
Ketika itu kami mengambil rute dari rumah di Bangunharjo ke arah Kebumen (barat) via Jl. Daendels. Perjalanan cukup lancar, tetapi ya terbilang agak lama karena jaraknya memang lumayan jauh.
Sepanjang perjalanan via jalur paling selatan di Pulau Jawa ini kita akan disuguhi pemandangan kehidupan khas pedesaan Jawa Tengah, persawahan, dan hutan-hutan kecil yang tidak terlalu lebat.
Pada trek ini kita juga akan melewati kawasan Ambal yang terkenal dengan Sate Ambalnya yang maknyus...
A. Pantai Suwuk
Akses masuk ke Kawasan Pantai Suwuk berada di sebelah kiri jalan, kita berbelok ke arah kiri dan akan menjumpai gerbang seperti foto di bawah.

Detil harga tiket masuk seperti foto di samping kanan.
Setelah membayar tiket di loket tersebut, kita bisa langsung memarkir kendaraan di lokasi yang sudah ditentukan.
Area parkir kawasan yang cocok untuk wisata keluarga ini tergolong luas menurut kami, dengan daya tampung amat memadai baik untuk motor, mobil, maupun bus pariwisata.
Area parkir kawasan yang cocok untuk wisata keluarga ini tergolong luas menurut kami, dengan daya tampung amat memadai baik untuk motor, mobil, maupun bus pariwisata.
Ketika itu kami jumpai sudah banyak sekali mobil yang terparkir seperti ditunjukkan oleh foto di bawah. Area parkir melebar cukup jauh ke arah kiri gerbang masuk, jadi jangan khawatir tidak kebagian tempat. Dari area parkir mobil ini sebenarnya kita sudah bisa melihat badan pesawat Boeing 737-200 yang dijadikan icon kawasan ini berada di sebelah kanan.
Seperti lazimnya kawasan wisata publik, kita juga akan mendapati puluhan lapak pedagang makanan-minuman berbaris di tepian jalan akses area parkir, bahkan hingga ke dekat pasir pantai.
Dan tak hanya itu, odong-odong murah-meriah juga berseliweran di sini... bergerak perlahan sambil membawa penumpang berkeliling (diperlihatkan oleh foto-foto di bawah).
Seperti lazimnya kawasan wisata publik, kita juga akan mendapati puluhan lapak pedagang makanan-minuman berbaris di tepian jalan akses area parkir, bahkan hingga ke dekat pasir pantai.
Dan tak hanya itu, odong-odong murah-meriah juga berseliweran di sini... bergerak perlahan sambil membawa penumpang berkeliling (diperlihatkan oleh foto-foto di bawah).

Kawasan Pantai Suwuk memiliki Mushalla As-Salam yang berada tak jauh ke arah kiri dari gerbang masuk area (foto di bawah).
Mushalla yang dicat dominan warna biru ini nyaman dan berukuran cukup besar sebenarnya. Sayangnya ketika itu kami perhatikan kebersihan bagian dalamnya agak kurang... ke depannya mungkin bisa ditingkatkan lagi oleh pihak pengelola...
Mushalla yang dicat dominan warna biru ini nyaman dan berukuran cukup besar sebenarnya. Sayangnya ketika itu kami perhatikan kebersihan bagian dalamnya agak kurang... ke depannya mungkin bisa ditingkatkan lagi oleh pihak pengelola...
Di sebelah kanan mushalla kami melihat area bermain anak (foto di bawah) yang saat itu tampak hanya digunakan oleh 1-2 orang anak yang bermain di sana. Mungkin karena hari sudah cukup panas. Menjelang sore bisa jadi akan lebih banyak anak-anak bermain di sini.

Landmark 'Pantai Suwuk' sendiri ternyata berada menjelang area pasir pantai (foto sebelah kiri). Jadi cukup jauh ke dalam dihitung dari gerbang masuk.
Cukup tricky untuk mencoba berfoto di landmark ini karena letaknya yang tepat di tepi jalan lingkar/akses kawasan sehingga pengunjung yang berjalan kaki maupun berkendaraan terus beralu-lalang di depan landmark... harus agak sabar menunggu suasana agak lengang untuk berfoto.

Dari arah darat sih kontur pantainya memang tampak landai... tetapi konon berubah curam di beberapa lokasi begitu sudah masuk ke laut.
Pasirnya berbutir cukup halus dengan warna coklat terang hingga agak gelap. Kebersihan area cukuplah meski di sana-sini masih terlihat serakan sampah. Tapi kami pikir untuk ukuran high season Lebaran, volume sampah demikian sudah tergolong bagus meski pantai tengah dipenuhi pelancong.


Tetapi karena kami memang merencanakan untuk mencoba kolam renang pesawat, maka kami hanya sekedar membasuh kaki saja di pantai saat itu.
Ombak terpantau memang cukup besar... mungkin ini menjadi salah satu faktor penyebab tak terlalu banyaknya pengunjung yang mandi-mandi di laut.
Pada foto di sebelah kanan atas, Bukit Hud terlihat kehijauan di latar belakang foto. Bukit Hud ini belakangan cukup populer sebagai spot foto dari ketinggian, maupun foto sunset.


Bagi Anda yang memang hanya berniat datang ke Suwuk untuk bersantai saja di pantai alih-alih mandi-mandi di laut, tersedia puluhan payung warna-warni berukuran besar yang bisa disewa.
Dari kejauhan, pemandangan deretan payung yang mengembang aneka warna ini tampak manis berlatar belakang samudera dan langit biru bersih nyaris tanpa awan saat itu (foto sebelah kanan).
Sebenarnya selain beraktivitas di atas pasir pantai atau mandi-mandi di laut, kita bisa juga menyewa perahu (@ Rp. 10rb PP) yang akan membawa kita dari Pantai Suwuk ke Pantai Karang Bolong, lalu kembali lagi ke Suwuk.
Pantai Karang Bolong berlokasi tepat di sisi barat Suwuk, atau di sisi utara Bukit Hud... hanya dipisahkan oleh sebuah sungai yang tak terlampau besar dari Suwuk. Sesuai namanya, pantai ini didominasi oleh formasi karang, dengan hanya sedikit area berpasir. Jadi memang tipenya berbeda dengan Suwuk.
Perahu ke Karang Bolong ditunjukkan oleh foto di bawah. Kapasitas pastinya kami tidak tahu, tapi muat cukup banyak penumpang.
Perahu ke Karang Bolong ditunjukkan oleh foto di bawah. Kapasitas pastinya kami tidak tahu, tapi muat cukup banyak penumpang.
Tak butuh waktu lama untuk berlayar dari Suwuk ke Karang Bolong karena jaraknya memang terbilang dekat. Spot andalan Karang Bolong ya memang sebongkah cadas karang besar yang berlubang bagian tengahnya alias bolong (foto di kanan bawah). Lorong di dalam karang ini selayaknya jangan terluput dari dokumentasi Anda...
B. Kolam Renang Pesawat

Menurut informasi di website, Dinas Pariwisata Kebumen sengaja mendatangkan pesawat 737-200 buatan 1986 ke Pantai Suwuk sebagai penarik wisatawan, khususnya anak-anak usia pelajar.
Pesawat ini dulunya tercatat digunakan oleh TNI Angkatan Udara dan Merpati Nusantara Airlines.
Harga tiket masuknya Rp. 15.000 per orang seperti foto di sebelah kanan. Loket penjualan tiket berwarna hijau (foto di bawah) terletak di sebelah utara area kolam renang. Kami segera masuk ke dalam setelah memiliki tiket.
Begitu masuk ke dalam area kolam renang... jreng... ternyata sudah ramai pengunjung yang berada di sini.
Kita semestinya berganti pakaian renang di dalam ruang ganti. Tetapi karena ketika itu cukup crowded, maka anak-anak kecil berganti baju di bangku seputaran kolam saja, sementara yang dewasa ya mau tidak mau harus sedikit antri di ruang ganti.
Pusat perhatian di kolam ini tentunya ya pesawat Boeing-nya (foto di bawah). Fisik pesawat ini sendiri jika dilihat dari jauh masih tampak baik. Tetapi dari jarak dekat barulah terlihat karat dan fisik yang mulai menua di sana-sini. Begitu pun konstruksi pesawatnya terlihat cukup kokoh dan aman bagi pengunjung yang sedang berenang di sekitarnya.
Kita semestinya berganti pakaian renang di dalam ruang ganti. Tetapi karena ketika itu cukup crowded, maka anak-anak kecil berganti baju di bangku seputaran kolam saja, sementara yang dewasa ya mau tidak mau harus sedikit antri di ruang ganti.
Pusat perhatian di kolam ini tentunya ya pesawat Boeing-nya (foto di bawah). Fisik pesawat ini sendiri jika dilihat dari jauh masih tampak baik. Tetapi dari jarak dekat barulah terlihat karat dan fisik yang mulai menua di sana-sini. Begitu pun konstruksi pesawatnya terlihat cukup kokoh dan aman bagi pengunjung yang sedang berenang di sekitarnya.

Air kolam renang cukup bersih dan layak. Dari apa yang kami lihat kondisi keramik kolam renang ini juga baik, dalam arti tidak terpantau keramik yang lepas atau bagian-bagian lain yang tajam yang berpotensi melukai pengunjung.
Ukuran kolam renang ini besar. Kami taksir total sekitar 20x30 m. Pesawat Boeing ditempatkan di atas landasan beton yang kokoh kurang lebih di pertengahan kolam.
Pada sisi kolam renang bagian barat terdapat wahana seluncuran dan air tumpah bagi anak-anak (ditunjukkan oleh foto di atas). Kedalaman air di sini hanya sekitar 30-an cm... tampaknya memang diperuntukkan bagi anak kecil.
Sedangkan sisi kolam bagian timur lebih kosong dan sedikit lebih dalam seperti foto di sebelah kiri atas. Tampaknya sisi timur ini dibuat untuk pengunjung yang lebih dewasa dan yang memang ingin 'berenang serius'.
C. Sate Ambal
Setelah shalat zuhur, kami meninggalkan kawasan Pantai Suwuk. Rute yang kami pilih dalam perjalanan pulang ke Jogja masih sama dengan rute perginya, yaitu via Jl. Daendels. Artinya, kami akan melewati deretan warung Sate Ambal lagi....
Sesuai rekomendasi seorang saudara, kami merapat ke warung Pak Kasman (Pertama) yang berada di sebelah kiri jalan arah timur. Warung ini letaknya sudah hampir di ujung timur deretan sate-sate Ambal, alias nyaris paling akhir dihitung dari arah Kebumen.
Tampak luar dan bagian dalam warung Sate Ambal Pak Kasman diperlihatkan oleh 2 foto di atas. Tidak mewah berlebihan, tetapi tentunya pas lah untuk bersantap.
Paket sate Ambal disajikan seperti foto di atas... Potongan daging ayam sate Ambal cukup besar. Satenya disajikan kering (belum disiram kuah). Teman bersantapnya adalah potongan ketupat/lontong seperti biasanya penyajian sate.
Nah, kita tinggal ambil saja sate ayam dan potongan ketupatnya ke piring, lalu siram dengan kuah ambalnya seperti foto di atas... wah, pasti maknyusss...

Sate Ambal Pak Kasman ini dijual per 10 tusuk @ Rp. 20.000, alias Rp. 2000 per tusuknya seperti foto di sebelah kanan. Terhitung tidak mahal tentunya untuk ukuran potongan jumbo model begini.
Yang unik dari sate Ambal memang jenis kuahnya... Jika sate ayam biasanya menggunakan bumbu kacang dengan rasa dominan gurih-manis, maka kuah sate Ambal memiliki campuran ulekan/blenderan tempe. Rasa dominan kuah Ambal ini adalah manis-pedas, dengan rasa tempe yang tetap kental di lidah. Boleh juga sih untuk variasi rasa sate yang biasanya selalu saja dengan bumbu kacang...
Kami bersantap di warung Pak Kasman ini hingga masuk waktu ashar. Mushalla di warung ini bersih, terletak di bagian dalam bangunan. Ukurannya tidak terlalu besar sehingga kami ketika itu shalat bergantian... tetapi cukup lah sebagai mushalla warung makan.