Candi ijo terletak di dataran tinggi sebelah selatan kompleks Candi Prambanan sekitar 18 km timur kota Jogjakarta. Candi terdekat - Candi Banyunibo dan Candi Barong - berjarak sekitar 1,5 km ke arah barat laut Candi Ijo. Candi-candi bercorak Hindu di daerah Kalasan, perbatasan Kabupaten Sleman (Provinsi DI Jogjakarta) dan Kabupaten Klaten (Jawa Tengah).
Kompleks Candi Ijo |
Perlu diketahui bahwa daerah Kalasan amat kaya dengan candi-candi terutama yang bercorak Hindu. Mulai dari yang paling besar dan terkenal yaitu Candi Prambanan atau dikenal juga sebagai Candi Roro Jonggrang, hingga ke candi-candi lain yang lebih kecil di sekitarnya.
Setidaknya di sebelah utara Prambanan kita jumpai Candi Bubrah, Candi Sewu, dan Candi Plaosan yang belakangan viral di kalangan pemburu sunrise/sunset.
Di sebelah selatan Prambanan terdapat Candi Sojiwan, Candi Kalasan, Candi Ratu Boko, Candi Barong, Candi Banyunibo, serta tentunya Candi Ijo, disamping sebuah situs kuno Watu Gudig. Candi Ijo diperkirakan dibangun pada jaman Kerajaan Mataram Kuno periode Medang, sekitar abad ke-10 smpai 11 M.
Akses menuju Candi Ijo dari arah Jalan Solo adalah via Jl. Raya Piyungan, lalu belok ke arah timur via Jl. Candi Ijo yang menanjak hingga lokasi. Sebelum tiba di situs Candi Ijo kita akan melewati Taman Tebing Breksi yang belakangan juga hits. Candi Ijo berada di sebelah kiri jalan, sedangkan area parkir mobil (biasa disebut Parkir Ijo) berada di sebelah kanan jalan. Tapi jangan salah, walaupun hanya berstatus area parkir mobil, dari sini kita dapat pula menikmati view lereng menghijau ke arah barat-selatan. Panoramic spot ini ditandai oleh landmark 'Lereng Ijo' seperti foto di bawah.
Pagar Candi Ijo (foto di bawah) menjadi batas area konservasi budaya ini. Sebelum masuk ke area candi kita mesti membeli tiket dulu di loket seharga Rp. 5000/orang (lokal) atau Rp. 10.000/orang (turis asing). Candi Ijo memiliki jam buka mulai pukul 6 pagi hingga terakhir masuk pada pukul 17.30. Tampak pula kondisi Jl. Candi Ijo yang berupa aspal kualitas tergolong baik dan cukup lebar pula.
Secara administratif, Candi Ijo terletak di Dukuh Groyokan, Desa Sambirejo, Kecamatan Prambanan, Sleman. Kompleks candi ini berada di lereng barat dataran seluas sekitar 0,8 hektar yang berketinggian 425 m DPL. Dataran ini merupakan bagian dari perbukitan Batur Agung. Nama 'Ijo' sendiri mengacu pada letaknya di atas bukit yang disebut 'Gumuk Ijo'. Secara visual memang Gumuk Ijo tampak ijo royo-royo ditumbuhi aneka vegetasi nan subur. Sesuai sekali dengan namanya!
Nama Gumuk Ijo sendiri tercatat telah disebut dalam Prasasti Poh (berangka tahun 906 M) berbahasa Jawa Kuno, tepatnya pada pengalan '... anak wanua i wuang hijo...' yang berarti '... anak desa, orang Ijo...'.
Ketika itu kami datang pada sekitar pukul 8.30 di pagi yang cerah. Arah bukaan pemandangan dari lereng Gumuk Ijo sebenarnya mengarah ke barat-selatan sehingga kami menilai bahwa Candi Ijo sebenarnya lebih cocok dijadikan lokasi berburu sunset. Kami dapat membayangkan cantiknya pemandangan matahari terbenam di antara barisan kompleks Candi Ijo ini. Tapi bukan berarti berkunjung saat matahari pagi bersinar di timur tak dapat menghasilkan foto yang bagus lho. Meski memang sedikit tricky agar foto kita tidak overexposed akibat menantang sinar mentari, sementara letak bangunan candi utama yang paling besar justru berada di sebelah timur.
Pemandangan dari lereng Candi Ijo kami nilai luar biasa indah. Panorama bentang alam perbukitan subur, persawahan, daerah hunian di kejauhan, serta Bandara Adisucipto tersaji di depan mata. Bahkan menurut informasi, jika sedang tak ada kabut dan awan rendah, Pantai Selatan dapat terlihat pula dari spot ini.
Tampak pada 2 foto di atas bahwa secara keseluruhan Candi Ijo berdesain punden berundak dengan bagian paling tinggi (candi utama) berada di sisi timur, lalu melandai ke barat mengikuti kontur bukit.
Candi induk yang sudah direstorasi pada tahun 1980-an ini menghadap ke barat. Dihadapannya berjajar 3 candi perwara yang berukuran lebih kecil (direstorasi antara tahun 2000-2003), yang diduga dibangun untuk memuja Trimurti : Brahma, Wisnu, dan Syiwa.
Atap candi berundak 3, berhiaskan deretan ratna di masing-masing tingkatan. Ratna terbesar tampak berada di puncak tertinggi atap candi.
Pintu masuk ke ruang dalam berada di pertengahan dinding sisi barat, diapit oleh 2 jendela palsu berbentuk relung, dengan gawang jendela yang tidak tembus ke dalam.
Pada dinding sisi utara, selatan, dan timur masing-masing terdapat 3 relung berhiaskan ukiran kala makara tanpa rahang bawah yang merupakan ragam hias khas candi-candi Jawa Tengah masa lalu. Sebagai pembanding, menurut ahli purbakala hiasan relief kala makara pada candi-candi di Jawa Timur dibuat lengkap dengan rahang bawahnya.
Relung-relung pada dinding luar candi ini kosong. Namun diduga dahulu pernah diletakkan arca-arca pada relung-relung ini (foto sebelah kiri).
Relung-relung pada dinding luar candi ini kosong. Namun diduga dahulu pernah diletakkan arca-arca pada relung-relung ini (foto sebelah kiri).
Ruangan dalam candi utama berisi sepasang lingga dan yoni yang disangga oleh figur ular sendok, seekor makhluk mitos Hindu perlambang penyangga bumi (foto atas sebelah kanan).
Lingga dan yoni sejak lama sudah dikenal sebagai simbol kesuburan atau penyatuan antara Syiwa dan Parwati.
Tampak pula relief sepasang apsara yang terkesan sedang terbang di ruang dalam ini (foto bawah).
Ruang dalam candi utama ini memang tidak terlampau luas, tetapi tetap saja cukup gelap karena ketiadaan jendela seperti pada 3 candi perwara-nya. Udara di dalam sini terkesan lembab dan berat untuk bernapas, mungkin karena saat kami datang ke sini hari masih pagi.
Tiga buah candi perwara tampak menghadap ke candi utama (timur) seperti foto di atas. Ketiga candi kecil ini memiliki ruangan di dalamnya. Sinar matahari dapat menerobos ke dalam lewat jendela kerawangan berbenatuk belah ketupat. Atap candi perwara terdiri atas 3 undakan yang dimahkotai barisan ratna. Candi perwara yang berada di tengah melindungi arca lembu Nandini, kendaraan Dewa Syiwa.
Dua foto di atas menunjukkan bukti dari dugaan para ahli sejarah bahwa meski dataran Gumuk Ijo tempat kompleks utama candi hanya memiliki luas tak sampai 1 hektar, diprediksi bahwa pada masa lalu kompleks Candi Ijo jauh lebih luas, menjorok ke arah barat dan utara.
Faktanya memang seperti ditunjukkan oleh foto, ketika lereng Gumuk Ijo sebelah barat dan utara digali oleh penduduk, banyak ditemukan artefak yang berkaitan dengan candi, bahkan kami melihat aktivitas restorasi sebuah candi pemujaan kecil (perwara) di sebelah barat lereng. Selain pembangunan ulang candi yang tampak hanya tinggal menunggu puncak atapnya saja ini, di dekatnya - tertutup oleh atap kerja sementara - tampak pondasi beberapa bangunan kuno lain sedang diekskavasi dan dibersihkan pula. Bisa jadi itu merupakan pondasi candi lain yang menunggu waktu restorasi.
Produk ranting inul aneka desain, detil klik di sini... |
Sekitar satu jam kami berada di kompleks Candi Ijo, kami pun bersiap untuk pindah ke spot berikutnya : Taman Tebing Breksi dan Lava Tour Merapi. Sembari berjalan kembali ke area Parkir Ijo kami melihat Masjid Kayu Candi Ijo ternama di sisi selatan taman (foto di bawah). Karena cukup jauh, maka kami tidak singgah ke sana.
Sebenarnya sekitar 500 m ke arah timur kompleks Candi Ijo, terdapat spot sunrise yang belakangan kian beroleh nama yaitu Bukit Sunrise Srumbung Indah. Bertolak belakang dengan dataran Candi Ijo yang membuka ke barat, maka Srumbung Indah berupa lereng bukit yang membuka ke timur sehingga sangat sesuai untuk berburu matahari terbit. Anda yang memiliki waktu untuk berkunjung ke sini menjelang sunrise dapat memasukkan spot ini ke dalam daftar singgah....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar