Handicraft Center kok judulnya 'Pondok Dahar Lauk Jogja'? Mmmm... nama memang tidak perlu literally nyambung, kan? Bisa karena kami memang berasal dari Jogja, bisa juga karena memang pusat hobi kami ini dirintis dari rumah makan mungil kami, Pondok Dahar Lauk Jogja (back to 2011)...
However, pusat hobi kami ini berkarya dalam aneka handicraft
Jogja seperti bambu ulir cendani, vas & meja set gerabah Kasongan, vas kayu minimalis, serta rupa-rupa handicraft yang tak mesti berlabel 'Jogja' semisal bunga rangkai aneka jenis, ranting hias, lukisan bunga, pigura 3D, serta buah & pohon topiary artificial.
Pokoknya Jogja and Florist Enthusiast untuk Anda yang berkediaman di Bekasi dan sekitarnya...

Untuk navigasi cepat ke 'KATALOG UPDATE TERAKHIR' kami, klik di sini...

header gambar laukkita

Hot Items

HOT ITEMS :
* Handicraft Bambu Ulir : Bambu Ulir Cendani Aneka Model
* Handicraft Vas Gerabah : Vas Gerabah Aneka Model
* Handicraft Ranting Hias : Ranting Inul Aneka Model

Rabu, 13 Januari 2016

Tahu Susu Lembang, Lekker Zeg!

Tahu Susu Lembang berlokasi di Jl. Raya Lembang no. 177, sebelum pertigaan Jl. Grand Hotel Lembang dari arah Bandung. Dengan lokasi ini, Tahu Susu Lembang tampaknya cocok diposisikan sebagai tujuan penutup wisata kita di Lembang sebelum kembali ke arah Bandung. So, kami pun menjadikan Tahu Susu Lembang sebagai spot terakhir dalam rangkaian jalan-jalan kami ke Lembang tanggal 10 Jan 2016 lalu.
Tahu Susu Lembang merupakan rumah produksi tahu susu yang telah berdiri sejak Des 2008. Keunikan tahu susu adalah adanya tambahan susu sebagai salah satu campuran bahan baku, selain tentunya kacang kedelai pilihan. Pengunjung juga bisa melihat-lihat langsung proses pembuatan tahu susu yang sehat, bergizi, dan higienis tanpa bahan pengawet ini di 'open kitchen' yang disediakan. Untuk jenis tahu kuning, digunakan hanya bahan pewarna alami yaitu kunyit. 
Oke, kembali ke acara jalan-jalan kami, setelah puas berfoto selfie di Kebun Begonia Lembang (detil artikel tentang Kebun Begonia bisa klik di sini...), kami menuju ke Tahu Susu Lembang. Seperti biasa, sore itu jalan raya di depan Pasar Lembang (Jl. Pasar Baru)  tersendat hingga ke pertigaan Grand Hotel. Di depan Pasar Lembang terdapat gerai KFC yang menurut survey kami merupakan satu-satunya restoran fast food populer di area Lembang yang menyediakan layanan antar. Kami telah mencoba menggunakan fasilitas layanan antar KFC Lembang ini untuk memesan menu ayam goreng kesukaan anak-anak (ketika itu delivery ke Rumah Bunga Rizal). Anda bisa menghubungi KFC Lembang di nomor 0877.75189129. Nah, selepas belok kiri di pertigaan Grand Hotel, lalu lintas ke arah bawah lebih lancar. Tak jauh dari pertigaan ini kita belok kanan untuk masuk ke area Tahu Susu Lembang. 

 Setelah masuk ke area parkir Tahu Susu Lembang (dari jalan raya, gerbang masuk ini terlihat seperti SPBU), kita bisa memarkir mobil di luar seperti tampak pada foto, atau di dalam (kiri); terdapat sebuah food truck Rumah Sosis Bandung berwarna merah eye catching di sini. Truck ini berada tepat di depan Season Factory Outlet (kanan)
 
 Bagian dalam food truck Rumah Sosis (kiri); es lilin rasa es krim yang menurut kami rasanya agak out of the box (kanan)
 
 Dari area parkir luar kita bisa saja belok kiri ke arah area parkir dalam. Kapasitas mobil di parkir dalam juga banyak. tetapi jika sudah masuk ke dalam, kita tidak bisa keluar langsung ke Jl. Raya Lembang, melainkan diarahkan untuk keluar ke Jl. Raya Lembang via Jl. Hortikultura (kiri); terdapat mushalla yang cukup besar dan nyaman di seberang area parkir dalam (kanan)

 Belanja di dalam Bangunan Utama Resto & Pabrik Tahu Susu Lembang (atas kiri & kanan)

Dari gerai belanja tahu, jika kita terus bergerak ke dalam, kita akan tiba di Food Hall (kiri); gerobak-gerobak yang menyediakan aneka jajanan dan makanan yang maknyuss di Food Hall ini (kanan)

 Ketika bersantap di Food Hall, kita bisa memilih duduk di meja makan biasa atau lesehan (kiri); Bangunan Utama Resto & Pabrik Tahu Susu Lembang dilihat dari luar (kanan)

Di seberang bangunan utama, berjejer galeri/art shop menjajakan lukisan, suvenir, dsb. (kiri); harga tiket permainan anak (kanan)

 
 Aneka permainan anak di sini umumnya berbayar

Di dalam bangunan utama terdapat sebuah ATM BCA. Jika kita masuk ke pintu di sebelah kanan ATM, kita akan masuk ke dalam Pabrik Tahu Susu. Pengunjung dapat memanfaatkan 'open kitchen' ini untuk melihat-lihat, mempelajari, serta bertanya ini-itu seputar pembuatan tahu susu. Petugas akan menerangkan segala sesuatunya pada pengunjung.


Jangan kaget jika merasakan bahwa temperatur di dalam pabrik susu ini lumayan panas. Wajar saja karena di sini terdapat beberapa drum stainless steel berisi air kedelai panas. Kurang jelas dari mana sumber panas drum-drum tersebut, apakah elemen pemanas listrik atau tungku gas. Yang jelas air kedelai memang harus dipanaskan agar mudah diproses menjadi tahu susu.
pengunjung melihat proses pembuatan tahu susu
Proses pembuatan tahu susu berawal dari perendaman kedelai selama sekitar 4 jam. Kedelai yang telah direndam kemudian dicuci, lalu digiling dengan mesin penggiling (prosesnya kurang lebih sama dengan blender). Kacang kedelai halus setelah itu direbus dalam air mendidih selama sekitar 1 jam sambil terus diaduk, kemudian disaring dengan kain untuk memisahkan ampas dan sari kedelai. Lalu sari kedelai dicampur dengan susu, mentega, garam, dan asam cuka hingga merata, setelah itu diendapkan sampai menggumpal. Proses penggumpalan ini sangat menentukan berhasil-tidaknya pembuatan tahu susu. Gumpalan sari kedelai yang terbentuk kemudian dituang ke dalam cetakan, lalu dipres selama sekitar 1 jam. Setelah itu tahu susu yang telah berbentuk lembaran tebal diangkat dari cetakan, kemudian dipotong-potong. Terakhir, potongan tahu susu ini direbus kembali selama sekitar 10 menit, lalu ditiriskan. Kunyit dapat saja ditambahkan untuk memberi kesan warna kuning.

Manfaat Tahu Susu :
Produk Pigura 3D aneka bunga, detil klik di sini...
  • Protein kedelai dapat membantu mencegah penyakit jantung dengan cara menurunkan LDL (kolesterol jahat) tanpa mengurangi HDL (kolesterol baik).
  • Kandungan zat besi dalam tahu susu digunakan tubuh untuk membentuk hemoglobin dalam darah.
  • Zat fitoestrogen dari kedelai membantu menjaga keseimbangan hormon estrogen, serta mengurangi frekuensi dan gejala rasa panas pada perut yang terutama diderita oleh wanita menopause.
  • Kandungan kalsium dalam tahu susu membantu mengurangi gejala osteoporosis, pelemahan tulang, dan rheumatoid arthritis.
  • Zat isoflavon dapat memperkuat densitas (kepadatan) tulang. 
  • Protein kedelai membuat kita tidak lekas merasa lapar sehingga membantu menurunkan berat badan dengan menu diet rendah kalori seperti ini.


Baca juga :

Selasa, 05 Januari 2016

Pantai Jatimalang, Purworejo, Jawa Tengah

Pagi 26 Des 2015, menuruti rekomendasi Pakde, kami berkunjung ke Pantai Jatimalang yang ternyata menjadi salah satu spot wisata pantai andalan Kabupaten Purworejo, Jateng. Jadilah keluarga kami konvoi 2 mobil ke sana. Pakde sebagai penunjuk jalan, sementara suami mengemudikan mobil yang satu lagi mengikuti. Pakde mengambil rute Jalan Parangtritis-Bantul-Jalan Daendels-Jatimalang. Jalan raya saat itu masih lengang, sekitar satu jam saja kami sudah tiba di Pantai Jatimalang. 
Ada yang unik sekaligus miris saat kami melintasi Jalan Daendels di wilayah Kulon Progo, tepatnya wilayah yang direncanakan akan dijadikan Bandara Kulon Progo (daerah Sidorejo, Kragon, dan Glagah, Kec. Temon). Rupaya masih terjadi penentangan dari masyarakat setempat yang tak ingin direlokasi dari tempat tinggal dan tanah pertaniannya atas rencana pembangunan bandara ini. Maka di sepanjang tepi jalan kami dapat melihat puluhan plang masyarakat Wahana Tri Tunggal (WTT) yang selama ini gencar menyuarakan penolakan seperti kalimat-kalimat : 'Memangnya Padi Berasal Dari Mana?', 'Ora Adil', 'Lebih Baik Bertani Daripada Jadi Kuli', hingga 'Simbah Ora Gelem Dipindah'. Mudah-mudahan akan segera tercapai titik temu yang terbaik.
Kabupaten Purworejo merupakan daerah perbatasan Provinsi Jateng dengan DIY (Kab. Kulon Progo). Luas wilayahnya sekitar 1000 km2, dan jumlah penduduk 948.000 jiwa (sensus 2010) yang mayoritas berprofesi tani. Kabupaten yang beribukota di Kota Purworejo ini dilintasi oleh jalan raya Jalur Selatan Jawa serta jalur kereta api selatan dengan stasiun terbesarnya di Kutoarjo. Wilayah yang pada masa Kesultanan Jogjakarta abad ke-19 lebih dikenal dengan nama Kadipaten Bagelen ini kini memiliki 16 kecamatan, dengan Bagelen menjadi salah satunya. Kota Purworejo memiliki alun-alun seluas 6 hektar yang disebut-sebut adalah alun-alun terluas di Pulau Jawa.
Dari Jalan Daendels, kita harus belok kiri sekitar 1km sebelum tiba di kawasan Jatimalang. Terdapat pos retribusi tiket sebesar Rp.4000/orang yang harus kita lewati sebelum masuk ke area parkir kendaraan. Area parkir mobil cukup tertata rapi dan tidak terlalu ramai, walaupun ternyata pengunjung di pantai kami saksikan sudah cukup banyak. Di sepanjang jalan dari area parkir ke pantai cukup banyak kios yang menjajakan suvenir, baju pantai, hingga penganan. 



Mewarisi karakteristik pantai laut selatan yang langsung berhadapan dengan samudera lepas, Jatimalang memiliki ombak yang kuat memecah pantai. Kami memilih ekstra hati-hati dalam mengawasi anak-anak yang tengah bermain di bibir pantai agar tetap berada di tepi. Sayangnya kami tidak melihat penjaga pantai di sini, maka sepertinya setiap orang harus waspada dalam menjaga keselamatannya sendiri. 
Jatimalang memiliki pasir berwarna kecoklatan, tak jauh berbeda dengan Parangtritis atau Glagah Indah yang pernah kami kunjungi (artikel tentang Pantai Glagah Indah, Kulon Progo, dapat dibaca di sini...). 
Langit yang semula mendung - bahkan sempat menurunkan gerimis ringan - berangsur cerah sehingga anak-anak tampak kian ceria... alhamdulillah.

Seperti juga di Pantai Glagah Indah, Jatimalang memiliki kolam-kolam pemandian anak-anak berisi air tawar. Terdapat beberapa kolam anak yang dioperasikan oleh pengelola berbeda. Saran kami, lihat dulu fasilitas, ukuran, dan keadaan kebersihan air tiap kolam sebelum nyebur, karena kita tidak bisa berpindah kolam setelah nyebur di salah satunya. Kolam pada foto di sebelah kanan atas misalnya, airnya lebih jernih dan memiliki sebuah perosotan anak, tetapi kolam di sebelah kirinya lebih luas dan perosotannya juga lebih bagus.
Bagus juga untuk nyebur di sini setelah bermain air di pantai, karena berarti sekalian membilas air laut dengan air tawar di kolam ini.

Terdapat banyak warung tradisional menjajakan cemilan dan air kelapa di sepanjang pantai (kiri); perahu-perahu nelayan tertambat di pantai bagian timur. Pantai di sini tidak sebersih pantai di sebelah barat yang banyak payungnya (digunakan untuk mandi-mandi pengunjung) karena mungkin memang dijadikan area pengangkutan hasil melaut. Banyak capit kepiting ukuran cukup besar berserakan, disamping potongan jala dan sampah lainnya (kanan).

Setelah bermain air di pantai dan membilas bersih anak-anak, rombongan kami meninggalkan Jatimalang menuju Kota Purworejo. Masih menuruti rekomendasi Pakde, beliau menyarankan kami berbelanja durian yang terkenal murah dan enak di Pasar Purworejo. Jarak Pantai Jatimalang ke pusat Kota Purworejo sekitar 15km.
Kecamatan Kaligesing, Bruno, Bagelen, dan Bener memang telah lama dikenal sebagai penghasil durian yang walaupun ukurannya tidak terlalu besar, tetapi manis dan pulen. Durian selain dijual langsung oleh masyarakat ke pembeli, sebagian besar dipasarkan oleh pedagang di Pasar Purworejo.
Dan benar saja, di Pasar Purworejo kami jumpai belasan bakul duren  menggelar dagangannya di pinggir jalan. Sayangnya... mereka ternyata kompakan menaikkan harga memanfaatkan momen libur akhir tahun 2015! Akibatnya, harga durian di sana yang biasanya murah (hanya di kisaran Rp.15.000/durian ukuran agak besar) meroket hingga 3 kali lipat. Wah, ini sih sama saja dengan di Bekasi, pikir kami. 
Akhirnya dengan kegigihan menawar, kami bisa juga membeli durian dengan harga hampir sama dengan harga normal. Sekarung durian sukses dibawa pulang ke rumah - walaupun ternyata setelah dibuka tidak semuanya manis... yang kurang manis dijadikan juice duren saja. Rasanya lumayan setelah ditambah gula.
 Seorang bakul duren (kiri); suasana jalan raya di depan Pasar Purworejo (kanan)

