Mekarsari diresmikan sebagai taman wisata publik sejak tahun 1995. Sebelumnya Mekarsari didesain lebih sebagai taman buah dan wahana pendidikan. Namun saat ini Mekarsari telah berevolusi
menjadi wahana wisata modern dengan aneka ragam fasilitas.
Luas area yang tidak kepalang tanggung luasnya itu memang sangat memungkinkan pengembangan aneka fasilitas permainan lain tanpa mengganggu area perkebunan dan pembibitan buah yang tetap menjadi ikon wisata Mekarsari.
Taman Buah Mekarsari berfungsi juga
sebagai pusat konservasi aneka macam buah dan sayuran dari berbagai
penjuru nusantara. Terdapat pula laboratorium untuk mengembangkan media
tanam tumbuhan. Sebagian tanaman yang ada di taman buah mekarsari adalah
hasil kreasi laboratorium seperti nangkadak, nanas arnis, cempeka, dan
masih banyak buah lainnya.
Taman Buah Mekarsari sebagai tempat
pelestarian (konservasi), pembibitan, tabulampot, dan agronomi memiliki
koleksi tanaman dari berbagai spesies dan varietas. Ada juga tumbuhan
langka di taman buah mekarsari seperi sawo kecik, kesemek, bunga
bangkai (tergantung musim berbunganya), dan lain sebagainya.
OK, kembali ke acara RT kami pada tanggal merah 25 Desember 2014 lalu, rombongan kami yang terdiri dari 1 bus dan sekitar 5 mobil pribadi berangkat dari lapangan perumahan pada sekitar pukul 8.30 pagi. Kami sekeluarga berlima naik bus, tidak membawa mobil. Rute yang diambil adalah menyusuri Jl. Narogong hingga flyover Cileungsi, lalu belok kanan ke arah Jonggol. Jarak tempuh sekitar 15 km saja. Lalu lintas di pagi hari libur itu lancar, namun sedikit tersendat di turunan flyover Cileungsi, dan kembali lancar selepas Metland Cileungsi. Pukul 9 lebih kami telah tiba di area parkir Mekarsari yang luas dan rindang.
Kemudian kami membeli tiket masuk di loket dekat gerbang masuk. Sekarang ternyata Mekarsari memberlakukan gelang berteknologi RFID sebagai penanda pengunjung yang telah memiliki tiket masuk. Kami memilih gelang berwarna ungu (berbentuk buah manggis) yang senada dengan dress code hari itu (desain lain adalah warna kuning/belimbing, dan merah/rambutan). Harga tiket masuk saat itu (usia 2 tahun ke atas) adalah Rp.25.000/orang. Sedangkan tiket kereta wisata ke dalam area Mekarsari (danau) sebesar Rp.10.000/orang.
Gelang tanda masuk Mekarsari. Tadinya anak-anak memakai gelang masing-masing untuk masuk ke dalam, namun setelah itu karena gelang tersebut praktis tidak berguna lagi di dalam, anak-anak menitipkan gelangnya ke suami agar tidak terjatuh/lepas dan hilang karena ukuran gelang ini sebenarnya 1 size untuk dewasa... untuk anak-anak gelang ini terlalu longgar. Jadilah suami kami seperti kolektor gelang berjalan...
Gerbang masuk (kiri); tampak mesin detektor sistem RFID gelang, cukup tempelkan bagian RFID/bulatan pada bagian atas gelang ke sensor maka pintu akan terbuka otomatis (kanan)
Jalan masuk ke dalam dari gerbang masuk (kiri); semacam tugu dari aneka barang bekas (kanan)
Ukiran wayang pada sebatang pohon jati (kiri); gedung front office Mekarsari di belakang sungkup ukiran wayang (kanan)
Patung kepala Ibu Tien Soeharto, penggagas Taman Buah Mekarsari di dalam gedung front office
Keluar dari gedung front office menuju antrian naik kereta wisata terdapat toko suvenir di sebelah kiri dan kanan jalan
Pintu masuk ke antrian kereta wisata, di sini sistemnya masih dihitung manual, belum seperti RFID-nya gerbang masuk (kiri); antrian masih lengang, tampak kereta wisata gandeng di sebelah kanan pagar jalur antrian (kanan)
Kita perlu membeli tiket di loket sebelum bermain di Water Zone ini. Rata-rata Rp.20~30 ribu. Memang ada 8 foto/permainan yang terpampang di loket, tapi saat itu ada beberapa yang tidak beroperasi yaitu Canoe, Banana Boat, dan Giant Bubble.
Abid mencoba Bungee Trampolin setinggi 6 meter lebih...
Haidar & Abid di atas water bike mereka (kiri); kami, Dinda & suami di water bike berbeda (kanan)
Haidar dan Abid mencoba outbound/flying fox.
Jembatan gantung untuk menyeberang ke Pulau Mekarsari 'My Island'. Terdapat peringatan 'Max 50 orang' karena konstruksi gantung jembatan ini tidak didesain untuk beban terlalu berat. Kita harus bergantian menyeberanginya. Di pertengahan jembatan kita bisa merasakan goyangan jembatan karena tiupan angin atau adanya pengunjung yang sedang menyeberang.
Di 'My Island' terdapat daerah yang teduh untuk piknik serta arena bermain anak
Tak terasa waktu terus berlalu dengan cepat. Pukul 15 kami beranjak pergi meninggalkan area ini. Lokasi antrian naik kereta wisata untuk kembali ke depan terletak tak jauh dari jembatan gantung ke 'My Island'. Tak seperti saat datang yang lengang, saat pulang ternyata antriannya cukup panjang karena memang sudah jamnya pulang. Namun karena kereta wisatanya banyak dan terus berdatangan, antrian yang cukup panjang ini pun terus terangkut ke depan.
Tiba di pemberhentian kereta wisata di daerah depan Mekarsari, kami menyempatkan diri sejenak masuk ke 'Pasar Tanaman'. Di sini tersedia bibit tanaman yang bisa dibeli untuk ditanam di rumah. Terdapat pula display daftar tanaman langka yang ada di Mekarsari.
Bibit tanaman yang bisa dibeli (kiri); tanaman dalam pot dan pupuk (kanan)
Kami memang hanya mengeksplorasi Water Zone dalam kunjungan kali ini, sehingga praktis tidak menjamah sisi edukatif dari Taman Buah Mekarsari. Water Zone memang daerah wisata keluarga yang didominasi lapangan rumput untuk menggelar tikar/acara/tenda bagi keluarga/grup, permainan anak, serta kios-kios jajanan. Karakter wisata begini sebenarnya bisa didapatkan di tempat selain Mekarsari.
Mungkin tak banyak yang mengetahui bahwa sebenarnya Mekarsari memiliki wisata berkarakter edukasi yang dapat pula digali (namun sepertinya memang kurang cocok untuk acara family gathering atau wisata anak-anak/keluarga) seperti kebun tanaman buah hasil persilangan yang menarik.
Beberapa tanaman hasil persilangan/rekayasa di Mekarsari adalah :
1.
Nangkadak (nangka & cempedak). Greg Hambali, pemulia tanaman sekaligus
Research and Agronomy Advisor
di Taman Buah Mekarsari, berinisiatif merakit spesies baru keluarga
Nangka-nangkaan hingga mewarisi sifat-sifat unggul Nangka dan Cempedak.
Spesies baru ini lahir dalam bentuk hibrida. Proses perakitan hibrida
ini diawali dengan ‘perkawinan’ antara Nangka Mini dengan Cempedak pada
Agustus tahun 2000, dengan Greg Hambali sebagai ‘penghulu’nya.
Persilangan antara dua spesies ini menghasilkan tiga calon spesies baru di keluarga Moraceae,
yaitu Pedaka, Nangkadak dan Cempeka. Setelah dilakukan serangkaian
pengujian kualitas, kuantitas, daya hasil dan multilokasi selama hampir
tiga tahun, terpilihlah Nangkadak sebagai calon spesies yang
berpenampilan paling stabil.
Saat ini Mekarsari memiliki
132 pohon induk Nangkadak yang dibudidayakan secara intensif. Populasi
ini merupakan hibrida generasi pertama yang ditanam setelah dirakitnya
spesies Nangkadak pada tahun 2003. Pengelolaan kebun Nangkadak ini
merupakan tanggungjawab Bagian Produksi. Teknik budidaya yang dilakukan
oleh Tim produksi berupa pemberian pupuk organik dan anorganik,
pengendalian gulma, pengendalian hama dan penyakit, pembungkusan buah,
pemangkasan, pengapuran dan panen. Mekarsari juga
memproduksi dan menyediakan bibit siap tanam.
2.
Durian Lai Mas. Buah durian lai berukuran kecil, dengan bobot rata-rata 1 kg per
butir (sebagai pembanding, durian monthong berbobot rata-rata 3 kg/buah). Jadi
bobot durian lai mas, masih paralel dengan bobot durian lai. Namun
bentuk buah lai mas, sudah menyimpang dari bentuk durian lai.
Buah lai, yang di Kalimantan disebut durian kuning, tinggang, pulu,
nyekak, ruas, sekawi, pekawai, pampakan, atau pampakin ; berbentuk melebar ke
samping dan dengan tonjolan juring cukup nyata, lekukan batas antar juring beralur
dalam.
Sementara bentuk buah lai mas memanjang, dengan ujung meruncing. Tempat
juring tidak menonjol, alur batas antar juring juga tidak sedalam lai
asli. Daging buah lai mas juga berwarna lebih terang, tidak oranye
seperti lai asli. Daging buah lai asli kering, dan tidak beraroma
durian, meskipun rasanya manis. Daging buah lai mas lebih lembek dari
lai asli, sudah beraroma durian, dengan rasa lebih manis.
3.
Salak Merah. Salak merah mewakili sekitar tiga spesies dalam marga
Salacca sp.
Dikatakan merah karena beberapa sebab, mulai dari kulit buahnya yang
merah cerah dan juga jenis lain yang daging buahnya memiliki semburat
kemerahan, terutama
Salacca affinis anggota dari seksi
Leio-salacca yang merupakan
tanaman asli Kalimantan dan Sumatera. Buah jenis ini dapat dibedakan
dari warna kulitnya yang merah cerah, berbeda dengan salak lainnya yang
cenderung kecoklatan. Dalam satu buah terdapat dua juring dan dua biji.
Ukuran ‘sisik’ buahnya dua kali lebih besar dari salak lainnya.
Sebagian dari anggota seksi
Eu-salacca juga sering dikategorikan sebagai
salak merah, umumnya karena warna kulitnya yang coklat kemerahan.
Termasuk dalam kategori salak merah dalam seksi ini adalah
Salacca
wallichiana (syn.
Salacca rumphii) dan
Salacca glabrescens. Kedua jenis
salak tersebut memiliki warna kulit yang juga kemerahan seperti
Salacca
affinis.
4.
Abiu. Abiu termasuk satu genus dengan sawo raksasa
mamey
sapote (
Pouteria sapota) yang berasal dari Amerika Tropis. Di
Indonesia, tanaman abiu baru dibudidayakan secara serius di Taman Buah
Mekarsari sebanyak 1371 tanaman. Di luar Mekarsari, juga sudah banyak
nurseri yang menawarkan bibit abiu. Selama ini perbanyakan abiu hanya
menggunakan benih generatif dari biji, hingga tingkat keberagaman
tanaman cukup tinggi. Tetapi secara umum ada dua bentuk buah abiu, yakni
yang berujung runcing seperti alkesa, dan yang bulat dan berukuran
lebih besar.
Tanaman abiu mampu mencapai tinggi 10-30 meter dengan kayu pohon yang
padat, keras, dan berat. Daun abiu berbentuk jorong dengan dengan ujung
meruncing sepanjang 10-20 cm dan lebar 3-6 cm. Tanaman bergetah putih
kemerahan. Meskipun berasal dari benih generatif menggunakan biji, abiu
sudah bisa berbunga pada umur satu sampai dua tahun, sejak tanam.
Bunganya muncul bisa tunggal maupun berkelompok, berwarna putih
kehijauan (panjang bunga 4-8 mm). Produktivitas abiu di Mekarsari
mencapai 18-19 kg per tanaman per tahun, dengan rata-rata tiga kali
produksi. Buah abiu akan masak pada umur 2-3 bulan sejak bunga mekar.
Buah abiu dipanen dengan cara memetik langsung dengan menggunakan
tangan, karena tidak bertangkai buah sehingga apabila menggunakan
gunting panen justru akan merusak buah tersebut. Panen abiu di Mekarsari
pada Februari - Mei.
Sedangkan di antara
tanaman langka di Mekarsari adalah :
1.
Bisbul. Bisbul (
Diospyros philippensis) dikenal juga sebagai
Velvet Apple
(Inggris) atau Buah Mentega (Indonesia). Merupakan buah yang awalnya
hidup liar di hutan-hutan primer dan sekunder Filipina namun kini telah
menyebar di berbagai negeri tropis,
termasuk Indonesia, di Bogor, Jawa Barat dibudidayakan di pekarangan.
Buah bisbul berbentuk bulat gepeng, berbulu halus seperti beludru.
Termasuk keluarga eboni (suku
Ebenaceae) dan berkerabat dengan Kesemek dan Kayu Hitam. Tak heran jika di negeri asalnya disebut Buah Mabolo atau Buah Berbulu.
Bisbul
sudah cukup lama dikenal dan banyak tumbuh di Bogor. Sudah lebih dari
seratus tahun tumbuh di Bogor Selatan, masyarakat setempat, termasuk
pedagang buah, sudah menganggap buah ini sebagai buah khas dari daerah
Bogor. Dan kebetulan juga di daerah lain memang tak ditemukan.
Berdasarkan literatur yang ada, tanaman tersebut diintroduksi ke Jawa,
Malaysia pada tahun 1881, dan juga ke Kebun Raya Singapura, ke Calcuta
di India. Diduga bisbul ini beredar di daerah Bogor karena imbas dari
Kebun Raya yang didirikan sejak tahun 1817. Tanaman ini berbuah terus
menerus sepanjang tahun. Dari bunga sampai berbuah sekitar empat bulan.
Buah bisbul umumnya dimakan dalam keadaan segar jika matang. Daging
buahnya juga dapat diiris-iris dan dicampur dengan buah-buahan lain
untuk dijadikan rujak.
Buah bisbul juga memiliki kandungan serat yang cukup tinggi. Dengan
kandungan yang demikian, maka buah bisbul berkhasiat untuk meningkatkan
daya tahan tubuh, mem-perbaiki saluran pencernaan, meng-haluskan kulit,
menjaga kesehatan mata dan mencegah sembelit.
2.
Duwet. Duwet (
Syzygium cumini) atau jamblang (jambolan), atau
java plum
(Inggris) merupakan tanaman buah yang berasal dari daerah India bagian
timur. Pertumbuhan tanamannya sangat cepat dengan tinggi tanaman
mencapai 15 m dan mampu berproduksi selama 40 tahun.
Tanaman ini termasuk salah satu tanaman yang mulai terlupakan bahkan
langka, dan jarang dibudidayakan. Tanamannya dapat tumbuh dengan baik
pada rendah sampai ketinggian 1800 m dpl. Buah berbentuk lonjong dengan
panjang 2-3 cm. Sewaktu kecil di Jogja kami masih sering menemukan pohon jamblang, namun anak-anak jaman sekarang sepertinya tak lagi mengenal buah jamblang ini.
Terdapat
2 jenis duwet yang dapat dibedakan ketika buahnya masak yakni kulit
buah berwarna merah kehitaman dan putih. Buah masak dapat dimakan
langsung dengan cita-rasa sepat sampai masam manis. Untuk menghilangkan
rasa sepat buah ditaburi garam dan diaduk di dalam mangkuk tertutup
untuk melunakkan buahnya. Buahnya berkhasiat menghentikan batuk, peluruh
kencing (diuretik), memperbaiki gangguan pencernaan, dan menurunkan
kadar glukosa darah (hipoglikemik).
Perbanyakan tanaman dengan cara semai biji, cangkok, dan sambung
pucuk. Tanaman mulai berbuah umur 7 – 8 tahun bibit semai biji, dan umur
2 – 3 tahun bibit cangkok.
3.
Kepel. Tanaman kepel (
Stelechocarpus burahol) atau
burahol adalah pohon penghasil buah hidangan meja yang menjadi flora
identitas Daerah Istimewa Yogyakarta. Buah kepel digemari puteri
keraton-keraton di Jawa karena dipercaya menyebabkan keringat beraroma
wangi dan membuat air seni tidak berbau tajam.
Pohon kepel tersebar di kawasan Asia Tenggara mulai
dari Indonesia, Malaysia hingga Kepulauan Solomon bahkan Australia.
Pohon Kepel menjadi kegemaran para putri keraton di Jawa selain lantaran
memiliki nilai filosofi sebagai perlambang kesatuan dan keutuhan mental
dan fisik, buah kepel juga dipercaya mempunyai berbagai khasiat
dibidang kecantikan. Buah Kepel telah menjadi deodoran (penghilang bau
badan) bagi para putri keraton.
Buah kepel tumbuh memenuhi batang pohonnya. Bentuk
buah Kepel bulat lonjong dengan bagian pangkal agak meruncing. Warna
buah coklat kusam, dan ketika sudah tua akan berubah menjadi coklat tua.
Daging buah berwarna agak kekuningan membungkus biji yang berukuran
cukup besar. Rasa buahnya manis-segar. Daging buah kepel dipercaya
mempunyai khasiat memperlancar air kencing, mencegah inflamasi ginjal.
Selain itu juga dipercaya sebagai salah satu sarana
kontrasepsi wanita (KB). Kayu pohonnya dapat digunakan sebagai bahan
industri atau bahan perabot rumah tangga dan bahan bangunan yang tahan
lebih dari 50 tahun. Daun kepel dimanfaatkan untuk mengatasi asam urat,
dan mampu menurunkan kadar kolesterol.
4.
Nangka Telanjang. Nangka telanjang (
Artocarpus heterophyllus) merupakan nangka
unik yang berasal dari Rawabugel, Bekasi, Jawa Barat. Tanaman ini
merupakan hasil mutasi gen secara alami. Pertumbuhan tanamannya cepat
seperti nangka pada umumnya dengan tinggi tanaman 8 – 10 m. Tanamannya mampu beradapatasi dengan baik pada ketinggian 0 – 800 m
dpl. Buah nangka ini pada awalnya tumbuh normal seperti nangka pada
umumnya.
Pada umur 2 bulan mulailah kulit merekah dan muncul bentuk menyerupai
buah pisang yang makin lama makin besar dan banyak, Bentuknya tidak
beraturan. Tak heran diberbagai tempat nangka ini populer dengan sebutan nangka
berbuah pisang. Daging buah yang sudah masak dapat dimakan langsung,
caranya hanya dengan mencabut daging buah tanpa perlu mengupas kulitnya.
Rasa daging buah manis sedang dengan tekstur daging buah renyah.
Perbanyakan tanaman dengan cara semai biji, cangkok, dan sambung susu.
Tanaman asal biji mulai berbuah umur 6 – 7 tahun. Sedangkan bibit
cangkok dan sambung susu mulai berbuah umur 3 – 4 tahun.Di Mekarsari tanaman nangka telanjang dapat dijumpai di areal lab. Biosari, garden Center, Kebun buah blok A, dan blok B.
Sebenarnya masih banyak lagi tanaman langka di Mekarsari yang tentunya tak mungkin semuanya kami ulas di sini. Tanaman-tanaman yang Anda pasti pernah mendengar namanya, tapi mungkin tak mengetahui bagaimana bentuk buah dan pohonnya seperti gayam, kapulasan, matoa, menteng, rambai, mundar, mundu, dan maja yang menjadi asal nama kerajaan adidaya nan perkasa di jamannya : Majapahit.
Gerbang keluar yang sesungguhnya merupakan pintu yang sama dengan Gerbang masuk. Hanya saja kita keluar dari sebelah kiri pintu jika kita melewati pintu dari arah dalam (kiri); mushalla yang bersih dan nyaman di luar Gerbang keluar, shalat dulu sebelum pulang (kanan)
Sebenarnya jika memiliki waktu lebih longgar, kita bisa menuju ke area permainan anak di dekat Gerbang keluar ini. Terdapat cukup banyak permainan yang sebenarnya lebih cocok untuk anak usia TK atau SD awal sih, seperti kereta-keretaan dan mini/kids bombomcar. Berikut 2 foto yang kami ambil di area permainan ini pada kunjungan ke Mekarsari tahun 2010 lalu saat anak-anak masih lebih kecil.
Pukul 15.30-an kami mulai perjalanan pulang. Jalanan agak macet sampai pertigaan Metland Cileungsi, namun selepas itu lancar hingga Bekasi. Sepertinya pertigaan Metland Cileungsi yang ramai ini memang menjadi bottleneck. Bus yang kami tumpangi alhamdulillah tiba dengan selamat di perumahan sekitar pukul 16.45. Berakhirlah jalan-jalan satu hari di Mekarsari kami dan tetangga se-RT...
Trivia...
Tadinya kami mempertimbangkan untuk mencoba Rumah Pohon Leo yang tersedia di Mediteran Exotic Zone. Namun mengingat temperatur udara di sini yang tak ada bedanya dengan Jabotabek, kami jadi berpikir ulang : apa iya mau menginap sambil berpanas-panas begini? Masih mending di daerah Puncak atau Lembang yang sejuk, ya?