Konon, salah satu karakteristik masyarakat modern adalah tak percaya tahayul. Anggapan sok modern semacam itu tidak sepenuhnya benar, karena dalam sebuah artikel ilmiah di Smithsonian magazine berjudul Triskaidekaphobia (ketakutan terhadap angka 13), psiko-sosiolog Paul Hoffman melaporkan hasil risetnya bahwa akibat phobia terhadap nama ruwet itu, setiap tahun Amerika Serikat dirugikan tak kurang dari 1 milyar dolar akibat absenteisme, pembatalan perjalanan darat, udara, dan laut, sambil memerosotkan kinerja ekonomi, bisnis, dan industri pada setiap tangal 13 bulan berjalan, apalagi jika kebetulan jatuh pada hari Friday.
Tidak heran, film Friday the 13th begitu laris dikonsumsi di AS, sampai diproduksi serial beruntun! Beberapa insan paling mahakayaraya seperti Paul Getty hingga mantan presiden AS Franklin Delano Roosevelt selalu tegas menolak menghadiri acara resmi yang dihadiri 13 orang.
Demi membasmi tahayul bahwa angka 13 adalah angka sial, pada tahun 1884 sekelompok warga New York nekat mendirikan The Thirteen Club. Mereka sengaja mengadakan pertemuan rutin setiap tanggal 13 bulan berjalan tepat pada pukul 13.13 di suatu gedung pertemuan bernomor 13, dihadiri 13 orang (atau apabila lebih maka harus tepat berjumlah kelipatan 13), dengan iuran anggota USD 13/bulan.
Logo The Thirteen Club berupa kapak dewa kematian (dalam tradisi Barat) menyilang di depan jam pasir, dengan semboyan Morituri te salutamus (kami yang akan segera mati memberi hormat padamu).
Mereka ingin membuktikan bahwa segenap anggota klub 13 itu sama sehat, sama makmur, sama selamat, sama beruntung, dan sama panjang usia dengan anggota klub mana pun. Ketika itu beredar tahayul bahwa berkumpul bertigabelas pada satu meja adalah sial, di mana salah satu akan meninggal dalam waktu setahun.
Tahayul ini diperkirakan berasal dari Perjamuan Terakhir ketika Yesus dan 12 muridnya mengadakan perjamuan bertigabelas pada satu meja, lalu Yesus (dalam kepercayaan Nasrani) meninggal tak lama sesudahnya.
Atau kisah Perjamuan Valhalla dari mitologi Viking ketika 12 dewa mangadakan pejamuan, lalu datanglah Loki sebagai dewa ke-13 yang kemudian membuat kekacauan sehingga terbunuhlah Balder, dewa favorit di antara dewa-dewa Viking.
Pada tahun 1887, The Thirteen Club sudah beranggotakan lebih dari 400 orang, termasuk di antaranya 5 presiden sebagai anggota kehormatan : Chester Arthur, Grover Cleveland, Benjamin Harrison, William McKinley, dan Theodore Roosevelt. Namun yang jelas, misi The Thirteen Club itu bernasib sial. Terbukti tahayul atas angka 13 sebagai angka sial itu tetap saja bertahan hingga masa kini.
Ada yang menarik soal keterkaitan angka 13 dengan mata uang Amerika Serikat. Jika kita teliti selembar uang kertas satu dolar AS, ternyata di bagian belakang tampil piramid dengan 13 jenjang. Semboyan di atasnya berbunyi annuit coeptis yang terdiri dari 13 huruf. Di pita tergigit paruh burung elang tertulis E pluribus unum, juga terdiri dari 13 huruf. Di atas kepala sang elang bersinar 13 bintang, di perisai terlukis 13 garis, cakar kiri mencengkeram 13 anak panah, sementara di cakar kanan sebatang zaitun berdaun 13 helai, perlambang bahwa pada masa berdirinya, semula Amerika Serikat memang hanya terdiri atas 13 negara bagian.
Meskipun nilainya mungkin sering naik-turun, namun tak disangkal bahwa AS$ serba 13 itu sampai kini tidak dapat dianggap berkarier sial, malah telah diakui sebagai mata uang paling suprematif di dalam sistem moneter dunia!
Sang mega star komponis Jerman, Richard Wagner juga senantiasa dirundung angka 13. Jumlah huruf Richard Wagner sendiri sudah 13, dilahirkan pada tahun 1813, yang apabila keempat angkanya dijumlah juga menjadi 13. Penampilan perdana Wagner di depan publik terjadi pada tahun 1831, yang apabila segenap angkanya dijumlah juga lagi-lagi menjadi 13.
Salah satu opera akbarnya, Tannhaeusser, dirampungkan 13 April 1845, lalu dipagelarperdanakan di paris tanggal 13 Maret 1861 (1 x 8 + 6 - 1= 13). Tanggal 13 Agustus 1876 (7 + 6 = 13), pertama kali Wagner mulai mempergelarkan mega-siklus Ring of the Nibelungen. Wagner sempat diangkat menjadi direktur Teater Riga yang resmi dibuka pada 13 September. Opera mahakarya Wagner seluruhnya berjumlah 13.
Karena alasan politis, Wagner meninggalkan tanah airnya selama 13 tahun, dan meninggal dunia tepat pada 13 Februari 1883, yang kebetulan merupakan tahun ke-13 berdirinya Federasi Jerman Baru. Kendati demikian, tidak bisa dikatakan semasa hidup Richard Wagner, yang kini dijunjung sejajar dengan Bach, Bethoven, atau Brahms, senantiasa dirundung sial belaka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar