Pemanas air gas (gas water heater/GWH) saat ini telah menjadi kebutuhan penting bagi rumah tangga kota besar di Indonesia. Tak hanya kota-kota di daerah berhawa sejuk seperti Bandung atau Malang saja, warga kota-kota pesisir seperti Jakarta pun belakangan kian membutuhkan alat untuk mandi dengan air hangat ini mengingat kesibukan yang kian padat sehingga mayoritas penghuni kota besar harus berangkat kerja sebelum matahari terbit, dan baru pulang kembali ke rumah setelah malam. Praktis, mandi dengan air hangat menjadi kebutuhan penting bagi pola mandi seperti ini.
Di pasar, setidaknya beredar tiga kategori pemanas air yang dibedakan menurut sumber pemanasnya, yaitu tenaga matahari (solar WH), listrik (electric WH), dan gas (GWH). Masing-masing kategori memiliki plus-minus tersendiri :
- matahari : sumber panas terbatas saat matahari bersinar terik (malam hari atau ketika mendung tentu proses pemanasan tidak berlangsung, sementara di saat inilah kebutuhan air hangat sangat tinggi), harga alat dan instalasi awal relatif tinggi, proses pemanasan air kurang cepat, tetapi biaya operasional (pemanasan air) praktis gratis.
- listrik : membutuhkan daya listrik tinggi (1000-an watt), proses pemanasan air cepat, biaya operasional mengikuti kenaikan tarif PLN
- gas : hasil pembakaran gas menghasilkan gas buang (CO) yang dalam kadar tertentu berpotensi membahayakan kesehatan, proses pemanasan air sangat cepat, biaya operasional mengikuti tarif LPG.
Contoh GWH tanpa cerobong gas buang |
Perhatikan bahwa di bagian atas GWH tersebut tidak dipasangkan cerobong pembuangan gas buang yang seharusnya ada. Sementara di bagian bawah, 3 saluran yang tersedia sudah terpasang dengan benar, yaitu : selang LPG masuk (kiri), selang air hangat keluar (tengah), dan selang air dingin masuk (kanan).
Memang, biasanya produsen GWH sudah memasang sticker peringatan bahwa GWH seharusnya tidak dipasang di dalam kamar mandi. Ini karena produsen memahami potensi bahayanya, serta tentunya ingin mengamankan produknya dengan telah mencantumkan peringatan bahaya. Namun demikian, pengguna yang mayoritas awam dengan potensi bahaya ini hampir semua tidak membaca peringatan ini, atau kalaupun membaca tentu merasa jengah dengan ketentuan memasang GWH di luar kamar mandi. Apakah mereka harus keluar kamar mandi tiap kali ingin mengatur tingkat kehangatan airnya? Tentu tidak praktis, bukan?
Potensi bahaya dari GWH tanpa cerobong gas buang ini adalah akibat akumulasi gas CO (karbon monoksida) di dalam kamar mandi. Kronologisnya begini :
- Saat GWH baru dinyalakan, konsentrasi oksigen (O2) di dalam kamar mandi yang tertutup masih cukup tinggi, sehingga pembakaran LPG masih berlangsung cukup ideal dengan gas buang berupa CO2 (karbon dioksida) yang tidak beracun.
- Setelah sekian lama dinyalakan, konsentrasi O2 di dalam kamar mandi yang tertutup terus menurun karena dipakai untuk membakar LPG serta pernapasan manusia yang sedang mandi tersebut, akibatnya pembakaran LPG berlangsung dalam keadaan kurang O2 (tidak sempurna), dan gas buang yang dihasilkan mulai bergeser ke CO (kecuali jika pengguna tadi mandi dalam keadaan pintu kamar mandi terbuka lebar sehingga kadar O2 di dalam kamar mandi tetap tinggi).
- Gas CO dikenal memiliki afinitas (kekuatan ikatan) terhadap hemoglobin (Hb) dalam darah sekitar 200 kali lebih kuat dibanding kekuatan ikatan Hb dengan O2. Akibatnya, kadar Hb-CO di dalam tubuh manusia meningkat, dan Hb-O2 turun. CO yang dibawa-bawa oleh darah ke seluruh organ tubuh manusia tentunya tidak dapat mendukung proses metabolisme yang justru membutuhkan O2. Akibatnya mudah ditebak, tubuh yang kekurangan O2 akan kehilangan keseimbangan, bahkan pada konsentrasi CO tinggi dapat menyebabkan kematian. Cukup banyak contoh kasus korban keracunan CO akibat penggunaan GWH tanpa cerobong gas buang.
Instalasi GWH yang benar adalah yang diperlihatkan oleh foto berikut :
Contoh GWH dengan cerobong ke atas |
Contoh penempatan tabung gas di luar kamar mandi |
Tampak bahwa cerobong gas buang sudah terpasang dengan benar, dan arah pembuangannya pun jauh ke atas plafon, di mana manusia tak mudah menghirupnya saat bernapas. Selain di buang ke plafon, gas buang dapat pula dibuang ke luar kamar mandi lewat tembok, tapi ini hanya berlaku untuk kamar mandi yang berbatasan langsung dengan udara bebas, tidak untuk kamar mandi di tengah rumah. Kamar mandi di tengah rumah harus memiliki pembuangan gas ke atas/plafon.
Contoh keran mix air panas-dingin |
Contoh foto instalasi GWH yang benar dengan arah cerobong gas buang ke luar lewat tembok adalah sbb. (foto sebelah kanan) :
Terlihat bahwa pipa cerobong berbentuk siku langsung mengarahkan gas buang ke udara bebas di luar kamar mandi. Hal ini sudah tepat dan aman bagi kesehatan.
Sementara tampak pula bahwa saluran ke luar air hangat adalah shower, air hangat langsung digunakan untuk mandi tanpa dicampur lagi dengan keran mix.
Sementara tampak pula bahwa saluran ke luar air hangat adalah shower, air hangat langsung digunakan untuk mandi tanpa dicampur lagi dengan keran mix.
So, siap untuk memasang GWH dengan benar dan aman di dalam kamar mandi Anda?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar