Ranting inul krisan merah (vas kayu 45cm), Rp. 175.000/set |
Sebagian besar orang yang hidup di dunia ini termasuk Anda tentunya
pasti ingin memiliki kekayaan yang banyak. Istilah kaya raya, makmur,
gemah ripah loh jinawi, bahkan istilah istilah gaul tajir mampus, dan
sebagainya, kerap digunakan untuk menggambarkan kekayaan yang dimiliki
seseorang.
Tetapi, seperti halnya bunyi sebuah ungkapan, keinginan
hanya di bibir saja. Alias hanya terucap, namun tidak pernah menjadi
sesuatu dogma, sikap, maupun tindakan. Karena pada kenyataannya banyak
hal yang Anda lakukan justru menjauhkan Anda dari kekayaan, bukan justru
mendekatkan. Simak saja beberapa hal di bawah ini, yang bisa jadi kerap
Anda lakukan dan ternyata menjauhkan Anda dari kekayaan:
Receh remeh
Ingat
ini: Tidak akan menjadi uang sebesar satu miliar rupiah kalau kurang
Rp500,- Jadi, jangan remehkan uang receh yang Anda terima sebagai
kembalian. Agar terasa berarti, sediakan sebuah toples untuk tempat Anda
mengumpulkan uang receh. Setelah terkumpul, akan ada banyak hal yang
bisa Anda lakukan dengan uang receh tersebut.
Pigura 3D daisy ungu set of 3, Rp. 200.000/3 pigura |
Mental bos
Setiap
manusia pasti senang diperlakukan istimewa. Namun seringkali perlakuan
istimewa tersebut menimbulkan konsekuensi keuangan. Pertanyaannya,
seberapa perlu Anda mendapatkan perlakuan istimewa tersebut? Misalnya,
mencari parkir sendiri Vs. menggunakan fasilitas valet parking (Anda
bisa berhemat minimal Rp50 ribu), duduk di bangku first class Vs.
business class Vs. economy class dalam pesawat (Penghematan minimal
Rp300 ribu), dan sebagainya. Pun kalau memang Anda punya uang, coba
pikirkan lagi konsekuensinya.
Salah persepsi
Sering
kali otak menipu Anda, dengan memberikan informasi yang pada saat itu
terkesan ekonomis, tapi pada akhirnya justru membebani keuangan. Hal ini
terjadi karena banyak hal. Bisa karena pengetahuan Anda tentang sesuatu
hal terbatas, sehingga informasi yang Anda olah malah salah, atau, Anda
terburu-buru mengambil keputusan. Kunci mengatasi ini sesungguhnya
simpel: berhenti sejenak dari semua kegiatan, lalu pikir ulang
dalam-dalam, dan lengkapi diri dengan informasi. Ingat, berhemat, bukan
selalu berdampak pada saat itu juga, melainkan bisa dalam jangka
panjang.
Anggrek bulan (vas kayu 12 cm), Rp. 95.000/set |
Alihkan risiko
Industri asuransi
adalah salah satu industri yang sudah lama ada di muka bumi. Memberi
proteksi atas banyak hal, dari kapal tanker beserta muatannya, sampai
bibir seksi seseorang. Jadi, jika Anda adalah penghasil pemasukan bagi
keluarga, maka Anda layak diasuransikan. Rumah, mobil dan aset berharga
lain, juga layak diasuransikan. Intinya adalah sebisa mungkin
mengalihkan risiko atas harta Anda.
Berhemat tidak sama dengan pelit
Menghitung
uang kembalian sampai rupiah terkecil, membuat Anda bakalan dijuluki Si
Pelit. Benarkah demikian? Jawabannya, tidak! Kita terbiasa dengan mudah
melupakan uang kembalian atau uang selisih pembelanjaan sebesar Rp500,-
bahkan Rp1.000,- di supermarket atau stasiun pengisian bahan bakar umum
atau SPBU. Padahal, selisih uang tersebut tetap memiliki arti, dan
merupakan hak Anda. Bahkan, kumpulan uang receh kembalian bagi SPBU atau
supermarket bisa menambahkan keuntungan yang jumlahnya pasti tidak Anda
pernah kira besarnya. Itu membuat tindakan Anda menuntut pengembalian
sampai rupiah terkecil bukan sikap pelit.
Jaga pengeluaran
Ketika
gaji naik, orang cenderung untuk menaikkan juga pengeluaran mereka.
Padahal, tak ada yang salah dengan pengeluaran selama ini. Keinginan
tersebut seharusnya bisa Anda tekan, dengan mengalihkan selisih uang
tambahan kenaikan gaji menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat di masa
depan. Misalnya dengan menambah persentase uang yang ditabung, dan
investasi.
Kendalikan bonus. Sama halnya dengan kenaikan gaji, bonus yang Anda peroleh seharusnya menjadi kesempatan emas untuk menambah kekayaan, baik dalam bentuk aset maupun tabungan dan dana darurat. (readersdigest/bn)
Kendalikan bonus. Sama halnya dengan kenaikan gaji, bonus yang Anda peroleh seharusnya menjadi kesempatan emas untuk menambah kekayaan, baik dalam bentuk aset maupun tabungan dan dana darurat. (readersdigest/bn)
sumber : http://ht.ly/t17jd
Tidak ada komentar:
Posting Komentar