Pada liburan Lebaran 1437H (2016) ini kami menyempatkan diri berkunjung bersama keluarga besar ke Waduk Gajah Mungkur. Walaupun lokasinya tak terlalu jauh dari rumah kami di bilangan Sewon, Jogjakarta (jika ditarik garis lurus sekitar 60 km), kepadatan lalu lintas khas masa Lebaran membuat perjalanan ke sana cukup melelahkan. Perjalanan pergi pada sekitar pukul 7 pagi mengambil rute Jalan Solo-Klaten-Sukoharjo-Wonogiri membutuhkan waktu sekitar 5 jam (rute warna merah pada peta di bawah).
Pulang ke Jogja via rute Pracimantoro-Wonosari-Dlingo (rute warna coklat) meski tidak seramai rute pergi karena hari sudah larut tetap membutuhkan waktu tak kurang dari 3,5 jam. Kami memang harus memutar ke arah Dlingo untuk menghindari kemacetan luar biasa antara Pathuk hingga Ring Road Jogja saat itu. Sementara berada di area waduknya sendiri hanya sekitar 3 jam. Jauh lebih nyaman memang datang ke sini dari Jogja di luar masa Lebaran!
Pulang ke Jogja via rute Pracimantoro-Wonosari-Dlingo (rute warna coklat) meski tidak seramai rute pergi karena hari sudah larut tetap membutuhkan waktu tak kurang dari 3,5 jam. Kami memang harus memutar ke arah Dlingo untuk menghindari kemacetan luar biasa antara Pathuk hingga Ring Road Jogja saat itu. Sementara berada di area waduknya sendiri hanya sekitar 3 jam. Jauh lebih nyaman memang datang ke sini dari Jogja di luar masa Lebaran!
Waduk Gajah Mungkur adalah sebuah danau buatan yang terletak sekitar 7 km arah selatan Kota Wonogiri, kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah. Perairan waduk ini dibuat dengan cara membendung sungai terpanjang di pulau Jawa yaitu Bengawan Solo, tepatnya di bagian hilir pertemuan dengan kali Keduang. Mulai dibangun oleh pemerintah RI dengan bantuan konsultan Nippon Koei Ltd., Jepang, pada tahun 1976 dan mulai dapat beroperasi pada tahun 1978 (pengerjaan baru benar-benar selesai pada 1981), waduk yang terletak di wilayah 7 kecamatan seluas kurang lebih 8800 ha ini dapat mengairi sawah seluas 23.600 ha di kabupaten Sukoharjo, Klaten, Karanganyar, dan Sragen. Selain fungsi irigasi, waduk ini juga berguna untuk memasok air minum Kota Wonogiri, mengendalikan banjir sungai Bengawan Solo (dari debit 4000
m3/detik menjadi 400 m3/detik sesuai kapasitas maksimum alur sungai di
hilir bendungan), budidaya perikanan air tawar terutama sistem karamba jala apung ikan nila, serta menghasilkan listrik dari PLTA sebesar 12,4 megawatt. Untuk membangun waduk ini pemerintah memindahkan penduduk yang tergusur perairan waduk melalui transmigrasi bedol desa ke Sitiung, wilayah Provinsi Sumatera Barat.
Waduk Gajah Mungkur lewat pengelolaan Taman Wisata Sendang Asri kini juga merupakan objek wisata alam yang populer di kawasan ini. Di sini tersedia fasilitas kapal untuk mengelilingi perairan, tempat memancing, berolahraga layang gantung (gantole), permainan sepeda air, restoran terapung dan tepi waduk, kereta keliling taman wisata, panggung terbuka, mushalla, serta area parkir mobil/motor yang cukup luas. Pada musim kemarau, debit air waduk akan mengecil dan sebagian dari dasar
waduk kelihatan. Tepian dasar waduk yang subur ini seringkali dimanfaatkan oleh
masyarakat setempat untuk bertanam tanaman semusim seperti jagung.
Waduk Gajah Mungkur didesain memiliki masa pakai hingga 100 tahun. Namun,
sedimentasi (pendangkalan) yang terjadi menyebabkan umur waduk ini diperkirakan tidak
mencapai target tersebut. Perum Jasa Tirta Bengawan Solo cukup kewalahan dalam melakukan perawatan terhadap waduk ini, menyusul kerusakan daerah aliran sungai (DAS) parah yang menyebabkan sedimentasi waduk sangat tinggi.
OK, kembali ke perjalanan kami saat itu... setelah menembus kepadatan lalu lintas Sukoharjo (jalan Solo-Wonogiri) menjelang siang, akhirnya kami tiba juga di Kota Wonogiri. Sekilas cukup aneh memasuki gapura/gerbang kota karena di sisi tulisan 'Selamat Datang di Wonogiri' terdapat patung Nyi Roro Kidul mengendarai kereta kuda menghadap utara. Patung besar ini berada di sebelah utara Terminal Krisak. Hmmm, cukup unik juga sih...
Selepas Wonogiri tak butuh waktu lama untuk tiba di Taman Wisata Sendang Asri. Kondisi jalan beraspal mulus meski berkelok, tetapi saat itu tidak macet.
Area parkir cukup padat terutama oleh mobil plat luar kota (kiri); suasana Sendang Asri (kanan)
Landmark Sendang Asri adalah plaza dengan tulisan besar-besar OW GAJAH MUNGKUR ini... sayangnya banyak pengunjung yang justru duduk-duduk di sini sehingga kita tak bisa mengambil foto landmark ini secara bebas.
Panggung hiburan terbuka saat itu menampilkan artis dangdut lokal (kiri); rumah makan ikan air tawar khas Gajah Mungkur berjejer (kanan)
Sajian ikan air tawar bakar dan favorit kami : wader goreng kriuk (kiri); peta wisata Wonogiri, tampak Waduk Gajah Mungkur di tengah daerah kabupaten sangat luas (kanan)
Kereta anak-anak (kiri); banyak yang memancing di tepian waduk, tampak menara di kejauhan (kanan)
Tepi waduk dilihat dari menara (kiri); lokasi piknik Sendang Asri (kanan)
Dermaga sepeda air Sendang Asri (kanan)
Sempat senyum geli melihat salah satu spanduk sepeda air Sendang Asri ternyata menggunakan foto kami yang sepertinya diambil dari blog ini (kiri); foto aslinya (kanan). Tidak apa-apa sih, malah numpang populer, hehehe...
Kita bisa juga naik perahu berkeliling danau dengan tiket hanya Rp.7000/orang, di sini seluruh penumpang wajib memakai jaket pelampung
Memutari keramba berisi aneka jenis ikan air tawar budidaya dari dekat dengan perahu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar