Sejak mem-posting artikel mengenai lapisan keramik Doublepan Vienta yang kami gunakan di dapur Pondok Dahar Lauk Jogja, ada saja rekan yang iseng bertanya tentang lapisan keramik, atau setidaknya secara umum mengenai keramik : "Mbak, keramik itu sebenarnya apa sih?"
Ugh... mungkin karena kami dulu pernah mengambil pendidikan kimia, ya, sehingga rekan-rekan tersebut bertanya tentang hal berbau kimia begini kepada kami.
Well, despite latar belakang pendidikan kimia, kami rasa informasi mengenai hal ini memang bermanfaat bagi banyak orang sehingga akhirnya kami mem-posting-nya juga di blog ini.
Keramik berasal dari kata dalam bahasa Yunani keramikos yang berarti 'benda yang telah dibakar'. Kata ini secara lugas mengindikasikan proses pembuatan keramik melalui pemanasan hingga temperatur tinggi yang biasa disebut firing.
Bagi masyarakat awam, istilah keramik akan segera diasosiasikan dengan piring atau peralatan makan, gerabah, aksesoris porselen, atau benda-benda rumah tangga sejenisnya. 'Keramik' jenis ini tidaklah digolongkan ke dalam kategori 'bahan keramik teknik' (engineering ceramics). Kebanyakan benda-benda 'keramik non teknik' ini dibuat dari tanah liat (clay). Tanah liat adalah bahan campuran anorganik yang sangat kompleks, yang molekul-molekuk penyusunnya disatukan oleh ikatan van der Waals (gaya tarik elektrostatik antara atom-atom netral atau molekul-molekuk yang saling berdekatan) yang relatif lemah.
Dalam dunia teknik/rekayasa, 'keramik' yang dimaksud adalah 'bahan keramik teknik'. Di sini, bahan keramik disusun oleh molekul-molekul yang tersusun atas atom-atom logam dan non logam, yang disatukan oleh ikatan atom, ion, atau kovalen yang amat kuat. Salah satu contoh 'bahan keramik teknik' adalah lapisan keramik Doublepan Vienta yang kami gunakan. Jadi kategori engineering ceramics memang amat berbeda secara kimiawi dengan kategori keramik pertama ('keramik non teknik').
Bagi masyarakat awam, istilah keramik akan segera diasosiasikan dengan piring atau peralatan makan, gerabah, aksesoris porselen, atau benda-benda rumah tangga sejenisnya. 'Keramik' jenis ini tidaklah digolongkan ke dalam kategori 'bahan keramik teknik' (engineering ceramics). Kebanyakan benda-benda 'keramik non teknik' ini dibuat dari tanah liat (clay). Tanah liat adalah bahan campuran anorganik yang sangat kompleks, yang molekul-molekuk penyusunnya disatukan oleh ikatan van der Waals (gaya tarik elektrostatik antara atom-atom netral atau molekul-molekuk yang saling berdekatan) yang relatif lemah.
Dalam dunia teknik/rekayasa, 'keramik' yang dimaksud adalah 'bahan keramik teknik'. Di sini, bahan keramik disusun oleh molekul-molekul yang tersusun atas atom-atom logam dan non logam, yang disatukan oleh ikatan atom, ion, atau kovalen yang amat kuat. Salah satu contoh 'bahan keramik teknik' adalah lapisan keramik Doublepan Vienta yang kami gunakan. Jadi kategori engineering ceramics memang amat berbeda secara kimiawi dengan kategori keramik pertama ('keramik non teknik').
Dewasa ini setidaknya dikenal 8 jenis material engineering ceramics utama yang jika diurutkan berdasarkan kekuatan menahan beban lentur/tekuk tertinggi hingga terendah adalah : titanium karbida (TiC), aluminium oksida (Al2O3), berilium okida (BeO), silikon karbida (SiC), magnesium oksida (MgO), spinel (MgAl2O4), silikat, dan kaca.
Lho, kaca? Demikian mungkin pertanyaan yang melintas di benak Anda. Ya, kaca pun sebenarnya merupakan material keramik mengingat proses pembuatannya yang tetap konsisten dengan pengertian keramikos di atas : pasir silikat yang dipanaskan menjadi material transparan yang kita kenal sebagai kaca. Bahkan kaca adalah bahan keramik yang dewasa ini paling luas digunakan oleh manusia.
Ditinjau dari sifat kristalnya, keramik dibagi menjadi 2 golongan besar yaitu keramik kristalin dan nonkristalin.
Kaca adalah contoh keramik nonkristalin yang terbentuk dari silikat dengan campuran oksida-oksida lain seperti kalsium oksida (CaO, biasa disebut lime), natrium oksida (Na2O, biasa disebut soda), kalium oksida (K2O), atau aluminium oksida. Campuran oksida-oksida ini menentukan sifat dan warna produk kaca yang disusunnya.
Dalam penggunaan sehari-hari, sifat mekanik yang paling menguntungkan dari material keramik adalah kekerasannya. Bahkan kenyatannya, material-material paling keras yang hingga saat ini dikenal manusia adalah keramik : intan (C/karbon), boron karbida (B4C), silikon karbida, tungsten karbida (WC), aluminium oksida, dan quartz (SiO2). Bahan-bahan ini biasa digunakan sebagai material abrasif seperti batu gerinda atau amplas.
Sifat unggulan lain dari keramik adalah kestabilannya terhadap lingkungan (dalam artian tidak bereaksi/terkorosi). Hal ini jauh berbeda dengan logam pada umumnya (misalnya besi) yang amat reaktif dalam arti terkorosi oleh adanya elektrolit di sekitarnya membentuk oksida besi (Fe2O3 atau Fe3O4). Well, hal ini disebabkan keramik dari sononya memang sudah ada dalam bentuk senyawa yang sudah 'terkorosi' (dalam arti telah teroksidasi menjadi oksida, seperti aluminium oksida atau magnesium oksida). Cukup jelas kiranya bahwa karena sudah ada dalam bentuk oksida atau karbida, material keramik sudah tidak lagi mengalamai reaksi lebih lanjut dengan lingkungan. Keramik sangat inert (tidak reaktif), tidak menyerap atau dilarutkan oleh cairan pelarut, serta tahan panas.
Hal-hal ini menyebabkan keramik sangat sesuai untuk digunakan sebagai pelapis alat masak yang dalam penggunannya tak bisa lepas dari pemanasan, bahan-bahan kimia seperti asam atau cuka, serta benturan/goresan spatula masak atau pisau.
Semoga bermanfaat dan keep visiting our blog...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar