak tidak begitu jauh dari terminal bus.
Rekan China kami mengucapkan salam perpisahan setelah kami check in di hotel, ia akan kembali ke Yongkang. Esok paginya pun kami sudah akan terbang ke Guangzhou, untuk kemudian melanjutkan perjalanan dengan flight sore, pulang ke Jakarta. 
Selama di Yiwu, karena sudah tidak ada rekan China lagi, kami harus berani nekat berkomunikasi dengan bahasa mandarin yang 'sangat mengkhawatirkan' ketika mencari makan malam, mencari suvenir, dan naik taksi dari hotel ke bandara Yiwu yang relatif kecil dan tidak terlalu rama seperti foto di samping kiri. Alhamdulillah sekaligus mencengangkan bahwa ternyata mereka mengerti apa yang kami ucapkan, padahal kami sendiri nggak pe-de! Well, lebih banyak bahasa tarzan-nya sih... tunjuk sana tunjuk sini sambil mengucapkan 'wo yao shi... wo yao shi... duoshao qian?' (saya mau ini... saya mau ini... berapa harganya?), hehehe...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar