Handicraft Center kok judulnya 'Pondok Dahar Lauk Jogja'? Mmmm... nama memang tidak perlu literally nyambung, kan? Bisa karena kami memang berasal dari Jogja, bisa juga karena memang pusat hobi kami ini dirintis dari rumah makan mungil kami, Pondok Dahar Lauk Jogja (back to 2011)...
However, pusat hobi kami ini berkarya dalam aneka handicraft
Jogja seperti bambu ulir cendani, vas & meja set gerabah Kasongan, vas kayu minimalis, serta rupa-rupa handicraft yang tak mesti berlabel 'Jogja' semisal bunga rangkai aneka jenis, ranting hias, lukisan bunga, pigura 3D, serta buah & pohon topiary artificial.
Pokoknya Jogja and Florist Enthusiast untuk Anda yang berkediaman di Bekasi dan sekitarnya...

Untuk navigasi cepat ke 'KATALOG UPDATE TERAKHIR' kami, klik di sini...

header gambar laukkita

Hot Items

HOT ITEMS :
* Handicraft Bambu Ulir : Bambu Ulir Cendani Aneka Model
* Handicraft Vas Gerabah : Vas Gerabah Aneka Model
* Handicraft Ranting Hias : Ranting Inul Aneka Model

Rabu, 09 Mei 2018

Jalan-Jalan 2 Hari di Kuala Lumpur : D1 Menginap di Colmar Tropicale French Village

Tiba di Colmar Tropicale sekitar pukul 6 sore - detil perjalanan kami dari KL ke Colmar bisa dibaca di sini... - kami sekeluarga tak lupa menginformasikan ulang agar Mas Zaki menjemput kami besok di Colmar pukul 13:00.
Pelunasan uang sewa mobil selama di KL kami berikan langsung kepada Mas Zaki pula saat itu.
Gerbang masuk area hotel bergaya Eropa abad pertengahan yang konon terinspirasi dari desa Colmar di Alsace Region, timur laut Perancis, yang disebut-sebut sebagai desa terindah di dunia ini (foto di sebelah kanan) segera membuat kami jatuh cinta.
Segera menuju lobby, kami dilayani oleh staf hotel yang ramah dan cukup cepat dalam proses check in (foto di kiri bawah). Staf hotel bahkan menanyakan tiket masuk ke area Colmar agar kami dapat segera menerima refund. Di sini kami juga membayar tourism tax bagi warga non-Malaysia sebesar RM 10. Selain itu kami juga menerima voucher sarapan dan shuttle tamu hotel ke Taman Jepun (Japanese Village) yang memang masuk ke itinerary kami esok hari, masing-masing untuk 4 orang. 

Beres proses check in, kami menuju blok Camelia di mana kamar kami berada. 
FYI, kami sudah melakukan booking sejak sekitar sebulan sebelum kedatangan. Ketika itu kami melakukan booking via Traveloka yang menyediakan opsi pembayaran hotel Colmar via Indomaret dalam Rupiah. Bagi kami yang sudah sejak lama tidak lagi memiliki kartu kredit, opsi booking online memang sedikit lebih terbatas, tetapi alhamdulillah masih bisa, asal kita mau mencari.
Ketika itu kamar Family yang kami booking dijual seharga sekitar RM 410.
Kamar 306 yang kami tempati terletak di lantai 3 bangunan (kami mencantumkan request 'non smooking room dan high floor' saat booking). Kondisi gedung memang sudah tidak baru, lift-nya juga terkesan old, tetapi secara keseluruhan terkesan bersih dan terawat. Begitu masuk ke kamar, wah... kami langsung suka pada kamar Family ini! Jangan tanya anak-anak ya, mereka sih langsung menggunakan free room wifi dan mager di tempat tidur. Ya mungkin mereka lelah juga setelah menjalani aktivitas padat hari ini.

Aneka produk Bambu Ulir Rangkai, detil klik di sini...

Family room seperti ditunjukkan oleh foto-foto di bawah ternyata memiliki 2 ruangan terpisah. Masing-masing dengan king size bed, AC, TV LED, kipas angin gantung, meja tulis dan lemari. Kamar mandi hanya 1, dengan perlengkapan mandi standar dan bathtub. Sebuah kulkas kecil dan ketel air, 4 botol air mineral, dan kopi-teh seduh standar ada di 'kamar utama'. Tadinya kami berniat meminjam sajadah dari lobby, tapi karena lantai kayu di sini cukup bersih, maka kami urungkan. Penunjuk arah kiblat tentunya tersedia di setiap kamar.

Meskipun tidak setinggi Genting, daerah Bukit Tinggi di mana Colmar berada ini tetaplah cukup sejuk di malam hari. Karena agak dingin kami sempat mematikan AC dan menyalakan kipas angin gantung saja. 


View dari jendela kami adalah ke kolam renang di bawah sana. Tapi karena kami tidak membawa pakaian renang, maka kami tidak mencobanya...


Setelah semua beres dan anak-anak masih ingin mager di kamar, kami dan suami keluar sebentar melihat-lihat suasana karena matahari ternyata belum terbenam.
Di ujung dalam area resort terdapat menara pandang 3 lantai (foto sebelah kiri). Kami juga melewati bangunan blok Dahlia (foto sebelah kanan).
Kita bisa naik ke puncak menara pandang menggunakan lift yang tersedia di sana. Kondisi lift-nya memang tampak sudah tua dan agak meragukan, tapi alhamdulillah masih aman-aman saja digunakan kok...
Wow... pemandangan dari atas ternyata lebih cantik. Apalagi karena saat itu lampu-lampu resort mulai dinyalakan seperti foto-foto di bawah. Pedestrian di bawah tampak kosong karena saat itu memang sedang tak banyak tamu yang menginap di Colmar.
Sunset saat itu tidak terlalu bagus karena terhalang awan. Dari hutan yang mengelilingi area Colmar kami mulai mendengar suara serangga tonggeret bersahut-sahutan. Terus terang sudah lama sekali kami tak mendengar suara alam seperti ini. Dulu sekali waktu kami masih kecil kami ingat bahwa nyanyian serangga masih sering terdengar. Tapi sekarang tidak lagi... 



Di bawah menara pandang terdapat arena permainan ketangkasan (kiri bawah), sedangkan di bagian lain kami melihat fasilitas permainan untuk anak (kanan bawah). Tetapi memang ketika itu suasana sedang sepi. Sepertinya hanya kami dan suami yang berada di pedestrian...


Dari ujung dalam kami berjalan lagi ke ujung luar area resort, melewati deretan bangunan ala pedesaan Alsace dan restoran-restoran outdoor yang tampak mulai dipersiapkan untuk menyambut pengunjung makan malam oleh para staf.
Kami juga melintasi pancuran air yang terletak tak jauh dari blok Camelia (foto sebelah kanan). Di sebelah kanan pancuran pada foto tersebut sebenarnya terdapat semacam panggung yang tidak seberapa besar, tempat ditampilkannya aneka jenis pertunjukan gratis terjadwal kepada para tamu. Malam itu pun kami membaca di papan rencana acara bahwa akan diadakan pementasan. Tetapi ketika kami lewat saat itu belum ada apa-apa di sana.
Diameter kolam pancuran air ini tak begitu besar, sekitar 4m-an saja kami taksir. 
Pancuran ini konon terinspirasi dari adegan di salah satu film Disney 'Beauty and the Beast' yang menampilkan Belle duduk di pinggiran kolam berbentuk bulat ini sambil membaca buku, ditemani oleh beberapa ekor kambing gemuk yang mengelilinginya. 
Memang desain kedua pancuran tersebut - yang ada di Colmar Tropicale dan dalam film animasi 'Beauty and the Beast' - tidak mirip benar. Sama-sama memiliki 3 tingkat fountain walaupun desainnya berbeda. Tapi setidaknya keduanya mempunyai kolam berbentuk lingkaran yang mirip. Gambar perbandingan ini bisa dilihat nanti di bawah... 


Di sekitar jembatan masuk menuju area hotel (foto di atas), belasan tonggeret sepanjang kurang lebih 6cm beterbangan bebas. Beberapa bahkan hinggap di badan kami. Tonggeret berwarna hijau dan coklat ini sebenarnya tidak berbahaya. Tetapi suaranya yang nyaring mungkin bisa membuat takut orang yang tidak terbiasa... 

Setelah bersih-bersih dan shalat maghrib jamak ta'khir isya di kamar, akhirnya anak-anak mau juga diajak jalan-jalan keluar. Langit sudah gelap sempurna. Sama seperti sebelumnya, tak banyak tamu Colmar lain yang ada di sana ketika itu, sehingga kami cukup bebas berkeliaran.
Foto di bawah memperlihatkan anak-anak kami berada di dekat kolam pancuran air (kiri bawah). Sedangkan gambar di kanan bawah adalah perbandingan desain pancuran airnya Belle versi animasi Disney.


Restoran outdoor malam itu sepi pengunjung, meski pun sebenarnya semua meja, peralatan, dan staf resto sudah bersiap menyambut para tamu.

Setelah jalan-jalan bersama anak-anak tadi, kami masuk ke kamar dan beristirahat. That's the end of our D-1's story...
Esok paginya sesudah shalat subuh di kamar, kami sempat mengintip dari balik jendela. Waaa... ternyata sunrise pagi itu cukup bagus meski awan agak tebal (foto di bawah).

Pagi sebelum sarapan kami sempatkan berjalan pagi dulu di seputaran area resort. Sebagian permukaan jalan masih tampak basah, rupanya semalam turun gerimis ringan.


Bagus juga peringatan yang ditempel di setiap restoran yang ada di Colmar tentang larangan menjual minuman keras (foto sebelah kiri). Setidaknya kami catat terdapat resto La Flamme, Le Blasson, Le Poulet Roti, La Cigogne, Le Boulangerie, serta Ryo Zantei sebagai satu-satunya yang bernuansa Jepang. Semua mencantumkan karangan tersebut.
Di depan Le Blasson terdapat semacam 'sumur permohonan' yang konon di daerah asalnya di Eropa dipercaya dapat mengabulkan keinginan oarng yang menjatuhkan kepingan uang logam ke dalamnya (foto sebelah kanan).

Kami sarapan pagi di Le Blasson yang memang berada satu gedung dengan kamar kami. Abid membeli 1 voucher sarapan tambahan untuk anak-anak seharga RM 22. Sama lah kira-kira harganya dengan di sini. Pilihan menu dan rasa makanannya oke, standar hotel berbintang lah...
Tampak pada foto di sebelah kiri hanya beberapa meja yang pagi itu terisi tamu. Sebagian besar kosong sehingga kami bebas memilih tempat.
Bisa juga sih kita sarapan di area outdoor Le Blasson ini. Tapi karena akan agak jauh jika kami ingin menambah makanan atau mengambil menu-menu lainnya di meja prasmanan yang tersedia, maka kami memilih meja di dalam saja.
Resepsionis resto ini seorang pria muda, berwajah melayu sebenarnya. Tapi sejak kami masuk ke sini selalu berbahasa Inggris. Ya oke lah kalau begitu, English it will be... 

Aneka Produk Ranting Inul Rangkai, detil klik di sini...

Sesuai jadwal yang diberikan staf hotel, pukul 9:45 kurang kami bersiap di halte free shuttle ke Japanese Village yang berada tak jauh dari Colmar. Sebenarnya dari tiket yang kami terima di resepsionis, tamu kamar Family hanya menerima 4 voucher free shuttle. Artinya kami harus membeli 1 tiket Japanese Village lagi. Tapi menurut staf hotel driver free shuttle tidak pernah mempertanyakannya. Dan memang demikian adanya, kami berlima bisa naik shuttle secara cuma-cuma, driver bahkan sama sekali tidak meminta tamu memperlihatkan tiketnya.


Free shuttle berupa truck yang dimodifikasi memiliki kabin di bagian belakangnya seperti foto di atas. Kursi penumpang berwarna coklat berbahan fiberglass yang dilengkapi seat belt yang harus dipakai oleh setiap penumpang sebelum mobil berjalan. Memang sih, rute dari Colmar ke Japanese Village ternyata menanjak dan berkelok-kelok khas pegunungan, sehingga seat belt justru membantu kita agar tidak bergeser dari kursi. 
Perjalanan ke taman Jepun sendiri hanya butuh sekitar 5 menit. Mobil berjalan tepat pada pukul 9:45 yang merupakan waktu keberangkatan pertama setiap harinya. Sepertinya hanya kami berlima lah tamu hotel yang pagi itu menumpang shuttle ke Japanee Village. Penumpang lain adalah staf Taman Jepun yang baru naik juga dari Colmar.

Kami turun di parkiran Taman Jepun. Dan.... ternyata kita harus berjalan naik melewati deretan anak tangga di samping sebuah kuil kecil berisi patung telapak tangan seperti foto di bawah. Hadeuh... tapi oke lah, sudah sampai sini tanggung jika tidak naik ke Japanee Village yang juga merupakan bagian dari wilayah Colmar Tropicale.


Setelah mendaki anak tangga dan menempuh jalan aspal yang sedikit mendaki meskipun cukup landai, kita akan diarahkan untuk belok kiri menuju Taman Jepun yang berkontur naik-turun khas seperti foto di bawah. Meski berada di dataran tinggi tetapi temperatur udara cukup panas. Untunglah awan memayungi kawasan ini saat kami berjalan-jalan di dalamnya.

Spot foto andalan lokasi ini kami pikir seharusnya adalah jembatan batu berlatar belakang tebing buatan berbatu (foto sebelah kiri) dan air terjun buatan dengan suara air mengalirnya yang gemericik (foto sebelah kanan).
Tapi kok pada kedua foto itu tidak ada air mengalirnya?
Sayang seribu sayang ternyata menurut penjelasan staf Japanese Village, karena hari itu adalah hari kerja, mereka tidak menyalakan pompa yang memungkinkan air mengalir ke bawah. Hanya pada Sabtu dan Ahadlah pompa dinyalakan. Hadeuh... qadarullah kami tak berhasil mendapatkan foto seperti ulasan yang beberapa kali kami simak di website. Ya sudahlah, mau bagaimana lagi. Setidaknya pada hari kerja seperti saat kedatangan kami itu suasana taman sangat nyaman karena tidak crowded oleh pengunjung. 
Selain kami, pagi itu ada juga beberapa kelompok pelancong lain yang datang ke sini. Kami sempat berbincang sambil jalan dengan satu keluarga Malaysia yang ternyata datang dari Trengganu. Mereka pagi-pagi sudah jalan dari rumah dengan mobil pribadi. Ternyata mereka pernah ke Malang dan cukup antusias bertanya-tanya tentang apel Malang...

Di sini kita sebenarnya bisa menyewa kimono untuk berfoto ala Jepang di rumah bertatami yang ada di sini. Tetapi ketika itu karena anak-anak tidak begitu antusias, maka kami tidak jadi menyewa kimono. Kami hanya berjalan-jalan saja terus ke dalam kawasan.




Di dalam kami menjumpai hutan yang masih sangat alami. Banyak burung berekor panjang seperti murai beterbangan di antara dahan pepohonan rindang. Kalau di Indonesia sih mungkin sudah ditangkap, hehehe...
O iya, di KL dan sekitarnya ini kami melihat cukup banyak burung gagak beterbangan bebas. Sesuatu yang sepertinya agak jarang kami saksikan di tanah air. Mungkin habitat gagak memang cukup sesuai dengan alam di sini.
Setelah cukup puas melihat-lihat suasana, kami pun turun lagi ke halte free shuttle. Kurang lebih tepat pukul 11:00 kami sudah kembali menaiki shuttle, kembali ke hotel. Setelah itu beres-beres barang bawaan, lalu check out. 
Anak-anak masih sempat mencoba wahana bioskop 6D yang tersedia di sini (foto di bawah). Tempatnya tak jauh dari menara pandang. Tiket untuk anak-anak adalah RM 14, sementara untuk dewasa RM 17 per orang. Ketika itu anak-anak memilih film tentang roller coaster. Kita harus mengenakan kaca mata khusus untuk mendapatkan efek 3D. Maksud 6D mungkin efek kaca mata 3D ditambah kursi yang bisa bergerak 3D alias ke segala arah pula. Kalau ditotal kan jadi 6D... begitu barangkali. 



Setelah selesai di gerai 6D Adventure, kami menunggu sejenak di lobby hingga sekitar pukul 13:00 Mas Zaki akhirnya memberi tahu kami bahwa ia sudah tiba di gerbang Colmar. Kami pun segera menuju mobil untuk melanjutkan itinerary D2 kami berupa KL city tour.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar