Handicraft Center kok judulnya 'Pondok Dahar Lauk Jogja'? Mmmm... nama memang tidak perlu literally nyambung, kan? Bisa karena kami memang berasal dari Jogja, bisa juga karena memang pusat hobi kami ini dirintis dari rumah makan mungil kami, Pondok Dahar Lauk Jogja (back to 2011)...
However, pusat hobi kami ini berkarya dalam aneka handicraft
Jogja seperti bambu ulir cendani, vas & meja set gerabah Kasongan, vas kayu minimalis, serta rupa-rupa handicraft yang tak mesti berlabel 'Jogja' semisal bunga rangkai aneka jenis, ranting hias, lukisan bunga, pigura 3D, serta buah & pohon topiary artificial.
Pokoknya Jogja and Florist Enthusiast untuk Anda yang berkediaman di Bekasi dan sekitarnya...

Untuk navigasi cepat ke 'KATALOG UPDATE TERAKHIR' kami, klik di sini...

header gambar laukkita

Hot Items

HOT ITEMS :
* Handicraft Bambu Ulir : Bambu Ulir Cendani Aneka Model
* Handicraft Vas Gerabah : Vas Gerabah Aneka Model
* Handicraft Ranting Hias : Ranting Inul Aneka Model

Senin, 26 Mei 2014

Dufan Annual Pass : Pay Once, Free for the Whole Year to 'Do Fun'

ki-ka : Bije, Dufi, Dufan, Kabul
Dunia Fantasi (Dufan, atau 'Do Fun') yang dibuka untuk umum pada 29 Agustus 1985, merupakan theme park pertama yang dikembangkan oleh Ancol. Dufan merupakan pusat hiburan outdoor terbesar di Indonesia yang memanjakan pengunjung dengan Fantasi Keliling Dunia, melalui berbagai content wahana permainan berteknologi tinggi, yang terbagi dalam 8 kawasan, yaitu: Indonesia, Jakarta, Asia, Eropa, Amerika, Yunani, Hikayat, dan Kalila (Afrika). Dufan telah memiliki sertifikat ISO 9001:2008 sejak 2009.
Dunia Fantasi mempunyai maskot berupa kera bekantan yang diberi nama Dufan. Dipilihnya kera sebagai karakter adalah untuk mengingatkan bahwa Ancol dahulu adalah kawasan kera. Pemilihan kera bekantan adalah semata-mata untuk mengenalkan jenis satwa langka yang kini dilindungi. Bentuk karikatural kera bekantan ini divisualisasikan oleh Matari Advertising yang ikut serta dalam program komunikasi awal Dunia Fantasi.
Selain karakter Dufan, terdapat pula beberapa maskot lain seperti Dufi (versi wanita Dufan), Kabul (katak gembul), Bije (bison jenaka), Garin (garuda Indonesia), Cili (kancil licik), Tanit (tapir genit), Kombi (komodo gembira), dan Barus (babi rakus).  Semua konsisten dengan singkatan dalam bahasa Indonesia.

Sabtu pekan lalu (24 Mei 2014), kami berkesempatan untuk berkunjung lagi ke Dufan bersama keluarga setelah 'sekian lamaaaaaa' (kunjungan terakhir kami ke Dufan adalah saat acara Annual Gathering NEC saat masih bekerja dulu, kalau tidak salah tahun 2002; sedangkan suami sudah jauh lebih lama lagi yaitu ketika dia masih SD di Banda Aceh tahun 1986-an). 
Namun kali ini kami sekalian mencoba membuat kartu Dufan Annual Pass. Dufan Annual Pass adalah kartu yang berlaku satu tahun sebagai karcis masuk terusan Dufan gratis, dengan cukup membayar Rp. 260.000/orang (harga promo) satu kali saat pembuatan kartu. Jadi cukup bikin sekali, bisa masuk Dufan sepuasnya setiap hari tanpa biaya lagi selama setahun ke depan, sebagaimana kutipan wawancara DetikTravel : "Mulai sekarang siapapun yang membeli tiket Annual Pass seharga Rp 260.000 bisa dipakai berulang-ulang selama satu tahun," ucap Direktur PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk, Winarto dalam jumpa pers grand launching Ice Age Sids Artic Tours, di Dunia Fantasi Ancol, Jakarta Utara, Kamis, (10/4/2014).

Kami membeli 5 voucher Annual Pass Dufan reguler periode promo di Indomaret perumahan pada hari Jumat 23/05/14 (bisa juga di SevenEleven). Tadinya periode promo hanya berlaku hingga 31/03/2014, tetapi kemudian diperpanjang sehingga kami masih bisa mendapatkannya). Voucher ini baru dapat ditukarkan dengan kartu Annual Pass keesokan harinya setelah pembelian. So, kami sekeluarga baru pergi ke Dufan pada Sabtu 24/05/14.

Jalan masuk ke Dufan dari area parkir
Kantor pembuatan Annual Pass
Pertama-tama yang harus dilakukan setelah tiba di lokasi adalah menukarkan voucher tersebut dengan kartu Annual Pass yang dilakukan di kantor sebelah kanan gerbang masuk utama Dufan. Kantor ini baru buka pukul 10 pagi, jadi agak serba salah memang : datang kepagian juga tetap harus menunggu, tapi jika kesiangan resikonya antrian sudah cukup panjang. 

Ambil foto dulu...
Timing kami sebenarnya agak kurang pas karena saat kami mulai mengantri (sekitar pk 9.30), ternyata hari Sabtu itu sedang ada Family Gathering dari satu perusahaan yang juga mengantri pembuatan kartu Annual Pass, sehingga antrian cukup panjang dan agak crowded. 
Lebih baik memang membuat Annual Pass pada hari kerja yang tentunya lebih senggang. Untungnya proses pembuatan kartu Annual Pass berjalan lancar dan antriannya pun tertib (terima kasih pada petugas Dufan yang mampu mengatur pengunjung dengan baik). 
Proses pembuatan kartu yang menurut kami sama dengan pembuatan e-KTP itu ternyata jauh lebih cepat daripada pembuatan e-KTP yang kami rasakan ketika itu sangat menguras tenaga dan waktu. Sekitar pukul 11.00 kami sudah mendapatkan kartu Annual Pass, dan bisa langsung masuk ke dalam.

lalu scan sidik jari (jempol), jadi deh kartu Annual Pass Dufannya...

Setelah masuk ke dalam, kehebohan pun dimulai... Kami sekeluarga mencoba hampir seluruh wahana yang ada. Sayang suami ketika itu sedang kurang fit sehingga kami berdua tidak menjajal wahana-wahana yang beresiko membuat mual (lain kali deh, kan masih berlaku setahun...), tetapi anak-anak sih tidak terpengaruh... mereka mencoba nyaris seluruh wahana, beberapa bahkan berkali-kali.
Here are the pictures... enjoy...


Peta Dufan (Do Fun Map, kiri), dan anak-anak bermain bombomcar Ubanga-Banga (kanan)


Komidi putar Turangga-Rangga (turangga berarti kuda) maskot Kawasan Jakarta yang juga merupakan wahana pertama yang pasti terlihat saat memasuki Dufan (kiri), tokoh Dufan Defender di depan Kalila Adventure (kanan)

 Rumah miring Rango-Rango (kiri), dan Rumah Usil dengan lorong sesat sepanjang 90 m-nya (kanan) di Kawasan Amerika

Anak-anak berfoto bersama Barus (kiri), dan ketika menuju perahu Istana Boneka yang nyaman karena sedang sepi pengunjung (kanan)



 
Suasana Istana Boneka dengan pemandangan di dalam yang penuh warna. Istana Boneka dirancang dengan nuansa gabungan 10 gaya bangunan arsitektur Indonesia hingga menjadi sebuah bangunan baru, dan berwarna-warni sehingga memberi kesan semarak dan unik. Di dalamnya, sambil berperahu, pengunjung diajak menjelajahi dan merasakan beragam budaya etnik seluruh nusantara maupun berbagai bangsa yang disajikan oleh sekitar 600 boneka animatronik. Wahana ini merupakan bangunan tertutup yang dilengkapi dengan penyejuk ruangan. Istana Boneka selalu menjadi salah satu favorit kami dan suami mengingat pola pertunjukannya yang santai dan sarat edukasi.

Wahana Ice Age Sid's Arctic Tours di mana kita diajak mengarungi cerita ice age di masa lampau dengan menggunakan perahu dan belajar bagaimana proses terjadinya zaman es bersama Sid dan teman-teman. Mungkin kita akan sedikit terciprat air di sini, tapi tidak terlalu banyak. Wahana ini terletak di dalam kompleks 'Hall Ice Age' yang bertempatkan di atas lahan Ex Wahana Rama Shita Legenda Masa Depan Dufan indoor seluas +/- 20.000 meter persegi. Selain Ice Age Sid's Arctic Tour, di dalamnya terdapat pula beberapa wahana lain seperti Kontiki Swing Boat, Airborn Shot, panggung pertunjukan, serta cafe tempat kita beristirahat dan anak-anak bermain.

Treasure Land - Temple of Fire Show (durasi +/- 30 menit) yang memukau dengan efek api, air, cahaya, ledakan, serta aksi ala stuntman oleh sekitar 12 artis di Panggung Maxima (kiri), dan piring oleng Ombang-Ombang

 Arung Jeram yang mendebarkan (kiri), dan pertunjukan Teater Simulator Happy Feet (kanan). Kemarin kami agak salah urutan, di mana kami mencoba arung jeram dulu sebelum Happy Feet. Sebabnya, mau tak mau kita akan berbasah-basah ketika menaiki arung jeram... dan setelah pakaian agak basah tentunya kita akan kedinginan saat masuk ke Teater Simulator yang ber-AC. Seharusnya wahana basah-basahan seperti Arung Jeram atau Niagara-Gara menjadi yang terakhir (setelah itu langsung pulang). Teater Simulator sendiri memiliki kursi yang dapat bergerak-gerak 360 derajat sesuai film yang ditayangkan sehingga penonton ikut bergerak seolah terbanting ke kiri-kanan, menanjak, atau terjun ke bawah. Film yang pernah ditayangkan antara lain Turbo Tour atau Robocop (1992), Dinosaurus (1997), Wing’s Discovery (2000), Star Warrior (2004), Meteor Attack (2006), Extreme Log (2008), Journey To the Center of the Earth (2010) dan Happy Feet (2012).

Mushalla dekat wahana Perang Bintang
Menunaikan shalat sepertinya sangat tidak menjadi masalah di Dufan. Sepengetahuan kami, terdapat mushalla kecil di dekat Kalila Show (kawasan Afrika), mushalla kecil di dekat wahana Perang Bintang, dan Masjid Firdaus yang besar lagi nyaman di belakang wahana Kicir-Kicir. Ketiganya bersih dan air jernih berlimpah.

O, ya... kami biasa makan siang di McD dekat wahana Perang Bintang. Jika seluruh meja telah terisi pengunjung, kita bisa membawa nampan McD dan duduk di taman di luar restoran. Di sana banyak bangku persegi di bawah pohon peneduh. Pokoknya jangan khawatir tidak bisa makan siang deh.
Untuk masalah cuci tangan, wastafel di McD Dufan memang sangat terbatas (sepengetahuan kami hanya ada 2 keran). Cowok-cowok lebih baik mencuci tangan di toilet pria yang ada tepat di sebelah restoran. Di sini menurut suami banyak keran dan sabun untuk mencuci tangan. Toiletnya pun bersih. Toilet cewek memang agak jauh... letaknya di gedung Perang Bintang. Namun jika para lelaki kompak mencuci tangan di toilet pria, sebenarnya 2 keran yang ada masih lumayan lah untuk digunakan pengunjung McD yang wanita. 

Setelah menjajal Happy Feet, waktu sudah menunjukkan pukul 17.30 lewat, kami pun bersiap pulang. Untungnya meski hari itu weekend, tetapi tak terlalu ramai pengunjung sehingga antrian yang ada pun tak terlalu panjang, jadi banyak wahana yang bisa kami naiki. Area parkir mobil pun tak terlalu crowded.
Baru saja meninggalkan area parkir, sudah terdengar adzan maghrib. Kami berhenti dulu di Masjid Baiturrahman Ancol untuk melaksanakan shalat maghrib (sempat bertemu dengan tetangga juga yang ternyata sedang ada Family Gathering dari PT Sharp di sini). Setelah itu baru masuk tol, pulang ke Bekasi...

Drumb band dan happening art lain sewaktu-waktu mengadakan pertunjukan di seantero Dufan

Kicir-Kicir (kiri) dan logo Bombomcar Anak Ubanga-Banga (kanan)

Naik gelas putar Poci-Poci (kiri), dan kios popcorn di dekat Kora-Kora (kanan)

 Gedung pertunjukan Dufan Kalila Show ex Balada Kera (kiri), dan suasana Kalila Show di dalam gedung teater (kanan). Konsep Kalila Show ini kami nilai merupakan Balada Kera plus animasi yang menarik. Berbeda dengan Balada Kera jaman dulu yang hanya mengandalkan aneka boneka-robot kera yang bergerak dan bernyanyi, Kalila Show selain menampilkan boneka-robot tokoh-tokoh Dufan plus, juga menayangkan animasi di layar background-nya. Jangan kaget pula jika benar-benar ada tetesan air saat cerita menampilkan adegan hujan badai!

 Dinda berpose di depan gedung wahana Perang Bintang (kiri), dan 'Tiga Bersaudara' saat menjajal wahana Burung Tempur (kanan)

 Memandangi wahana Rajawali di kejauhan dari danau kecil di dekat Masjid belakang gedung Perang Bintang (kanan)

 Suasana segar setelah gerimis reda...

 Wahana baru Hello Kitty Adventure, ulasan detil bisa dibaca di sini...

Rekomendasi :
Dufan baru buka pada pukul 10.00. Untuk Anda yang sudah tiba di area Taman Impian Jaya Ancol sebelumnya dan masih memiliki waktu luang, mengapa tidak mampir dulu ke Pantai Festival yang berada tak jauh dari Dufan? Di sini Anda bisa menikmati suasana pagi di pantai, bermain air, atau naik perahu yang banyak bersandar di sepanjang garis pantai.
 Naik perahu, anak-anak tadinya agak takut, namun kemudian justru menikmati perjalanan.. Terlihat penahan gelombang laut berwarna putih di permukaan laut sebelah kanan (foto kanan).

Tiket naik perahu seperti ini sekitar Rp. 20.000/orang untuk sekali perjalanan santai memutari area Pantai Festival yang dibatasi oleh penahan gelombang berwarna putih dan dermaga Marina Ancol. Namun pada pagi hari, sebagai penglaris para pemilik kapal biasa menawarkan setengah harga. Yang naik pun hanya kita sekeluarga, jadi kita tidak berdesakan di dalam perahu.
Ketika suami berbincang dengan Bapak pemilik kapal yang kami tumpangi, mereka ternyata berasal dari Indramayu. Mereka tidak mengontrak rumah di sekitar Ancol, melainkan memang tidur di kapal. Biaya sewa tempat/sandar bagi kapal dan pemiliknya di Ancol adalah Rp. 300.000/bulan. Wah... benar-benar tinggal dan tidur di perahu ini namanya.




Share info : jika Anda ingin menginap di Ancol setelah seharian berekreasi di sini, Hotel Mercure Ancol bisa menjadi pilihan dengan room rate mulai dari Rp.500rb-an. Letak Mercure tidak terlalu jauh dari Dufan sebenarnya, keduanya ada di belahan barat kawasan Taman Impian Jaya Ancol. Dulu Mercure Ancol dikenal sebagai Horison Ancol. Hotel tepi pantai ini sudah berdiri cukup lama, sehingga kondisi kamar dan perabotnya pun tidak lagi baru. Beberapa bagian dan perabot/peralatan kamar mandi/bathtub sudah usang, bahkan sebagian sebenarnya sudah saatnya diganti. Kami pernah mengalami masalah air panas tidak/lama keluar.

Di luar hal kondisi kamar yang tidak lagi baru, fasilitas dan letak Mercure Ancol sebenarnya juara. Cobalah restoran Sunda Kelapa yang menawarkan view Laut Jawa. Kita bisa duduk di dalam restoran, atau di luar untuk menikmati suasana pantai. Kolam renang ada dekat restoran ini. Menu makanan di sini menurut kami OK. Selain restoran Sunda Kelapa, Mercure Ancol memiliki resto Jepang Shiosai dan lobby bar Nelayan (fragmen foto paling kanan).
Namun demikian, meski terletak tepat di bibir pantai, kita tidak bisa langsung turun ke laut dari hotel ini karena laut di sebelah utara Mercure agak dalam dan tak berpasir. Jika ingin bermain air, kita cukup memutar ke arah barat menuju Pantai Festival yang tepat berada di sebelah hotel. So, tidak masalah juga sebenarnya...