Handicraft Center kok judulnya 'Pondok Dahar Lauk Jogja'? Mmmm... nama memang tidak perlu literally nyambung, kan? Bisa karena kami memang berasal dari Jogja, bisa juga karena memang pusat hobi kami ini dirintis dari rumah makan mungil kami, Pondok Dahar Lauk Jogja (back to 2011)...
However, pusat hobi kami ini berkarya dalam aneka handicraft
Jogja seperti bambu ulir cendani, vas & meja set gerabah Kasongan, vas kayu minimalis, serta rupa-rupa handicraft yang tak mesti berlabel 'Jogja' semisal bunga rangkai aneka jenis, ranting hias, lukisan bunga, pigura 3D, serta buah & pohon topiary artificial.
Pokoknya Jogja and Florist Enthusiast untuk Anda yang berkediaman di Bekasi dan sekitarnya...

Untuk navigasi cepat ke 'KATALOG UPDATE TERAKHIR' kami, klik di sini...

header gambar laukkita

Hot Items

HOT ITEMS :
* Handicraft Bambu Ulir : Bambu Ulir Cendani Aneka Model
* Handicraft Vas Gerabah : Vas Gerabah Aneka Model
* Handicraft Ranting Hias : Ranting Inul Aneka Model

Jumat, 23 Maret 2018

Makan Siang di Jejamuran dan Dinner di Secret Garden, Jogjakarta

Memasuki Kota Jogjakarta dari arah utara selepas Muntilan (sebelumnya kami berkunjung ke Punthuk Setumbu, Magelang), hujan lebat masih mengguyur bumi.
Jika kita belok kiri pada traffic light dari Jl. Jogja-Magelang ke arah Jl. Pandowoharjo (pada plang penunjuk jalan tertera arah ke Turi/Kaliurang), sekitar 700m di sebelah kiri jalan kita akan menemukan sebuah restoran berjuluk Jejamuran. 
Sesuai dengan namanya, menu-menu di restoran ini hampir selurhnya berbahan dasar jamur. Tapi walaupun bahan dasarnya sama, cita rasa menu olahan jamur ini sangat beraneka. Jamur ternyata dapat diolah hingga memiliki cita rasa layaknya daging ayam, daging sapi, telur, dan banyak rasa lainnya. Tidak mengherankan kiranya karena meski terkategori tumbuhan, namun tekstur jamur memang cukup mirip dengan bahan pangan hewani.
Jejamuran memiliki area parkir yang amat luas di sebelah kanan jalan, tepat di seberang bangunan utama foto di bawah). Karena saat kami tiba di sini sedang hujan lebat, maka mobil bisa masuk ke bangunan restoran untuk menrunkan penumpang, lalu pindah ke area parkir di sebelah kanan jalan. Staf Jejamuran sudah menyediakan payung ukuran besar bagi pengemudi mobil, sehingga kita tidak perlu membawa payung sendiri yang beresiko tertinggal.


Pintu masuk ke bangunan utama restoran (atas).


Di dalam, tepat setelah melewati pintu masuk menuju area makan, kami melihat live performance bergenre pop yang terdengar cukup profesional (foto di sebalah kanan). Memang terdapat gong besar di sebelah kanan panggung, tapi tentunya tidak digunakan ketika itu...
Dan tepat di hadapan panggung grup band itu tampak ruangan resto - atau yang kami pikir lebih tepat di sebut hall besar - .berkapasitas puluhan meja makan. 
Dan siang itu meski cuaca sedang tidak begitu bagus, pengunjung yang datang untuk bersantap siang di Jejamuran ternyata nyaris memenuhi seluruh hall yang tersedia seperti terlihat pada foto di bawah.
Alhamdulillah kami masih mendapatkan meja di baris paling ujung belakang... jadi tidak perlu menunggu dulu hingga ada meja yang kosong.


Di sebelah ruang restoran terdapat void yang cukup luas. Area terbuka ini ditempati oleh beberapa kolam ikan koi berukuran besar. 
Tampak pada foto di sebelah kiri bahwa titik-titik hujan masih menetes deras di atas permukaan kolam. Puluhan - atau mungkin ratusan - ikan aneka warna berukuran sedang hingga cukup besar di dalamnya terlihat sehat dan terawat.
Di samping kolam koi tadi, pihak manajemen Jejamuran menyediakan kolam berbentuk 'L' yang lebih kecil. Kolam ini berisi ikan untuk terapi kami. Tampaknya desain 'L' ini memang disengaja agar terdapat area yang cukup panjang untuk duduk para pengunjung di sepanjang kolam tersebut (foto di sebelah kanan bawah).

Ikan-ikan terapi berwarna kelabu kehitaman di sini berukuran dari kecil hingga yang paling besar sekitar seukuran tiga per empat telapak tangan orang dewasa. 
Kami terus terang baru kami itu mencoba terapi ikan. Rasanya ternyata geliiii sekali di kulit kaki. Ikan-ikan itu segera mengerubungi kaki kita dan mulai mematuki kulit. Mungkin mereka memakan kulit-kulit kaki kita yang sudah mati atau mengering. Tapi ya itu... bagi kami proses mematuki kaki ini terasa geli, sementara kami melihat beberapa pengunjung lain santai saja membiarkan kakinya dikerubuti puluhan ikan terapi bermenit-menit tanpa terlihat kegelian. Dan semakin besar ikan terapinya, semakin kuat pula patukannya.
Pengunjung tidak dipungut biaya untuk menjajal fasilitas ini. Bagusnya lagi meski sedang hujan cukup deras, bagian tempat duduk pengunjung di sekeliling kolam terapi tidak basah karena desain atapnya sangat memadai.

Tiba saatnya memesan makanan! Kami memotret 2 halaman buku menu Jejamuran seperti di bawah. Semua menu makanan terbuat dari jamur, meski terlihat sama sekali tidak mirip jamur lagi. Harga makanan di sini tergolong tidak mahal. Siapkan budget Rp. 50ribu-an lah kira-kira per orangnya... 




Bagusnya lagi pelayanan staf resto tergolong cepat. Meski tamu sedang penuh, kita tak perlu menunggu lama untuk menerima pesanan. Mungkin juga karena jumlah staf resto Jejamuran yang berseragam batik ini tergolong amat sangat buanyaaak sekali...
Kami melihat beberapa kelompok staf resto pulang siang menjelang sore itu, sementara kelompok yang lain baru datang. 
Jejamuran pastinya sampai perlu memberlakukan sistem shift bagi para staf-nya. Bagus juga kalau begitu, karena artinya jualan resto ini laris manis dan diterima oleh pengunjung.
Sembari bersantap, kami ketika itu menambah beberapa pesanan makanan lagi. Kita tinggal bilang saja pada staf resto, mereka akan mencatat nomor meja kita sehingga pesanan kita tidak akan salah. Menu tambahan tadi akan langsung ditambahkan ke order awal. Kita membayar sekaligus semuanya setelah selesai makan.

Urusan menunaikan kewajiban shalat juga jangan ditinggalkan lho Mas Bro & Mbak Sis... Jejamuran memiliki sebuah mushalla berukuran besar yang sangat bersih dan nyaman seperti foto di sebelah kiri.
Tempat shalat laki-laki terpisah dari perempuan untuk menghindari ikhtilaf. In sya Allah bisa khusuk shalat kita di mushalla ini...
Fasilitas toilet umum juga tersedia dalam jumlah sangat memadai di sini. Selain jumlahnya cukup, toilet di Jejamuran juga tampak bersih dan terawat.
Kami bersantap di resto ini hingga menjelang waktu ashar. Tidak perlu buru-buru, nikmati saja suasana dan hidangan Jejamuran yang tergolong unik ini. Soal rasa kami nilai menu makanan di sini tidak hanya terlihat menarik, tetapi juga lezat di lidah. Recommended deh untuk sesekali dikunjungi bagi Anda yang sedang melakukan acara travelling ke Jogja.

Beres urusan santap siang dan membayar bill, kami melihat spot yang cukup menarik tepat di samping kanan meja kasir. Masih konsisten dengan tema serba jamur, beberapa properti sepeda ontel dan becak yang tradisional bangeut ini tampak membawa bakul berisi jamur hidup (seperti terlihat pada foto-foto di samping kanan-kiri dan bawah).
Di belakang sepeda dan becak tadi terdapat bungkusan plastik panjang yang digantung, dengan puluhan jamur hidup menyembul dari lubang-lubang kecil yang dibuat di sepanjang sisi plastik tersebut.
Ooo, rupanya beginilah cara membudidayakan jamur. Plastik tadi ternyata berisi media tumbuh dan benih jamur. Jika kantung plastiknya kita lubangi, dan lubang tersebut disiram, atas ijin Allah maka akan tumbuhlah benih jamur yang sudah dimasukkan ke dalam media tumbuh itu. Benih jamur yang tumbuh kemudian mencari jalan ke luar lewat lubang pada plastik tersebut.
Anak-anak kami tampak antusias berfoto dengan properti tadi, bahkan lengkap dengan topi caping yang juga tersedia di sini. Hmmm, tambah unik saja rasanya...


Melangkah ke luar resto, kami sarankan untuk singgah sejenak di counter suvenir yang ada di dekat pintu keluar/masuk (foto di samping kanan). Namanya saja Jejamuran, maka suvenirnya ya jelas jamur lah... Namanya 'mushroom kit'.
Suvenir jamur di sini sudah dikemas dalam bentuk bungkusan plastik seperti yang kami jelaskan di atas.
Masing-masing bungkusan plastik sudah bertuliskan jenis benih jamur yang ada di dalamnya. Kita bisa memilih sesuai selera.

Meski namanya counter suvenir, kami nilai dekorasi dan tata letak properti di sini sebenarnya didesain dengan serius sehingga bisa menghasilkan foto yang instagrammable, lho... Jadi tidak hanya melulu didesain fungsional sebagaimana biasanya toko.

Display pada counter suvenir ini menunjukkan dengan jelas bagaimana bentuk dan warna jamur yang sudah tumbuh sempurnya (foto di bawah).

Ketika itu petugas security wanita Jejamuran yang melayani kami di counter suvenir. Kami tidak tahu pasti apakah memang tidak ada staf khusus yang ditempatkan di sini. Yang jelas penjelasan dari security tadi cukup detil dan informatif.
Satu kantung plastik berisi benih jamur di sini dijual seharga Rp. 10ribu. Puteri kami mengambil 1 kantung mushroom kit berisi benih jamur tiram putih. Tapi lalu atas berkat 'rayuan maut' dari Mba security yang baik tadi, maka akhirnya kami membeli 2 kantung.
Tadinya puteri kami hendak membeli jamur tiram pink sebagai kit kedua. Qadarullah ketika itu stock tiram pink habis, sehingga akhirnya kedua kit yang kami bawa pulang adalah jamur tiram putih.
Dan setelah tiba kembali di rumah kami menyesal juga kenapa cuma membeli 2, karena sebenarnya harganya tidak mahal, dan pengalaman melihat tumbuh-kembang jamur itu jauh lebih bernilai daripada harga belinya itu sendiri...

Singkat cerita, setelah pulang ke Bekasi, kami segera mempraktikkan cara budi daya jamur yang dikatakan Mba security Jejamuran. Foto-foto di bawah menjelaskan tahapan prosesnya. Dimulai dari melubangi plastik pembungkus mushroom kit dengan cara disilang 'X' dengan pisau. Kemudian siram, atau lebih tepatnya basahi area 'X' tadi dengan semprotan air (mirip seperti semprotan saat kita membersihkan kaca). Jadi jangan terlalu berlebihan juga airnya... Lalu tempatkan mushroom kit di tempat yang tidak terkena cahaya matahari langsung.
Setelah beberapa hari, qadarullah kami melihat benih jamur tiram putih kami mulai tumbuh, banyak tunas jamur menembus plastik ke arah luar. Tadinya kecil, kemudian tunas-tunas itu membesar.

Setelah sekitar 3 hari maka ukuran jamur tirem kita sudah maksimal, dan jamur siap dipanen. Tinggal potong saja pangkal gerumbul jamur itu (foto kiri bawah).
Setelah itu mushroom kit jangan langsung dibuang. Kita buat lagi sayatan 'X' di tempat lain di kantung plastik kit, lalu lakukan proses yang sama hingga tumbuh gerumbul kedua. Total dari 1 kantung kami dapati 3 kali tumbuh gerumbul jamur, meski pun pada gerumbul ketiga jumlahnya sudah jauh berkurang. pada foto di kanan bawah terlihat hanya tumbuh 2 tunas besar pada panen ketiga.

Setelah itu walaupun kami masih menunggu, tidak ada lagi gerumbul ke-4. Mungkin benih jamurnya memang sudah habis. Media tanam yang tadinya memenuhi bungkus plastik, setelah gerumbul ke-3 tampak sudah kempot dan jauh berkurang. Mungkin sebagian materi dari media tanam tersebut sudah terkonversi menjadi daging jamur.
Ingatlah untuk segera memanen jamur setelah ukurannya maksimal agar jamur tidak lantas layu dan justru tak bisa dikonsumsi.
Jamur tiram yang kami panen akhirnya kami masak menjadi sayur jamur seperti foto di sebelah kiri... laziss...


Secret Garden Coffee and Chocolate berlokasi tak jauh dari Jl. Malioboro, Jogjakarta. Tepatnya di Jl. Amri Yahya No. 2, Pakuncen, Wirobrajan. Ancer-ancernya, dari Km 0 Jogjakarta (perempatan Jl. Margo Mulyo dan Jl. Panembahan Senopati), berjalanlah ke arah barat, melewati RS PKU Muhammadiyah, terus hingga pertigaan Pasar Serangan. Di pertigaan ini belok kanan ke Jl. Amri Yahya. 
Jalan Amri Yahya ini agak kecil, tapi jangan ragu, terus saja berkendara di sini. Hanya 100m kita sudah tiba di resto ini yang ada di sebelah kanan jalan. Jarak dari Km 0 ke Secret Garden menurut google maps adalah 1,3km. Hanya butuh 5 menit dengan mobil jika tidak macet.
Lagi-lagi seperti siang harinya di Jejamuran yang hujan deras, malam itu pun hujan. Alhamdulillah pertengahan Desember 2017 ketika itu bukanlah peak season liburan di Jogja sehingga kota ini cukup lengang, apalagi malam itu hujan. Kami bertiga saja ke sini, thanks to rekomendasi media sosial yang sukses membuat kami penasaran...

Parkiran Secret Garden cukup luas, dan tidak penuh ketika itu. Staf resto membawakan payung besar untuk kami dari parkiran mobil hingga ke dalam. Tapi ya namanya juga malam hari, harap maklum ya jika foto-fotonya agak gelap meski berkilauan akibat pantulan objek yang basah sisa hujan termasuk gazebo bergaya klasik di tengah taman pada foto di atas...

Jika cuaca cerah sebenarnya kami ingin mencoba area taman yang terbuka seperti pada foto di sebelah kanan. 
Area outdoor ini sebenarnya sudah diatur sedemikian rupa sehingga terkesan layaknya kebun jadul di negara londo, lengkap dengan lampu-lampu yang ditata dengan menarik.
Tetapi karena tidak memungkinkan mengingat semuanya basah, maka kami duduk di dalam. Bangunan dan dekorasi resto ini tampak didesain bergaya Victoria, terkesan shabby : anggun dan lembut. Senada sih dengan menunya yang ng-Eropa, meski menu Indonesia pun tersedia juga lho di sini...
Menu unggulan Secret Garden tampaknya adalah cocktail, pasta carbonara, dan lasagna. Menu-menu western di sini dijual di kisaran Rp, 24ribu hingga 30ribu-an per porsi. Tidak terlalu berat lah di kantong.
Selain itu hidangan utama serba ayam juga cukup banyak, dengan rentang harga Rp. 30ribu - 49ribu per porsi. Kami mendapati nama-nama seperti chicken maryland hingga rice with beef black pepper sebagai pilihan main course-nya. 

Kemudian ada juga 4 pilihan steak dalam kisaran harga Rp.30ribu-an per porsi. Lalu di sisi menu makanan lokal kami jumpai pilihan menu nasi goreng, mie goreng/rebus, dan ayam lalapan di kisaran harga Rp. 20ribu-an per porsi. Sop buntut @ Rp. 40ribu-an. Terakhir ada juga iga bakar @ Rp. 60ribu-an.


Minuman yang kami pilih malam itu adalah milkshake, juice strawberry, dan thai tea. Di sini es teh manis masih bisa ditebus hanya Rp. 6ribu per gelasnya.
Sebenarnya untuk Anda yang ingin makan besar, ada pilihan menu barbeque-an seharga Rp. 55ribu per orang all you can eat yang lumayan lengkap juga lho di sini. Secara umum sih harga-harga makanan dan minuman Secret Garden cukup terjangkau.


Mushalla tentunya disediakan oleh manajemen Secret Garden. Kondisinya bersih dan cukup besar, meski memang tak bisa dibandingkan dengan mushalla di Jejamuran yang double satisfying menurut kami...

Kami terus terang sukaaaa sekali dengan konsep shabby dan dekorasi cute yang homy di resto ini. Dan manajemen Secret Garden tampak konsisten menerapkannya di seluruh bagian area mereka.
Unique selling point resto ini selain dekorasi serba vintage yang kami tangkap adalah 'hidangan larut malam' yang terkadang memang dibutuhkan oleh sebagian tamu/wisatawan yang berkunjung ke Jogjakarta. Jam operasional Secret Garden adalah 17.00 - 24.00, atau 16.00 - 23.00 pada bulan Ramadhan 
Hal ini mengingat pada umumnya restoran di kota gudeg tidak buka hingga terlalu larut, kecuali mungkin beberapa resto di Jogja utara yang belakangan memang kian menggeliat menyusul meningkatnya sektor pariwisata Daerah Istimewa ini... 


