Akhir Mei 2013, anak pertama kami tampaknya mulai tertarik dengan proyek-proyek robot sederhana. Dia kami pergoki sering berdiskusi dengan suami tentang prinsip kerja robot. Agak geli juga mendengarnya karena suami kami tampak berusaha keras menjelaskan dengan bahasa dan contoh yang sesederhana mungkin, sementara logika kelas 3 SD anak kami bagaimanapun masih tertatih-tatih mencerna penjelasan tersebut. Jadi ia bolak-balik menanyakan hal yang sama pada suami. Tapi untungnya mereka berdua tampak enjoy, jadi kami pun mendengarkan saja sambil tersenyum-senyum...
Dan apa yang kami tangkap dari penjelasan suami kurang lebih : robot tidak mesti berbentuk manusia atau robot ala film animasi, tetapi bisa saja hanya berupa sistem sederhana yang dapat 'berfikir sendiri untuk memutuskan apa yang harus robot itu lakukan secara mandiri' dengan memanfaatkan sensor, motor/tenaga penggerak, serta sistem transmisi gerakannya. (kayaknya sih begitu deh....)
Dari diskusi, ujungnya bisa ditebak dong : anak kami ingin merakit sebuah robot sederhana! Dan suami kami pun langsung ok. Suami kami memilihkan robot line follower sederhana sebagai proyek pertama untuk belajar anak kami. Suami kami membeli part robot terurai (foto di bawah) agar anak kami dapat belajar merakitnya, tidak terima jadi.
Merakitnya ternyata gampang-gampang susah (apalagi karena ini adalah proyek pertama). Anak kami mulai merakit dari pelat bawah, terutama bagian kedua roda kanan-kiri :
Setelah selesai dirakit, robot line follower tadi tampak seperti foto di bawah:
Pelajaran dan pengalaman ternyata banyak didapat pada tahap percobaan setelah robot selesai dirakit. Dimulai dari robot yang terus berputar-putar (tidak maju ke depan). Setelah dicek, suami kami kemudian membalik terminal kabel salah satu motor penggerak roda agar arah putar roda kanan berbeda dengan kiri sehingga robot tidak berputar-putar. Satu masalah selesai, robot sudah bisa berjalan lurus ke depan.
Giliran dicoba di lintasannya (garis hitam di atas dasar putih/warna terang), robot ini ternyata tidak megikuti lintasannya dengan baik. Lagi-lagi suami dan anak kami mengutak-atik robot dan garis lintasan. Suami kami menyimpulkan sensor robotnya ok, sehingga kemudian mereka ganti fokus ke lintasannya. Dan memang tebal garis hitam lintasan ini tidak bisa terlalu sempit, harus sekitar 3 cm agar sensor robot dapat membaca arah lintasan dengan sempurna.
Ya sudah, setelah garis lintasan dipertebal (suami kami membuatnya dengan merekatkan lakban hitam ke atas lantai), robot line follower ini baru dapat bekerja dengan baik.
Sensor robot ini jika dilihat dari bawah akan tampak seperti foto berikut (4 LED-nya mengeluarkan cahaya merah):
Cara kerja robot line follower ini ternyata cukup sederhana, memanfaatkan pantulan cahaya LED dan sensor LDR. Jika LDR menerima pantulan cahaya (saat melewati lintasan berwarna putih/terang), maka motor akan bergerak maju. Sebaliknya saat LDR tidak menerima pantulan cahaya (melewati garis hitam), motor akan berputar lebih pelan sehingga unit robot berbelok ke kiri atau kanan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar