Handicraft Center kok judulnya 'Pondok Dahar Lauk Jogja'? Mmmm... nama memang tidak perlu literally nyambung, kan? Bisa karena kami memang berasal dari Jogja, bisa juga karena memang pusat hobi kami ini dirintis dari rumah makan mungil kami, Pondok Dahar Lauk Jogja (back to 2011)...
However, pusat hobi kami ini berkarya dalam aneka handicraft
Jogja seperti bambu ulir cendani, vas & meja set gerabah Kasongan, vas kayu minimalis, serta rupa-rupa handicraft yang tak mesti berlabel 'Jogja' semisal bunga rangkai aneka jenis, ranting hias, lukisan bunga, pigura 3D, serta buah & pohon topiary artificial.
Pokoknya Jogja and Florist Enthusiast untuk Anda yang berkediaman di Bekasi dan sekitarnya...

Untuk navigasi cepat ke 'KATALOG UPDATE TERAKHIR' kami, klik di sini...

header gambar laukkita

Hot Items

HOT ITEMS :
* Handicraft Bambu Ulir : Bambu Ulir Cendani Aneka Model
* Handicraft Vas Gerabah : Vas Gerabah Aneka Model
* Handicraft Ranting Hias : Ranting Inul Aneka Model

Selasa, 22 Januari 2013

Kiat Merawat Alat Elektronik Pasca Banjir

Banjir kembali melanda Ibukota Jakarta. Tak hanya mengakibatkan kemacetan yang luar biasa dan memunculkan beragam penyakit ‘khas’, seperti diare dan gatal-gatal, tapi juga merendam hampir seluruh isi rumah, termasuk peralatan elektronik, misalnya televisi, handphone dan kulkas.
Bisa Anda bayangkan bukan betapa banyaknya pekerjaan rumah yang harus Anda lakukan usai banjir mereda. Menariknya lagi, untuk mengurangi tenaga, tidak sedikit para korban banjir yang mempensiunkan peralatan elektroniknya dan memutuskan membeli yang baru. Sayang bukan?
Sebelum Anda menghabiskan banyak uang untuk membeli peralatan elektronik baru, tidak ada salahnya Anda mencoba beberapa tip sederhana di bawah ini, seperti yang dirangkum dari komponenelektronika :

Alat elektronik yang disertai baterai
Jika peralatan elektronik Anda disertai dengan baterai, seperti UPS, Handphone, Wifone, remote control, dan masih banyak lagi lainnya, lepas terlebih dahulu baterai. Tindakan ini merupakan hal yang terpenting untuk dilakukan pertama kali setelah alat elektronik Anda terkena atau terendam air. Jangan biarkan baterai terpasang di alat elektronik yang basah untuk menghindari terjadinya arus pendek.
Televisi, monitor komputer dan sejenisnya
Buka casing (penutup) televisi, monitor, DVD, Notebook dan sejenisnya. Lalu pisahkan terlebih dahulu antara komponen vital (seperti tabung CRT, panel LCD TV/Monitor, Optic DVD/PS, hard disk, keyboard, dan lain-lain) dengan mainboard elektroniknya. Kemudian, siram mainboard dengan air bersih atau jika memungkinkan gunakan pengganti air bersih dengan cairan IPA (Isopropyl Alcohol) atau dikenal juga dengan nama Isopropanol.
Cari yang tingkat kemurniannya diatas 80%. Namun tetap berhati-hati, karena IPA sangat mudah terbakar. Jika ragu, gunakan air bersih saja. Setelah itu, keringkan dengan angin bertekanan tinggi
Kulkas dan mesin cuci
Untuk alat elektronik seperti kulkas dan mesin cuci, terminal kompresornya (motornya) harus dibuka terlebih dahulu, lalu disiram dengan air bersih. Setelah itu, keringkan dengan angin bertekanan tinggi dari kompresor. Jika ada rangkaian elektronik di bagian bawah dan terkena siraman air, maka lakukan langkah serupa seperti di atas. Terakhir, biarkan terbuka dan setelah benar benar kering, baru coba dihidupkan kembali.

======================================================================================
Must have items sista...

 Bonsai artficial merah (topiary) dengan vas gerabah diameter 20 cm, Rp. 100.000/set

 Bunga rawa/bola (kiri) Rp. 65.000/set ; Tulip kuning kecil (kanan) Rp. 55.000/set ; keduanya dengan vas kayu 9 cm

 Sweet loli pink dengan vas kayu 9 cm, Rp. 65.000/set ; terinspirasi dari mode harajuku Lolita Fashion - sweet loli
 
======================================================================================
Keringkan dan keringkan
Biarkan beberapa hari sambil di keringkan terus menggunakan angin bertekanan tinggi, hingga alat elektronik tersebut benar-benar kering.
Yang perlu diperhatikan, langkah-langkah tersebut harus segera dilakukan. Jangan sampai ditunda. Jika air kotor sudah mengendap terlalu lama, maka akan membuat alat elektronik sukar untuk diperbaiki. Setelah kering, tidak ada salahnya Anda semprot penghilang karat (misalnya WD40), lalu dioles tipis minyak pelumas untuk melindunginya dari karat.
Semoga tips di atas bermanfaat untuk Anda!

(sumber : triq@oktomagazine.com)

Kamis, 10 Januari 2013

Belajar Membuat Gerabah di Taman Pintar Jogja (Clay Creation)

Ternyata kita juga bisa belajar membuat gerabah di Taman Pintar Jogja. Paling tidak bisa sedikit merasakan lah bagaimana sih sensasinya membuat vas gerabah... 
Setelah mencoba sendiri, membuat gerabah ternyata tak semudah bayangan kami semula. Apalagi untuk membuat vas menggunakan alas atau meja pemutar. Alih-alih menjadi bentuk vas, tanah lempung yang kami coba olah malah berputar-putar tidak karuan karena sulit menempatkannya di pusat meja putar tersebut. Akibatnya ya ketebalan dinding vas yang dihasilkan tidak seragam...
Tiket masuk rumah gerabah hanya Rp. 5000/anak (orang tua gratis, boleh ikut membuat gerabah juga sih), jadi memang murah sekali. Di sana terdapat sebuah saung bertuliskan 'Rumah Gerabah', atau bisa juga memilih meja-meja kecil yang boleh ditempatkan di luar saung. Lokasinya yang teduh karena banyak pohon besar membuat kita nyaman pula duduk di luar saung.
Dengan tiket Rp. 5000 tadi, anak-anak mendapatkan sebongkah (kubus) tanah lempung berukuran sekitar 10 x 10 x 10 cm, celemek (jadi jangan khawatir baju anak Anda kotor), serta aneka jenis pisau kayu untuk membentuk atau mengukir kreasi gerabah Anda. Juga terdapat sekitar 3 buah meja putar yang bisa digunakan kapan saja (seperti di film Ghost itu loh sista...). Tidak ada batasan waktu di sini. Kita bisa berkreasi sepuasnya, lalu menjemur kreasi gerabah yang telah dibuat pada rak yang tersedia. Namun kami tidak melihat tungku pembakar gerabah, artinya kita tidak bisa membawa pulang krease gerabah yang dibuat. Yah, tapi tidak apa-apa... toh pengalaman membuat gerabah itu sendiri sudah amat menyenangkan.  
Well, at least kami masih dapat mengabadikan beberapa foto, just for you to enjoy...

 
 tiket masuk clay creation cukup Rp. 5000/orang
  rak untuk menjemur kreasi gerabah yang baru dibuat

  saung rumah gerabah, silir karena angin bebas masuk ke dalam

  meja tempat kami sekeluarga mencoba membuat aneka handicraft gerabah


Rabu, 09 Januari 2013

Desa Wisata Krebet Jogja, Sentra Produksi Batik Kayu

Libur akhir tahun 2012 kami sekeluarga habiskan di Jogja. Yah... sekalian silaturahmi dengan keluarga besar kami di kampung, hehehe...
Saat itu, kami menyempatkan diri untuk mengunjungi Desa Wisata Krebet (huruf 'e'-nya dibaca seperti huruf 'e' pada kata 'enak', bukan 'e' pada kata 'penuh'... trust me, kalau dibaca dengan huruf 'e' pada kata 'penuh', orang-orang akan bingung jika Anda menanyakan arah desa ini karena tidak dikenal) yang terkenal dengan handicraft batik kayunya.
Kami mengambil rute Ring Road Selatan belok kiri ke selatan ke arah pabrik gula Madukismo, terus mengikuti arah papan penunjuk jalan resmi yang dipasang oleh Pemda Jogjakarta. Rute ini ternyata mengharuskan kita untuk melalui jalan cukup sempit yang mendaki curam saat mendekati lokasi Krebet. Saat pulang kami mengambil rute berbeda yang ternyata justru lebih nyaman dilalui, yaitu yang menuju ke ujung barat jalan Kasongan (menuju Desa Wisata Gerabah Kasongan). Saran kami jika Anda ingin berkunjung ke Krebet, ambil rute dari Kasongan, walaupun tidak ada papan penunjuk arah resmi dari Pemda setempat. 
Kalau mau jujur, akses dan kondisi Desa Wisata kasongan lebih baik dan tertata dibanding Krebet. Namun demikian, Krebet tetap menyimpan keunikan dan pesonanya tersendiri.
Berikut foto-foto yang berhasil kami abadikan saat berkunjung ke Krebet. Enjoy...

    peta Krebet yang kami scan dari kartu nama salah satu galeri

 pemandangan Krebet, tampak patung semar icon Krebet di kejauhan
 salah satu galeri yang kami kunjungi
 produk-produk batik kayu khas Krebet

Asal-Usul Desa Krebet
Dahulu, pedusunan Krebet merupakan bentangan hutan yang berada di atas bukit Selarong, dan belum memungkinkan untuk dijadikan tempat pemukiman penduduk. Sedangkan tumbuhan yang ada saat itu kemungkinan hanyalah semak-semak perdu dan beberapa jenis pohon kayu yang pada waktu itu tidak berharga.
Lama-kelamaan dari masyarakat dari seberang timur dan barat mencoba membuka hutan tersebut untuk pertanian. Salah satu tokoh pembuka hutan saat itu (sekitar 6 generasi yang lalu) adalah nenek Kasem. Untuk menyebut tempat/hutan yang baru dibuka ini, beliau menisbatkannya dengan pohon terbesar dan mudah dikenali yang tumbuh di daerah ini, yang ternyata adalah pohon Krebet yang hingga saat ini masih ada di perempatan dekat dengan Sanggar Punokawan dan di Sendang Tirto Waluyo. Namun demikian, sampai sekarang sebagian masyarakat masih pula menyebut dusun Krebet dengan sebutan 'ngalas' dari kata alas (hutan), karena dahulunya daerah ini memang merupakan hutan lebat. 
Hutan yang telah dibuka itu kemudian diolah menjadi lahan pertanian. Tanaman yang dibudidayakan pada waktu itu berupa palawija, polo kapendhem, polo gumantung, dan polo kasimpar. 
Buah andalan untuk penghasilan sampingan pada waktu itu adalah jambu klutuk. Namun karena pertanian sifatnya musiman dan hanya mengandalkan pengairan tadah hujan, sebagian warga kemudian mengembangkan kreativitas pembuatan kerajinan yang berupa alat rumah tangga seperti gayung air dari tempurung kelapa (siwar), sendok sayur (irus), takaran beras (beruk), tempat minum jamu (cawik), dll. Pembuatan kerajinan dari bahan kayu ini bertahan, bahkan terus berkembang hingga sekarang.
Hasil pertanian dan kerajinan itu secara tradisional dijual ke pasar terdekat yaitu Pasar Bantul dan pasar 'adang–adangan' di tepi jalan menuju jalan besar dengan transportasi jalan kaki. Sebagian ada juga yang dijual di Pasar Negoro (Beringharjo) yang berada cukup jauh dari desa Krebet di pusat kota Jogjakarta.
Seiring berjalannya waktu, karena daerah ini terletak di perbukitan dengan curah hujan rendah, sedikit demi sedikit tingkat kesuburan tanah di desa Krebet menurun. Hal ini berdampak kurang baik terhadap aktivitas pertanian, sehingga makin banyak orang yang beralih ke kegiatan kerajinan. 
Jambu klutuk sendiri pun berangsur berkurang karena kalah bersaing dengan jambu klutuk bangkok yang kian banyak dibudidayakan dan harganya pun cukup murah.  Saat ini kebun jambu klutuk bisa dikatakan tingal cerita, karena masyarakat Krebet telah menggantinya dengan pohon-pohon asam, jati, akasia, dan mahoni yang lebih bernilai ekonomis, serta menjadi bahan baku kerajinan batik kayu khas Krebet.
Praktis sejak tahun 1980-an, masyarakat Krebet telah mengandalkan kegiatan perekonomian desa dari aktivitas kerajinan kayu, seperti yang saat itu dipopulerkan oleh seorang tokoh bernama Bapak Gunjiar. Ketika itu beliau mengembangkan jenis kerajinan topeng kayu dengan aneka jenis finishing, termasuk yang kemudian menjadi ciri khas desa Krebet yaitu batik kayu.



 pembuatan batik kayu : menjemur produk kayu yang baru dibatik di luar workshop
 patung semar setinggi sekitar 4 m di perempatan Desa Krebet sekaligus icon desa