Selain konsep hidangan larut malam, kami mendapati pula beberapa pilihan menu vegetarian pada daftar hidangan Secret Garden. Cukup menarik dan out of the box sih. Ramah anak juga kami tangkap sebagai fitur utama resto ini. Terbukti dari cukup beragamnya pilihan menu yang cukup sesuai, dan fasilitas ramah anak yang mendukung.
Bagi para pelajar dan mahasiswa juga sepertinya Secret Garden cukup sering memberikan promo/diskon. Hmmm... menarik!
Sedikit masukan adalah sebaiknya meja-meja indoor dijadikan kawasan bebas asap rokok bagi tamu. Para penikmat kretek rasanya masih bisa cukup bebas merokok di area kebun.
Anda yang ingin menghubungi pihak manajemen resto bisa melakukan kontak via facebook, twitter, atau instagram Secret Garden, atau via telepon di (0274)512252.

Secara keseluruhan kami memperoleh kesan yang positif dari resto bergaya shabby ini. Lain kali in sya Allah kami ingin berkunjung kembali kemari, tapi kalau bisa jangan malam hari lagi agar bisa mendapatkan suasana yang berbeda...

Selasa, 20 Maret 2018

Jalan-Jalan ke Resort Prima, Anyer

Acara rihlah pengajian RT awal 2018 ini kami habiskan di Anyer, tepatnya Resort Prima. Tempat ini berlokasi di Pasauran, Anyer ujung... sudah hampir masuk ke kawasan Carita.
Peta perjalanan kami dari rumah di Bekasi ke Resort Prima Anyer mengikuti peta di bawah. Jarak total menurut google maps adalah 172 km sekali jalan.
Rincian biaya tol (sekali jalan) sbb. :
* Bekasi - Cawang = Rp. 4500
* Cawang - Tomang = Rp. 9500
* Tomang - Cikupa = Rp. 7000
* Cikupa - Cilegon Timur = Rp. 34.000
Total = Rp. 55.000.
Pastikan saldo e-toll card cukup agar tidak kelabakan mencari tempat isi ulang di tengah jalan, ya...
Sedangkan biaya BBM bisa diperkirakan sendiri dari mileage mobil masing-masing, berapa liter BBM dibutuhkan untuk menempuh jarak 172 km tersebut. Jika mileage-nya 12 km/L, berarti sekali jalan butuh 14,3 liter.
Pada bagian bawah peta juga tercantum rencana kegiatan dan catatan lain dari rihlah kami tersebut, mungkin bisa berguna juga sebagai referensi bagi Anda...
Meski kami sudah memberi tanda berhenti di Rest Area km 68, tetapi kenyataannya pada hari keberangkatan kami sudah berhenti di Rest Area km 43 karena sudah ada yang harus segera ke kamar kecil. Ini gawat darurat soalnya!


Yah, sama sajalah... berhenti di km 43 atau 68 tidak masalah. Sebenarnya Rest Area km 68 lebih besar dan lengkap. Tetapi Rest Area km 43 pun sudah amat memadai. Kami terus terang sangat menyukai desain kubah masjid km 43 yang unik seperti foto di samping kanan.
Masjid ini cukup besar. Sangat nyaman untuk shalat duha sembari beristirahat sejenak.
Kamar kecil tersedia di masjid maupun di toko-toko yang cukup banyak berada di seputaran tempat istirahat ini.
Kami juga sempat menambah angin ban mobil... siapa tahu ada pula yang membutuhkan tambahan angin atau bahkan menambal ban dulu sebelum melanjutkan perjalanan.
Selepas km 43 rombongan kami yang total terdiri dari 7 mobil lanjut melaju di jalan tol hingga keluar di exit Cilegon Timur, lalu menuju Jl. Raya Anyer via Jl. Lingkar Selatan Cilegon yang kondisinya sudah jauh lebih baik/mulus dibandingkan saat kami melintas di jalan ini 4 tahun silam.
Qadarullah cuaca cerah sejak kami berangkat dari Bekasi berubah drastis menjadi berawan pekat bahkan kemudian turun hujan lebat ketika kami melintas di sekitar setengah jalan Lingkar Selatan ini. Dengan cepat tercipta genangan air setinggi hingga setengah ban di beberapa bagian jalan yang rendah, terutama di sekitar jembatan. Tampaknya drainase jalan ini akan lebih baik jika terus diperbaiki ke depannya. Banjir terdalam kami temui di ujung jalan Lingkar Selatan, menjelang pertigaan dengan Jl. Raya Anyer. Di sini terjadi antrian yang cukup panjang, namun alhamdulillah ketinggian air segini masih bisa ditembus.

Bambu Ulir rangkai dengan vas kayu 45cm aneka model, detil klik di sini...

Suasana perjalanan sempat terus muram selama beberapa lama. Kami tak henti berdoa semoga cuaca kembali cerah agar acara yang kebanyakannya outdoor dapat berlangsung dengan lancar. Alhamdulillah selepas Resort Patra Anyer, mentari kembali bersinar ceria di langit pagi itu.
Tepat seperti yang kami rencanakan, sekitar pukul 10 kami sudah tiba di Resort Prima Anyer. Lokasi dari Jl. Raya Anyer akan tampak seperti foto di bawah.

Resort Prima memiliki 2 kavling, yaitu (jika kita datang dari arah Jakarta/Cilegon) di sebelah kanan jalan (sisi pantai) seperti foto di atas, dan kavling tambahan di sisi kiri jalan (sisi tanpa pantai). Kamar standar yang kami tempati ketika itu berada di sisi kiri jalan, sementara kamar deluxe, family, dan suite berada di sisi kanan jalan.