Sekilas Purworejo
Kabupaten Purworejo memiliki motto Berirama : Bersih, Indah, Rapi, Aman, Makmur. Berdiri sebagai kabupaten berdasarkan UU No.13/1950. Kontur daerahnya berupa dataran tinggi (bagian dari Pegunungan Serayu) di utara dan melandai ke pantai selatan. Perbatasan dengan Kulon Progo di sebelah timur berupa Pegunungan Menoreh.
Catatan sejarah pemukiman tertua di daerah ini ditemukan di daerah Desa Boro Wetan, Kec. Banyu Urip berupa Prasasti Kayu Ara Hiwang bertanggal 5 Oktober 901 M. Bujangga Manik, seorang petualang Kerajaan Pakuan pada abad ke-15 melaporkan pula keberadaan daerah ini pada perjalannya dari Bali ke Pakuan. Hingga saat ini catatan berdirinya Kabupaten Purworejo masih diperdebatkan antara  tanggal pada prasasti di atas, atau tanggal pelantikan bupati pertama Purworejo pada 30 Juni 1830, menyusul padamnya Perang Diponegoro (1825-1830).
Ketika itu, Kesultanan Jogjakarta kehilangan penguasaan atas daerah Kadipaten Bagelen kepada Hindia-Belanda. Oleh Belanda wilayah ini kemudian digabungkan ke dalam Karesidenan Kedu dengan status kabupaten dan nama Purworejo. Kota Purworejo dibangun sebagai pemukiman dan pemerintahan yang baru dengan tata kota rancangan insinyur Belanda saat itu. Di kota baru ini ditempatkanlah tentara Belanda asal Ghana, Afrika, yang dikenal pula dengan sebutan Belanda Hitam. Saat ini sejumlah bangunan tua bergaya Eropa peninggalan Belanda masih terawat dan digunakan, seperti Masjid Jami Purworejo (1834), dan rumah dinas bupati (1840).
Purworejo pun ternyata pernah difungsikan sebagai ibukota Provinsi Jawa Tengah semasa revolusi fisik (1945-1949) sebagaimana terungkap dalam buku 'Bunga Rampai Kisah-Kisah Kejuangan 45' yang berisi kumpulan kesaksian para pelaku sejarah perang kemerdekaan di Purworejo, seperti Jend. Sarwo Edhie Wibowo, dan Jend. Oerip Soemohardjo.
Wilayah Kec. Bruno yang berada di pegunungan dan memiliki hutan luas ternyata sempat menjadi lokasi persembunyian para pejuang kemerdekaan RI. Bahkan wilayah yang ketika itu relatif terpencil ini menjadi ibukota Prov. Jateng 'Dalam Pelarian' kurun 1948-1949, karena Semarang dikuasai Belanda. Dikutip di dalam buku itu, Gubernur Jateng saat itu - KRT Wongsonegoro - menempati rumah Dul Wahid, seorang penduduk Desa Kembangan. Keberadaan pemerintahan Prov Jateng di desan Kembangan, Bruno, didukung oleh Pemerintahan Militer masa Perang Kemerdekaan ketika itu, di mana terdapat satu batalyon TNI yang membawahi dua peleton dan empat kompi pasukan perang pimpinan R. Sroehardoyo.
Hal yang mengharukan adalah diadakannya upacara peringatan empat tahun RI Merdeka di Desa Kemranggen, Bruno, yang saat itu dihadiri oleh jajaran TNI dan masyarakat setempat. Dalam buku setebal 86 halaman tersebut dituliskan bahwa jejak-jejak pemerintahan Prov Jateng di Bruno masih bisa ditemui.

Baca juga :

Senin, 04 Januari 2016

Hutan Pinus Mangunan, Bantul, Jogjakarta

Selain berwisata ke Kompleks Pemakaman Pajimatan Imogiri, belakangan wisata Hutan Pinus di daerah Mangunan (hanya sekitar 5km ke arah timur area parkir Pajimatan Imogiri) pun nge-hits di kalangan netizens sebagai ajang selfie. Sesuai namanya, spot ini menawarkan keindahan alam dataran tinggi Pegunungan Seribu di kawasan selatan Jogjakarta.
Pagi 28 Des 2015, jalan aspal mulus kami jumpai menghubungkan area Pemakaman Imogiri dengan Hutan Pinus. Treknya naik turun seperti jalanan Puncak lah. Di beberapa bagian kita memang harus menanjak cukup curam, namun secara keseluruhan masih nyaman dilalui. Sedikit catatan, ketika itu kami menjumpai sebuah bus tiga perempat yang kondisinya kurang baik sehingga bus itu tidak kuat menanjak lurus. Bus itu harus agak berzig-zag di jalan, mungkin agar memiliki awalan tarikan agar kuat menanjak. Kami yang berada di belakangnya saja ngeri (suami sesegera mungkin menyalip bus itu begitu ada kesempatan), apalagi penumpang di dalamnya, ya...
Salah satu warung makan di trek menanjak ini memajang nama yang unik : 'Pemadam Kelaparan', kreatif juga... sayang kami tidak sempat memfotonya. Menjelang tiba di lokasi Hutan Pinus, kita akan menjumpai sebuah pertigaan : terus ke Hutan Pinus, kanan ke Taman Buah. Namun karena dari informasi yang kami peroleh saat itu Taman Buah sedang tidak berbuah, maka kami langsung ambil jalan terus ke Hutan Pinus.

Trek menanjak yang mulus ke Hutan Pinus (kiri); lokasi Hutan Pinus berada di sebelah kanan jalan sementara parkir kendaraan baik roda 2 maupun 4 tersedia di sebelah kiri jalan (kanan)

Tiket masuk ke Hutan Pinus hanya sebesar Rp. 10.000 per mobil, berapa pun jumlah penumpang mobil, dan itu sudah termasuk parkir mobilnya. Menariknya, di tiket juga tertera bahwa hanya dikutip Rp. 50.000 untuk sesi foto pre-wedding (kiri); Plang Hutan Pinus (kanan)

 Lokasi parkir motor (kiri); parkir mobil (kanan)

Hutan Pinus ini menurut mas-mas Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Mangunan yang sempat mengobrol dengan suami sudah mulai ditanami sejak 40 tahun silam. Ketika itu belum terpikirkan untuk menjadikannya kawasan wisata alam. Baru sekitar 4 tahun yang lalu hutan pinus yang ketika itu sudah tumbuh tinggi dikembangkan menjadi tempat rekreasi. Lantai hutan yang ketika itu tertutup semak belukar dan vegetasi hijau rapat lainnya dibabat hingga bersih dan nyaman dilalui orang. Fasilitas seperti gazebo (foto kiri atas), ayunan, rumah pohon, plang-plang penunjuk arah, dan lainnya dibangun dan terus ditambah hingga saat ini. Lantai hutan pinus ini saat ini relatif bersih dari sampah, dan yang benar-benar kami suka adalah tertutup oleh guguran dedaunan pinus kering seperti permadani hangat, layaknya film-film hutan konifer yang banyak diekspos Hollywood (foto kanan atas). Atheefa sempat duduk-duduk dan bergulingan di atas permadani guguran daun ini... nyaman sekali tampaknya. Untungnya saat itu cuaca cerah, kami membayangkan jika turun hujan bisa jadi situasinya berbeda.

 Atheefa riang bermain ayunan (kiri); pandangan ke langit dari lantai Hutan Pinus benar-benar membuat kita merasa kecil dan tak berarti (kanan)

 Plang-plang penunjuk arah maupun peringatan amat memadai di sini

Kontur Hutan Pinus naik-turun sebagaimana galibnya kontur pegunungan. Terdapat sebuah bukit dengan cadas-cadas besar di puncaknya (foto kiri atas). Di sini terdapat beberapa rumah pohon yang bisa kita naiki dan ber-selfie dari atasnya, mirip objek Kalibiru (Kulon Progo, DIY) yang saat ini juga nge-hits. Jika dari Kalibiru kita bisa berfoto dari atas rumah pohon dengan latar belakang area terbuka dan Waduk Sermo di kejauhan sebelah kiri, dari Hutan Pinus kita mendapati lanskap area terbuka serupa, hanya saja tanpa waduk. Di puncak bukit ini areanya cukup terbuka karena pepohonan pinus rapat tidak lagi tumbuh. Di sini justru banyak terdapat pohon kayu putih (foto kanan atas).

 Pemandangan ke arah timur yang terbuka

 Rumah Pohon Hutan Pinus, kita bisa naik ke atas dengan tangga kayu yang sudah disediakan Pokdarwis setempat (kiri); patuhi peringatan kapasitas orang yang diijinkan naik seperti yang tercantum pada plang peringatan pada setiap rumah pohon (kanan)

 Pada rumah pohon yang lain sudah terdapat jembatan untuk menyeberang ke atas pohon, lalu dari sana barulah kita naik tangga ke anjungan atas. Jembatan ini terbuat dari rangka kayu pinus yang keras dan kuat, namun tetap harus berhati-hati, jangan menghentak-hentak, serta patuhi batas kapasitas yang sudah ditentukan Pokdarwis setempat.