Karena ketika itu kami membutuhkan total 10 kamar alias cukup banyak, maka kami melakukan reservasi langsung ke hotel (0254-650440) sejak sekitar 3 pekan sebelum hari kedatangan. Kami menghindari melakukan booking dadakan yang beresiko kehabisan kamar.
Uang tanda jadi kami transfer dulu sebesar Rp. 2juta. Sisanya dilunasi di hotel saat kami check out.
Sebagai pertimbangan Anda, booking online kamar standar Sabtu-Ahad dengan sarapan untuk 2 pax adalah Rp. 475rb. Kami pribadi saat itu memiliki 2 atau 3 voucher diskon, via booking online dengan voucher bisa turun ke Rp. 400rb-an (bisa cover 2 atau 3 kamar). Tapi untuk kasus kami yang butuh 10 kamar, kebanyakan kamar akan tetap pada rate Rp. 475rb. Jika datang langsung ke hotel, rate-nya adalah Rp. 500rb. Ketika itu, setelah kontak langsung dengan Resort Prima, pihak hotel memberi kami rate setara via booking online dengan voucher. Anda bisa memilih cara booking mana yang paling tepat dengan kebutuhan...
Fasilitas lain yang diberikan pihak manajemen hotel adalah pemanfaatan area publik di seputaran kamar karena kami pun memberitahukan bahwa kami akan mengadakan acara/gathering selama berada di Resort Prima. 
Lokasi kamar standar yang mengumpul pun kami nilai lebih sesuai dengan kebutuhan kami saat itu karena seluruh area seolah menjadi privat bagi kami. Bagaimana tidak, karena kami menyewa 10 dari total 12 kamar standar yang tersedia. Ketika itu kami diijinkan untuk menggunakan saung dan fasilitas umum di seputaran kolam renang untuk menggelar acara rihlah.
Staf hotel kami nilai sangat akomodatif dan ramah dalam merespon kebutuhan pelanggan. Mereka juga pro-aktif ketika menawarkan solusi.
Setiba di lokasi, kami mask dulu ke area sebelah kanan jalan, karena kantor hotel memang berada di sini, tepatnya di dalam restoran (foto sebelah kanan).
Saat itu qadarullah seluruh kamar sudah siap untuk kami tempati, sehingga meski pun belum pukul 1 siang kami sudah bisa masuk ke kamar masing-masing keluarga.
Suasana area kavling sisi kiri jalan ditunjukkan oleh foto di bawah. Di sini terdapat 3 bangunan villa, yang masing-masing memiliki 4 buah kamar standar. 2 kamar menghadap ke depan (kolam renang), sementara 2 lainnya terdapat di sayap kiri dan kanan dari bangunan. Kamar di sayap-sayap bangunan mungkin tidak memiliki view sebaik kamar di muka, tetapi kamar di sayap ini lebih tenang dan privasinya kami nilai lebih bagus. Sebagian kamar memiliki single bed, sementara sebagian lagi double bed. Tinggal disesuaikan saja dengan kebutuhan kita...

Fofo di samping kiri menunjukkan desain villa dengan lebih detil. Tampak area parkir mobil berada di sisi kiri-kanan bangunan. Meski terketak di pinggir pantai, tetapi suasana area ini terkesan adem karena banyaknya pohon hijau.
Bangunan Resort Prima Anyer memang sudah tidak baru lagi. Tetapi dari apa yang kami amati, pihak pengelola tampak sudah berupaya keras untuk mempertahankan kondisi bangunan yang meski tidak baru tetapi masih terkesan bersih dan terawat. Memang di beberapa spot di seputaran bangunan terlihat kesan menua atau telah direnovasi secara sektoral, namun secara keseluruhan tidak mengganggu. Kenyamanan tamu seharusnya masih tetap terjaga. 

Bagian dalam kamar standar adalah seperti foto di bawah. Keluarga kami ketika itu memilih kamar dengan double bed. Kebersihan ruangan cukup baik. Furnitur terkesan old, namun fungsional dan bersih. TV masih jenis tabung/CRT jadul, dan channel-nya pun hanya beberapa yang gambarnya bagus. Tetapi menurut kami masih dalam batas toleransi karena kami jarang menyalakan TV selama di sana.
Kamar mandi terkesan terawat dengan nuansa hijau-putih. Shower air hangat lancar. Resort Prima menyediakan 2 handuk besar, pasta gigi, sabun, dan tisu toilet sebagai perlengkapan standar. Cukup memadai.


Kunci kamar masih mengandalkan anak kunci fisik seperti foto di sebelah kiri. Fungsional tentunya.
Setiap kamar dilengkapi gantungan baju untuk menjemur pakaian renang yang basah. Hal ini tentunya sangat bermanfaat bagi tamu mengingat semua tamu hampir pasti mengagendakan aktivitas bermain air di pantai, atau setidaknya di kolam renang.
Satu lagi yang kami sukai dari desain kamar standar ini adalah adanya teras yang dilengkapi dengan 2 buah kursi untuk duduk-duduk di luar. Teduhnya suasana area ini sekali lagi tercermin dari cukup rimbunnya pepohonan di sekitar bangunan (foto sebelah kanan) yang mendukung acara duduk-duduk di teras luar ini.
Tampak meski matahari bersinar terik dan langit biru sempurna, namun beraktivitas di luar kamar tetap nyaman karenanya.

Kedua kavling Resort Prima (sisi kiri maupun kanan jalan) masing-masing memiliki kolam renang sendiri. Kolam renang pada area kamar standar (sisi kiri jalan) berbentuk L (ditunjukkan oleh foto di sebelah kiri bawah) dan berukuran lebih kecil dari pada kolam pada kavling sisi kanan jalan. Mungkin karena total jumlah kamar (jumlah tamu) pada kanvling sebelah kanan jalan pun lebih banyak.
Begitu pun, ukuran kolam renang tampaknya tak menjadi masalah bagi anak-anak yang tanpa menunggu waktu lagi segera nyebur begitu kami selesai check in. Kolam renang di sini memiliki bagian terdalam sekitar 1,5m (atau mungkin lebih), namun bagian kolam dangkal untuk anak sebenarnya cukup luas. Jangan biarkan anak-anak bermain air sendiri tanpa pengawasan.
Tampak pada foto di sebelah kiri bahwa anak-anak bermain dengan pelampung. Anak kami memang membawa pelampung penguin kesayangannya dari rumah, tetapi yang lain tidak.
Ternyata Resort Prima sangat terbuka bagi pedagang keliling dan penyedia jasa sewa pelampung. Mereka tahu-tahu sudah berkumpul di sekitar kolam renang. Ada plus-minusnya sih. Bagi kami tidak masalah, bahkan kehadiran mereka cukup membantu. Namun mungkin bagi tamu lain yang menginginkan privasi lebih, keberadaan mereka bisa jadi mengganggu.
Begitu pun karena sepanjang pengetahuan kami mereka menawarkan barang dagangan atau jasanya dengan sopan dan tidak memaksa, maka kami menilai positif-positif saja.

Satu hal yang juga patut diperhatikan bagi Anda yang mungkin bepergian berkelompok dan akan menggelar acara makan bersama di tempat wisata adalah bagaimana menyimpan makanan dengan aman dan bersih agar tidak perlu terus-menerus ditutup rapat hingga berubah rasa, tetapi juga tidak dihinggapi lalat, disemuti, atau bahkan digondol kucing.
Sekali lagi tenda anak kami bertugas... Seperti pada foto di sebelah kanan, kami mendirikan tenda di sisi kolam renang yang cukup teduh. Makanan matang dan buah bisa kami simpan di dalam tenda dengan aman. Makanan pun tidak akan berubah rasa karena tenda seperti ini memiliki ventilasi udara yang cukup memadai.
Anda boleh coba...

Kita bisa bebas berpindah lokasi ke kavling Resort Prima sebelah kanan jalan untuk bermain di pantai. Sementara anak-anak masih bermain di kolam renang, kami sendirian saja menuju ke pantai. Hanya 2-3 menit jalan kaki dari lokasi kavling sisi kiri jalan, karena kedua kavling ini memang saling berseberangan.
Berbeda dengan desain bangunan villa kami yang dibuat satu lantai, villa di tepi pantai ini umumnya berupa bangunan mandiri 2 lantai. Satu kamar berada di bawah dan kamar lainnya  di atasnya (foto di sebelah kiri).
Pantai di Resort Prima tidak terlampau lebar, dan sepertinya agak curam. Ombak di sini cukup kencang. Wajar kiranya pihak manajemen menempelkan cukup banyak peringatan agar kita berhati-hati dan tidak berenang terlalu ke tengah seperti foto di sebelah kanan. Namun ada satu bagian pantai yang cukup terlindung karang sehingga ombaknya lebih tenang dan aman untuk dipakai berenang. Jadi kita bisa bermain air di bagian ini. Nanti kami akan bahas di bawah.

Pertama kali mendekati pantai kami agak heran dengan bunyi berisik dari arah laut. 'Klotak-klotak-klotak', begitu kira-kira... layaknya suara batu-batu yang saling bergesekan. Lho, tapi di pantai kan adanya pasir? Dari mana datangnya suara itu?
Dan.... jreng!!! Pertanyaan tadi terjawab manakala kami benar-benar sudah berada di bibir pantai dan mendapati pemandangan seperti foto di atas. Mana pasirnya? Yang kami dapati adalah tumpukan batu kali menggunung hingga ke tepian tanggul resort! Sangat berbeda dengan foto-foto resort di website yang memperlihatkan pantai berpasir.
Ternyata oh ternyata, dari penjelasan staf hotel kami pahami bahwa kawasan pantai Anyer di mana Resort Prima berada memang memiliki musim pasir dan batu. Pada siklus batu (seperti awal Februari saat kami ke sana), Allah menetapkan bahwa arus laut membawa bebatuan dari dasar laut ke pantai. Jadi batu-batu itu datang secara alamiah. Kemungkinan bebatuan itu berasal dari lava beku Krakatau yang memang terlihat cukup jelas dari Resort Prima. Lalu pada saatnya kemudian, batu-batu itu akan hilang lagi terseret arus hingga menampakkan pantai berpasir.... Subhanallah.

Karena ketika itu sudah menjelang zuhur, kami tak berlama-lama berada di tepi pantai. Dalam perjalanan kembali ke kamar, kami sempat melihat fasilitas lapangan voli (foto di bawah) yang bisa digunakan untuk outbound atau aktivitas outdoor lain bagi para tamu. Cocok juga untuk acara family gathering. Hotel juga terlihat sudah menyediakan bakiak untuk lomba... Lapangan ini berada di ujung selatan area hotel.

Kembali ke kamar, kami shalat dulu di kamar masing-masing. Tadinya kami merencanakan shalat berjamaah, tetapi karena ternyata di kavling sisi kiri jalan ini tidak terdapat aula yang cukup besar yang dapat digunakan untuk shalat berjamaah, dan juga karena anggota rombongan kami ada yang sedang beraktivitas sendiri, maka diputuskan kali itu shalat sendiri di kamar. Hal ini juga karena qadarullah kami sudah bisa masuk ke kamar jauh sebelum waktu zuhur, sementara normalnya kita baru bisa masuk pada pukul 1 siang.
Manajemen hotel sebenarnya sudah menawarkan tempat shalat berjamaah, tetapi tersedianya memang justru di sisi tepi pantai sehingga agak repot bagi kami untuk menggunakannya.
Setelah itu makan siang bersama (foto sebelah kanan atas). Kami menempati area seputaran kolam renang yang cukup teduh untuk lesehan sambil makan bersama... itadakimasu!!!
Tampak pula pada foto di sebelah kiri abang penjual bakso, petai, durian, ikan asin, hingga pernak-pernik suvenir Anyer berdatangan silih berganti.
Lumayan juga sih, karena ternyata ada saja di antara rombongan kami yang menambah menu makan siang bersama ini dengan semangkuk bakso atau mengunyah petai...
Harganya standar kok, tidak nggetok. Bahkan kita masih bisa menawar...  
Setelah selesai makan siang bersama, makanan yang masih ada dimasukkan semua ke tenda alias lemari makanan darurat kami saat itu. Kami pun beristirahat sejenak...

Selepas waktu ashar, kami pergi ke area pantai. Pandangan pantai ke arah utara tampak pada foto di bawah. Villa-villa 2 lantai di sini terlihat masih sepi, mungkin para tamu belum tiba di area resort.

Sedangkan pandangan ke arah selatan pantai seperti foto di bawah. Tampak sedikit bagian pantai berbentuk tanjung kecil yang tidak tertutupi batu yang kami sebutkan tadi cukup aman untuk dipakai berenang. Sedikit sulit melangkah di atas tumpukan bebatuan ini ketika itu.

Tak lama kami berada di pesisir, tukang banana boat sudah terlihat sibuk menyiapkan peralatannya (foto di bawah). Kami memang merencanakan bermain banana boat di sini. Harganya adalah Rp. 30ribu per orang per sekali naik. Standar saja sih... Di sini biasanya kita naik dulu, tukang banana boat akan menghitungkan berapa orang yang naik. Setelah selesai maka kita baru membayar. 

Perahu penarik banana boat pun tampak sudah siap action (foto sebelah kiri). Tertambat di tepi pantai, speed boat ini bergerak naik-turun mengikuti debur ombak.
Tanjung kecil berpasir yang kami sebutkan cukup aman untuk anak-anak bermain air ini sebagiannya sebenarnya bukanlah kawasan Resort Prima, melainkan pantai publik. Di pantai publik ini terdapat beberapa fasilitas dasar seperti saung untuk duduk-duduk. Namun selain itu kondisinya masih alami, alias tidak terlalu terkelola. Kita bisa melintasi tanjung kecil tersebut terus ke sisi selatan. Dari sisi selatan kita dapat melihat bentangan pantai yang ketika itu juga berbatu seperti di Resort Prima (foto di bawah). Debur ombak di sini cukup kencang. Kita bisa berhenti di tepi Jl. Raya Anyer untuk menikmati bentang pantai ini, walaupun sepertinya tak banyak yang bisa dilihat kecuali hempasan ombak.
Agak jauh ke selatan kami bisa melihat kubah Masjid Al Munawwaroh (ditunjuk dengan panah hijau). Masjid ini cukup besar, terletak tepat di sisi kanan Jl. Raya Anyer. Para pelintas bisa shalat di sini dengan nyaman. Di seberang masjid terdapat fasilitas toko swalayan.

Sedikit lagi di selatan masjid, ditunjuk oleh panah ungu pada foto di atas adalah lokasi Pelelangan Ikan Pasauran 'Umbul Tanjung'. Nelayan setempat biasa menjual ikan hasil tangkapan mereka di sini. Harga tentunya lebih murah dari pada di pasar, dan kualitasnya baik karena ikan masih sangat segar.
Tetapi waktunya memang biasanya hanya malam hari, atau tergantung kapan para nelayan kembali dari tengah laut.

Tanjung kecil berpasir ini aman bagi anak-anak (foto di sebelah kanan). Terkepung oleh gunungan bebatuan, bagian tanjung kecil ini yang masih nyaman dipakai bermain air kami taksir hanya sepanjang 10 m saja. Sangat terbatas memang. Pada musim pasir seharusnya area bermain air akan lebih luas. 
Pasir di sini tidak berwarna putih, tetapi teksturnya lembut dan bebas dari karang. 
Begitu pun, kami ketika itu harus tetap ekstra waspada karena walaupun tidak banyak, tetap saja ada bebatuan yang menggelinding ke tanjung kecil ini. Lumayan nyeri juga tentunya kalau tidak sengaja menginjak batu. 

Sementara sebagian bermain air, sekelompok demi sekelompok anggota rombongan kami menaiki banana boat (foto di bawah). Ada yang minta diceburkan ke air, ada juga kelompok yang tidak. Tinggal pilih saja... 


Selesai bermain air, keluarga kami membasuh diri dengan air bersih dulu, kemudian nyebur ke kolam renang di sisi kavling tepi pantai ini. Seperti pada foto di sebelah kiri, tampak bahwa kolam renang di sini lebih besar daripada yang ada di dekat kamar kami. 
Harap maklum jika banyak pasir laut ada di dalam kolam, karena walaupun sudah berusaha berbasuh sebelum masuk ke sini, tetap saja ada pasir yang terbawa.
Kolam di sini juga memiliki bagian dangkal untuk anak, serta bagian yang lebih dalam untuk orang dewasa. Selain itu kami juga melihat fasilitas batang kelapa membujur di atas kolam, cocok untuk bermain gebuk-gebukan dengan guling....

Pemandangan jelang sore hari dari kolam renang ini ke arah laut lepas kami nilai dua jempol tinggi-tinggi (foto di bawah). Pada foto tersebut, di sisi kiri kolam renang walaupun tidak terlihat di gambar terdapat restoran Resort Prima. Menarik juga karena berarti view dari restoran saat kita sarapan pagi adalah kolam renang sekaligus laut lepas...


Main air sudah, banana boat sudah, dan berenang di kolam renang pun juga sudah. Aktivitas sore itu cukup lah kiranya bagi kami.
Dari kolam renang kami berjalan lagi ke arah tanjung kecil untuk mengumpulkan anggota rombongan yang sebagian masih betah rupanya bermain air laut di sana.
Speed boat tampak telah rapi tertambat kembali di tepi pantai yang cukup jelas mulai surut airnya. Ombak pun terlihat tidak sekencang sebelumnya. Rupanya selain kami, sore itu tidak ada lagi tamu hotel lain yang hendak bermain banana boat.
Matahari kian condong ke barat, harap-harap cemas kami berdoa agar sunset sore itu indah, mengingat dalam beberapa kesempatan sebelumnya di lokasi pantai, qadarullah kami kurang beruntung dalam mendapatkan sunset yang menarik.

Berjalan kaki saja dari tepi pantai ke lokasi kamar, cahaya mentari sore terlihat kian kuning keemasan, jatuh menimpa pohon-pohon kelapa di sekitar kolam renang (foto di sebelah kanan). Harapan akan anugrah sunset yang indah sore itu kian kencang...
Kami mandi dan berganti pakaian, lalu berkumpul lagi di luar kamar karena memang kami masih akan pergi ke tepi pantai lagi untuk melihat mentari terbenam. 
Alhamdulillah, akhirnya sore itu qadarullah kami memperoleh pemandangan sunset yang luar biasa. Dimulai sejak berjalan santai kembali ke tepi pantai, langit terlihat sangat cerah melatarbelakangi matahari yang pelan tapi pasti terus bergerak ke ufuk barat seperti pada foto di bawah.
Tak ada kabut ataupun awah rendah yang berpotensi menghalangi pemandangan kemerahan mentari saat tenggelam di horizon...

Di sebelah kanan titik tenggelamnya matahari kami dapat melihat dengan jelas siluet Krakatau menjulang di tengah laut. 
Jika menyimak peta, posisi Resort Prima Anyer memang kurang lebih berada tepat di sebelah barat gugusan pulau Krakatau. Bila ditarik garis lurus, jarak dari resort ke Pulau Krakatau adalah sekitar 40 km.
Bunga Balon Udara aneka model, detil klik di sini...
Gugusan kepulauan Krakatau sendiri saat ini terdiri dari beberapa pulau kecil. Yang terbesar adalah Pulau Krakatau yang berada di ujung selatan gugusan.
Terbesar kedua adalah Pulau Sertung yang ada di ujung barat, kemudian Pulau Krakatau Kecil yang berlokasi hampir tepat di utara Pulau Krakatau.
Di bagian tengah gugusan terdapat pulau kecil berjuluk Cagar Alam Krakatau yang tampaknya dulu justru merupakan pusat kawah Krakatau saat meletus hebat. Cagar Alam ini berada di pulau yang berdiameter kurang lebih 1,5 km.
Saat ini kita bisa mengamati gugusan kepulauan Krakatau dari kejauhan tepian Anyer...
Dan kami pun terus berada di pesisir Resort Prima hingga matahari tampak hanya menyisakan sedikit tembereng berona kemilaunya di atas cakrawala barat. Adzan maghrib terdengar berkumandang dari kejauhan... kami pun beringsut pulang kembali ke kamar. Sayangnya memang karena kondisi yang kurang memungkinkan di area kamar, kami tak bisa shalat berjamaah maghrib dan isya ketika itu.


Malam itu sebenarnya kami mengagendakan acara inti berupa taushiyah Islam, tetapi memang situasinya kurang mendukung mengingat minimnya penerangan di sekitar area kolam renang sehingga kami men-skip-nya hingga esok pagi. Akhirnya acara malam itu kami jadikan sarana ramah tamah dan makan malam bersama saja. Gas grill Blue Gaz (foto di bawah) tetap menjadi andalan untuk bakar-bakar ikan, sosis, dan jagung yang tentunya tepat dalam mendukung keguyuban (klik di sini untuk artikel acara bakar-bakar jagung RT kami yang lain...).
Ikan segar aneka jenis kami beli dari pelelangan Pasauran, rata-rata @ Rp. 70ribu/kg. Air mineral gelas bisa dibeli di toko swalayan di seberang Masjid Al Munawwaroh. Secara fasilitas publik sebenarnya lokasi Resort Prima ini sangat memudahkan bagi para tamu...


Kami sangat bersyukur karena malam itu meski awan tebal mulai menggantung di langit, namun hujan tidak turun selama makan malam bersama berlangsung. Cukup menyulitkan tentunya apabila kegiatan outdoor ini diselingi oleh gerimis karena memang selain saung kecil di pinggir kolam renang, praktis tak ada atap lain yang bisa dipakai bernaung oleh seluruh rombongan kami.
Malam hari sebelum tidur jangan lupa menjemur pakaian renang agar esok hari tidak terlalu basah dan masih cukup nyaman digunakan, toh pihak hotel memang sudah menyediakan jemuran untuk tiap kamar. Sekitar pukul 23 akhirnya kami mulai mendengar titik-titik hujan turun...

Esok paginya cerah, seperti biasa anak-anak langsung nyebur di kolam renang meski belum sarapan. Seperti saat makan siang dan malam, kami pun menggelar sarapan bersama di seputaran kolam renang yang di beberapa tempat masih menyisakan genangan air sisa hujan semalam.
Kejutan... pihak hotel memberi bonus kelapa muda gratis bagi kami, yaitu masing-masing 2 butir kelapa muda tiap kamar, alhamdulillah. Dan lagi-lagi kami pun menyeruput kelapa muda segar yang baru saja dipetik dari pohon kelapa di sekitar area kamar kami itu di pinggir kolam (foto di sebelah kanan).
Terima kasih banyak lho... pokoknya jempol deh untuk manajemen Resort Prima!
Dan seperti yang sudah direncanakan sebelumnya, setelah sarapan pagi kami menggelar taushiyah singkat tentang Islam. Kemudian beberapa games dan pembacaan puisi yang cukup mengena di hati dan membuat suasana menjadi mellow.
Selesailah rangkaian acara rihlah kami awal tahun 2018 ini., Alhamdulillah semua agenda dapat berjalan dengan cukup baik meski ada beberapa yang bergeser waktu atau bahkan hari. Tapi tak mengapa, yang penting semua - terutama anak-anak- tampak gembira, dan in sya Allah membawa manfaat.
See you in our next travelling stories, ya!!!