 Dari puncak bukit kita bisa turun kembali ke bawah lewat tangga kayu yang unik ini (kiri); setelah berjalan-jalan di Hutan Pinus cocoknya ya jajan yang hangat-hangat di beberapa warung tradisional yang berada dekat area parkir kendaraan (kanan)

Setelah jajan bakso hangat, kami pun meninggalkan spot Hutan Pinus yang menarik ini. Berkendara turun kembali ke arah Pemakaman Imogiri, kami mengambil rute Jalan Siluk ke arah Pantai Parangtritis (ke barat), bukan ke Jalan Imogiri menuju rumah (ke utara) seperti biasanya. 
Pantai Parangtritis memang bisa juga dicapai via rute menyusuri Kali Opak ini, meski agak memutar dibandingkan rute tercepat dari pusat kota Jogjakarta visa Jalan Parangtritis. Namun jika Jalan Parangtritis sedang macet-cet, rute ini bisa menjadi alternatif yang lebih sepi. Jalan Siluk ini lebar, mulus, serta relatif datar (foto sebelah kanan). Kita menuju Jalan Parangtritis dari arah timur, tepat setelah Jembatan Kali Opak. Dari sini kami berbelok ke utara, kembali menuju arah kota Jogja. 
Spot Hutan Pinus ini belum terlalu ramai memang. Sangat bisa dijadikan alternatif wisata di Jogja jika spot-spot lain yang sedang hits seperti Kalibiru, Wisata Lava di kawasan Merapi (Jogja Utara), atau beberapa spot di Gunung Kidul seperti menyusuri Gua Pindul, Pantai Indrayati, dll sedang penuh-penuhnya. 
Kami sekeluarga juga sebenarnya berencana berkunjung ke Pantai Indrayati dan Gua Pindul. Apa daya musim libur akhir tahun 2015 rupanya menyedot ribuan pengunjung ke seputaran Gunung Kidul ini sehingga kami mengurungkan niat ke sini. Bukan-apa-apa, jika jumlah wisatawan sedang membludak, kita bisa terjebak berjam-jam di kawasan ini. Kita mungkin bisa datang pagi hari saat jalan masih relatif lengang ke sini. Namun untuk keluar dari sini itu lho masalahnya. Selain itu, sepertinya kurang nyaman jika kita memaksakan berwisata saat penuh sesak pengunjung seperti ini. 
Headline Harian Kedaulatan Rakyat Jogja tanggal 27 Des 2015 berikut memberikan gambaran sedang hits-nya spot-spot wisata kawasan pegunungan kapur DIY bagian selatan ini (foto sebelah kiri, 'Tumplek Blek' di Gunungkidul)...

Berkendara di Jalan Parangtritis ke arah kota (ke utara), jika adzan berkumandang boleh sesekali coba menepi ke Jalan Jogokaryan (perempatan SPBU Pertamina 44-55108). Sekitar 300m ke arah barat perempatan, di sebelah kiri jalan yang tak terlalu lebar ini terdapat Masjid Jogokariyan yang sebenarnya juga tidak teramat besar, tetapi yang mencengangkan dan membuat senang adalah selalu penuh sesak dengan jamaah shalat! Jika pelataran masjid penuh kendaraan jamaah, kita bisa parkir di tanah kosong di sebelah kanan jalan tak jauh selewat masjid yang telah berdiri sejak tahun 1966 ini.
Kawasan Jogokaryan memang sudah lama dikenal sebagai Kampung Santri. Pada bulan Ramadhan, menjelang saat berbuka jalan ini akan 'hidup' dengan aktivitas persiapan berbuka dan shalat maghrib-tarawih. Coba deh...

Baca juga :
Jalan-jalan ke Air Terjun Jurang Pulosari, Krebet, Jogja, klik di sini...